Pasien hillir mudik di IGD menyita penuh perhatian Setyo dan ghalea, mereka tak sempat bergosip atau memebicarakan hal yang terjadi kemarin. Tidak sama sekali, apalgi Ghalea yang menolak berangkat bersama, siang ini.
"Ghal, lo gapapa?" dokter Ayu yang memperhatikan gelagat Ghalea tiba-tiba membuka suara.
Ini pukul tujuh malkam, bangsal IGD tampak menyepi, tak ada lagi pasien yang butuh tindakan emergency, bahkan ada beberapa yang dipindahkan ke ruang rawat inap.
Setyo yang masih sibuk memeriksa stok spuit dan ampule langsung menghampiri sahabatnya.
Tangannya merangkum wajah yang tampak kemerahan itu.
"Ya ampun, Lee. Lo minum soda?"
Perawat yang masih lengkap dengan maskernya diam saja.
Setyo dengan sigap mengambil termo gun dan pip pip pip pip calon mantu mau lewat, terpmapang lah dengan jelas suhu gadis yang sejak tadi tidak berbicara adalah 37,5
"Sinting lo! Kayak gini tadi bawa motor sendiri. Ini gimana nih dok, Lee alergi soda, jadinya ruam sama demam deh, pake diphenhydramine?" Setyo sudah tunggang langgang mencari ampul anti alergi itu.
"Yo..." Ghalea memanggil lemah, hendak berdiri, namun, gelap.
Semua sudah tak terlihat.
***
"Sudah Om, sekarang sudah istirahat di bangsal."
Setyo tampak berbicara dengan seseorang via telpon, tak lain dan tak bukan adalah dokter Yusuf.
"Baik Om, kebetulan sedang bekerja tadi." Setyo lagi-lagi menjelaskan.
"Sama-sama, Om. Selamat malam, maaf mengganggu." Setyo segera menutup telfonnya. Dia berbalik dan mulai menggulir ponselnya lagi, ingin sekali mengabari Ibra kalau adik kecilnya sedang tergolek lemah disni, namun setelah dia pikr ulang sepertinya itu tidak perlu, karena selain barangkali Ibra sibuk, dia juga sudah punya istri.
Perawat yang jomblo karatan harus puas menatp sendirian sohibnya dengan perasaan serba salah.
Kapan lo minum sodanya sih Lee?
"Kamu jagain sendiri?" suara dokter Nizam bergema dan itu mengejutkan Setyo.
"Iya dok, Om Ghalea tidak bisa kesini, dan dokter Ibra juga sepertinya sibuk."
"Saya tidak sibuk, bagaimana kalau saya temani?"
Kalimat tanya dengan nada memaksa ini diam-diam enggangu Setyo. Memangnya dokter Nizam ini siapa? Bukan berarti karena dia lebih senior dia boleh menunggui Ghale akn?
"Tidak perlu dok, saya biasa sendiri."
"Kamu juga suka Ghalea?" pertanyaan yang sudah lama disimpan oleh dokter Nizam akhirnya keluar juga.
"Dokter, saya tidak suka membahas pertanyaan pribadi sekarang. Saya hanya menjaga Lee, karena kebetulan saya adalah sahabatnya, dan lagi pula, satu-satunya kerabat dekat Lee juga menitipkan keponakannya kepada saya."
Jawaban Setyo cukup masuk akal dan tajam, membuat dokter Nizam hanya bisa mengangguk berpura-pura maklum.
"Kamu yakin, besok kamu jaga pagi kan?" masih dengan usahanya dokter Nizam pantang ditundukkan.
"Tidak dok, sudah saya persiapkan semuany, lagipula Lee akan tidak nyaman kalau disekitarnya ada sosok yang dia anggap kurang dekat."
LAgi, Setyo menjawab semuanya denga kalimat tajam. Hal yang baru saja diketahui oleh dokter Nizam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghalea
RomanceBercerita tentang Ghalea, perawat rumah sakit yang dibuat sakit hati oleh seorang pria. *** Derik bangsal yang didorong sepanjang lorong, raut cemas hilir mudik sampai cekikik usil ditengah deru isak masih ada, masih selalu ada. Seperti Arez ya? Gha...