Episode 02

1.2K 161 2
                                    

Minho pagi-pagi buta sudah ada di depan universitas itu. Dia tak lupa memakai jaket tebalnya.

"Hai! Kau sangat bersemangat ya" terdengar suara Chan yang menyapa pria itu. Minho menoleh lalu dia menyeringai pada Chan.

"Hari ini adalah hari yang bersejarah" kata Minho. Chan tertawa, padalah kalimat itu tak lucu.

Akhirnya pengumuman diumumkan semua peserta duduk dibangkunya masing-masing yang sudah disediakan oleh panitia.

Semua orang berdoa, begitu juga dengan Chan dan Minho.

"Saatnya kita mengumumkan juara-juara dari olimpiade sains yang sudah kalian ikuti"

Minho berbinar mendengar itu, dia tak sabar untuk naik ke atas panggung itu.

"Kamu mulai dengan juara harapan tiga, dimenangkan oleh..."

"Saatnya kita mengumumkan juara ke  dua, tim yang memperoleh nilai 296 dari nilai tertinggi 300 adalah, selamat tuan Lee Minho dan Bang Chan. Silahkan maju ke depan" mendengar itu seketika pupus sudah harapan Minho. Begitu juga dengan Chan. Mereka saling menatap.

"Silahkan maju" kata panitia. Mereka berdua maju dengan wajah masamnya.

"Selamat kepada kalian" kata panitia memberikan mendali untuk mereka.

Mereka berjalan beriringan sambil membawa piagam beserta mendali mereka, tapi tak ada yang mengeluarkan sepatah kata.

Lalu dia datang ke tempat pengambilan lembar jawaban mereka. Tanpa basa-basi mereka mengambilnya dan memeriksa hasil pekerjaannya.

Mereka berdua tercengang berbarengan dan menatap penuh dengan kemarahan.

"Kau ikut aku" kata Chan pada Minho.

"Hai apa ini? Kau salah me jawabnya, jika memang kau tidak bisa beritahu aku, kan jadinya kita kalah" kata Chan kesal sambil menyodorkan lembar jawaban bagian Minho.

"Kenapa kau hanya menyalahkan aku, lihat ini kau juga salah menjawab pertanyaan yang mudah ini. Seharusnya kau bilang jika tidak bisa, egomu terlalu besar sampai akhirnya kita kalah" kata Minho dia menyodorkan jawaban Chan.

"Apa kau bilang? Egoku? Maksudmu bukanya egomu?" kata Chan menaikan suaranya.

"Hai! Jangan meneriakiku" kata Minho dia tak mau kalah dengan pria itu.

"Kau duluan yang marah" ujar Chan dengan tatapan mengerikannnya.

"Aku tidak marah tadi, kau yang memancingku. Aku menyesal satu tim denganmu" kata Minho.

"Apa? Kau kira aku mau satu tim denganmu? Cih" Chan tak bisa menahan kemarahannya.

"Awas saja ya, pokoknya ini semua gara-gara mu. Aku tak akan mau bertemu denganmu" kata Minho mendorong Chan.

"Hai! Memangnya aku juga mau?" teriak Chan saat Minho pergi meninggalkannya.

***

Minho hanya diam saat dia sampai di rumah. Dia tak menyapa siapapun bahkan para kucingnya. Dia sangat kesal bercampur sedih sekarang.

Dia menhamburkan dirinya di kasur itu, dia menarik napas panjang.

"Aku harus masuk di sana" gumamnya.

"Minho-ya ayo makan!" terdengar suara ketukan pintu itu. Itu adalah ibu Minho.

Minho tak menjawab dia hanya diam sambil memeluk gulingnya.

"Eomma aku sudah makan" katanya, dia tak sadar jika air matanya sudah menetes.

"Kenapa aku cengeng?" gumamnya sambil mengusap air matanya itu.

*

Minho masih mengingat perlombaan itu, jika saja dia tak satu tim dengan pria itu pastinya dia sudah diterima di sana.

"Hyung bagaimana?" kata Felix teman sekelasnya dia duduk di depan meja Minho.

"Apa yang kau bisa lihat dari wajahku ini?" tanya Minho tak bersemangat.

Felix melihat wajah Minho, dia terkejut lalu langsung duduk di samping pria itu.

"Hyung masih ada kesempatan, kau jangan putus semangat. Nanti kita bisa ikut seleksi bersama. Aku yakin kau pasti diterima" kata Felix berusaha untuk menghibur Minho.

"Benarkah itu?" tanya Minho lemas.

"Benar Hyung aku yakin, sepupuku saja tidak  lolos. Jadi kau tak usah khawatir kita bisa berjuang bersama nanti" kata Felix penuh semangat.

"Baiklah Lix, terima kasih" jawab Minho singkat.

"Lino!" teriak San saat melihat pria itu berjalan di depan kelasnya.

Minho sebenarnya mendengar tapi dia pura-pura tak mendengarnya. Dia sangat malas mengobrol dengan orang saat ini.

San berlari menghampiri temannya itu.

"Ayo kita makan, aku yang traktir" kata San. Bukannya menyetujui, Minho malah menolak.

"Hai! Sejak kapan kau mulai menolak makanan gratis?" tanya San. Dia sebenernya sudah tahu jika Minho tak lolos masuk di sana waktu itu.

"Pasti gara-gara ku" kata San di samping Minho. Membuat pria itu berhenti berjalan.

"Hai! Bukan salahmu, sudahlah ayo kita makan. Ingat kau yang bayar" ujar Minho dia tak bisa marah dengan San.

San melihat wajah temamnya itu masih masamnya. Dia masih sedih pasti saat itu.

"Bagaimana dengan kucingmu?" tanya San mengambil topik yang paling menarik saat ini.

"Dia masih hidup kau tak usah khawatir" jawab Minho.

***

"Cirrsss" mereka bertiga meminum soda itu. Mengapa buka alkohol atau soju? Karena mereka masih di bawah umur terutama Felix.

"Wah minuman gratis itu sangat nikmat" kata Minho saat meneguk minuman itu.

"Kau benar Hyung, aku baru pertama kali ditraktir oleh San Hyung, biasanya aku yang mentraktir dia" ujar Felix dengan senyuman manisnya.

"Kita harus belajar dengan giat mulai hari ini" kata San memberikan semangat membara pada mereka berdua.

"Setuju" mereka berteriak.

"Hyung apa kau sudah baikan?" tanya Felix saat melihat Minho sudah kembali ceria.

"Hmm tentu saja, kau bisa melihat senyuman di mataku kan?" tanya Minho dia benar-benar aneh.

***

TBC

Kalau suka jangan lupa vote dan komen yah.

VET VS DOCTOR || BANGINHO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang