16 | Outdated Tale

44 22 8
                                    

PLAYLIST :
Yakosaku by Akie
Untitled by G-Dragon
4 o'clock by RM and V

"

Aku pernah ceroboh
Karena lupa diri dan penuh ambisi
Aku pernah ceroboh
Hingga aku terjerembab kemudian tenggelam
Aku pernah tersesat
Hingga aku kehilangan segalanya
Semua yang ada dalam genggamanku
Harusnya aku menggenggamnya erat
Tapi aku terlalu tamak
Tamak meraih hal hebat lainnya
Dan aku lupa
Jika yang kumiliki sudah cukup
"

Aku pernah cerobohKarena lupa diri dan penuh ambisiAku pernah cerobohHingga aku terjerembab kemudian tenggelamAku pernah tersesatHingga aku kehilangan segalanyaSemua yang ada dalam genggamankuHarusnya aku menggenggamnya eratTapi aku terlalu tamakT...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Evan kesulitan tidur. Sudah berbagai posisi dia coba, tapi kantuknya tidak datang juga. Matanya menangkap sebuah gitar yang dia gantung di dinding kamar. Tanpa sadar memapah ingatannya untuk kembali menyambangi pada saat dia mengetahui sebuah gambaran di tangan Qila dan dia menemui Raga di atap sore itu. Sore setelah Qila memberitahunya perihal Sagittarius dan gambaran Raga di telapak tangan gadis itu.

Suatu sore yang teramat panjang.

Dalam sekali helaan napas, Evan membuka pintu menuju atap sekolah. Angin menerpa wajahnya dan sorot matahari sore menyilaukan pandangannya. Netranya menemukan seseorang berdiri di tepian menghadap langit sore.

"Raga!" panggilnya setengah berteriak.

Bukan hanya terkejut tapi juga hampir tidak mempercayai siapa yang memanggilnya dan kini berjalan dengan langkah panjang ke arahnya. Raga dibuat mematung di tempatnya.

Kepala Evan kosong dan tenggorokannya tercekat sempurna, pita suaranya tersumbat. Kakinya berhasil menuntunnya untuk berdiri di hadapan Raga tapi entah kenapa semuanya terasa menyesakkan dan membingungkan. Mana dulu kalimat yang seharusnya meluncur.

Evan menatap Raga, meneliti penampilan sahabatnya itu cukup lama. Mulai dari rambut laki-laki itu yang terkoyak angin, lalu tubuhnya yang tetap tegap seperti biasa. Kemudian seragamnya, seragamnya masih sama. Seragam yang berbeda dengan milik Evan, sejak dulu begitu. Melihat semua itu seketika membuat kepala Evan berdenyut nyeri.

Sahabatnya tetap sama. Tetap sama setelah satu tahun lamanya mereka tidak berjumpa.

"Apa kabar?" suara yang keluar dari bibir Evan terasa sulit untuk diucapkan.

Sekiranya, Raga juga sama. Jika bisa jujur dalam hati, orang pertama yang paling ingin ditemuinya adalah Evan. Tapi selama ini, dia akui dia takut untuk menemui sahabat satu-satunya itu, takut membuat Evan merasa bersalah. Tapi siapa yang menduga jika Evan menemuinya sore ini seolah mereka baik-baik saja dan tahu segalanya.

"Sepertinya aku tidak bisa menjawab 'aku baik-baik saja', kau tahu maksudku," jawab Raga ramah dengan senyum terulas di bibirnya.

Suaranya tetap sama, bagi Evan. Evan mengedip lambat, dia tidak ingin tahu semuanya jika bisa memilih.

SPERANZA  ✓ [Revised]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang