epesode 1

10 1 0
                                    

Mobil van berjalan di sekitar kompleks.

“Van ini terlalu menarik perhatian. Kita harus bergerak diam-diam,” kata salah seorang di dalam mobil.

Saat mobil itu berhenti, turunlah empat orang pria dengan pakaian serba hitam. Mereka juga memakai topi, dan menutup wajah mereka dengan masker hitam. Dua diantaranya membawa sebuah tas besar. Tas yang lebih besar dibanding tas yang dibawa dua pria lain.



Seorang perempuan dengan wajah merah berdiri di depan mini market. Dia adalah Yeon hae. Ia berbicara dalam hati bahwa dia pasti bisa. Sangat mudah membelinya.

Setelah mengambil pembalut, dia pergi ke kasir. Yeon hae menyuruh si kasir untuk cepat, tapi alat pendeteksinya susah membaca pembalut itu.
Tiba-tiba ada suara ‘gedubrak’ dari belakang. Suara itu berasal dari pria mabuk yang tak sengaja menabrak sesuatau hingga ia jatuh.
“Dia pasti gila,” kata Yeon Hae resah.
“Tolong cepat.” Lagi-lagi Yeon hae menyuruh si kasir untuk cepat. Dan akhirnya pembalut itu terdeksi juga. Si kasur pun menyebutkan harganya.


 

Yeon hae semakin resah karena pria mabuk itu sudah ada di dekatnya. Tapi si kasir yang berwajah tanpa ekspresi itu bukan segera membungkusnya saja, tapi malah bertanya dulu. “Apakah harus aku bungkus?”
Yeon Hae mengangguk cepat sambil memberikan uang. Bukannya mengerti keadaan Yeon Hae, si kasir malah menawarkan untuk membeli dua karena sekarang pembalutnya sedang diobral. Beli dua dapat satu.
Yeo Hae malah membentak dengan mengatakan bahwa ini hari terakhirnya. Tiba-tiba dia berhenti bicara, menyadari  bahwa ia salah bicara. Dengan cepat dia mengambil pembalut itu dan berlari. Dan si kasir cuma bengong.

Di jalan, Yeon Hae memegang kedua pipinya yang merah. “Wajahku terbakar,” katanya. Dia berharap kasir tadi di pecat karena dia sangat lamban dalam melayani.



Saat melewati pertigaan, dari arah lain ada empat orang pria yang berjalan searah dengan Yeon Hae. Mereka berada tidak jauh di belakang Yeon Hae. Mereka sedikit mencurigakan, sehingga Yeon Hae menjadi takut. Suasana malam yang gelap, ditambah seekor kucing lewat di depan Yeon Hae sambil mengeok membuat suasana tambah menyeramkan.
Yeon Hae bertanya-tanya. Siapa mereka, dan kenapa mereka mengikutinya.
“Ah, kita terjebak di sini untuk 3 bulan, kan?”
Salah satu dari empat pria itu membenarkan. “Ini akan terlewati besok.”
“Diamlah. Kau ingin semua orang mendengarnya?”
“Kita punya sesuatu untuk diurus."
Mendengar pembicaraan itu, Yeon Hae semakin takut. Apalagi saat mereka mengatakan mengapa Matilda begitu berat.


Yeon hae menghentikan langkahnya. “Matilda?” Dia malah berpikir bahwa empat pria itu adalah pembunuh. Tiba-tiba lampu jalan pecah. Yeon Hae langsung berlari, tapi dia terjatuh karena terpeleset kulit pisang. Pembalut yang baru ia beli terlempar dan jatuh tepat di depan kaki salah satu dari empat pria itu.

Yeon Hae terkapar. Ia berharap pria itu tidak datang, karena dia takut nanti mereka akan membunuhnya.
“Ini bukan hari terakhirku haid, tapi ini hari terakhirku di bumi. Apa yang harus aku lakukan? Hasurkah aku berpura-pura mati?” gumamnya dalam hati sambil terus berharap mereka tidak mendekat.


“Apa kau baik-baik saja?” tanya seorang pria.
Saat Yeon Hae membuka mata, keempat pria itu telah ada di depan matanya. Shock, dia pun berdiri dan langsung lari terbirit-birit sambil berteriak. Keempat pria itu malah heran melihat Yeon Hae tiba-tiba lari.

Yeon Hae berlari hingga masuk ke kamarnya. Di kamar dia langsung baring. Dibukanya sedikir resleting jaketnya, lalu dia mengipas-ngipasi diri dengan tangannya. Tak lama kemudian adiknya masuk dengan menendang pintu kamar kakaknya. Dia belagak seperti Jet Lee.
Yeon Hae terkejut dan langsung bangun. Dia juga membentak adiknya.

EXO NEXT DOORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang