Malam ini gemintang berkerlip indah disepanjang barisan langit malam. Membentuk percikan cahaya indah yang berpendar pada beberapa garis bahkan gugusan disetiap sisi langit kelam dimalam hari. Malam yang indah sekali.
Terlebih di Jeju. Dengan beratapkan hamparan langit yang penuh dengan binar cahaya bintang, memantulkan semburat nya pada gelapnya warna laut biru berlian dikala malam.
Cahaya bintang. Deburan ombak.
Sungguh sesuatu yang dipadukan dengan begitu sempurna oleh alam.
Dan Bu Irene menikmatinya, malam ini. Keindahan ini bahkan membuatnya betah duduk-duduk sendirian didepan balkon kamar hotelnya yang langsung menjorok ke lepas pantai. Sungguh kamar hotel mewah yang rasanya cukup membuat liburan para pengajar ini memuaskan batin.
Ia bahkan sengaja melewatkan acara makan sore bersama yang sudah dijadwalkan oleh pihak penyelenggara acara dan tim dosen. Berasalan ingin istirahat lebih cepat dan alibi kalau badannya sedang tidak fit Bae Irene bahkan menolak ajakan dosen Park yang sengaja meminta waktunya untuk sekedar berjalan-jalan malam menyusuri pesisir pantai Jeju dikala senja.
Ada yang lebih Irene tunggu dan kebetulan ia sudah melihatnya tadi siang.
Tiba-tiba. Tanpa di duga.
Bisa melihatnya secara langsung.
Anak muda itu.
Song Mino.
Pria bayaran nya, hadir begitu saja tanpa diundang didepan kedua matanya. Jujur Irene terkejut, tapi lebih tepatnya ia tidak menyangka pria itu bisa nekat menyusulnya sampai ke tempat ini.
Irene terharu sebenarnta. Ia tidak tahu kalau cinta seorang anak muda yang tengah memasuki fase puncak usia puber nya itu begitu berapi-api, karena terlalu berlebihan kalau menyebutnya sebagai sebuah obsesi.
Irene menghargai perasaan Mino, dalam bentuk apapun. Ia tidak tahu perasaan anak muda itu lahir karena terlalu seringnya mereka melakukan sex sehingga menimbulkan ikatan batin dalam pria itu atau memang Song Mino itu benar-benar jatuh hati padanya.
Rasanya terlalu dini untuk menyimpulkan yang kedua. Lagipula jarak diantara mereka terlampau jauh dan jika dibandingkan dengan Lalisa. Tentu anak muda dimanapun pasti lebih memilih anak gadis dibandingkan dengan perempuan dewasa sepertinya.
Apa Irene merasa minder? Sebuah tarikan nafas kemudian terdengar di tengah sepinya balkon.
Entahlah.
Irene sadar dengan usia nya.
🍂 Shelter 🍂
"Kau tidak bisa pergi Song"
Ucap sebuah suara yang terdengar lebih mirip sebuah geraman. Pria muda, Kim Hanbin yang kini bahkan menggunakan tubuhnya sebagai tameng sebagai penjaga agar Mino tidak bisa melewatinya.
"Kita sudah ada acara sebelumnya, ingat. Membakar ikan di sisi pantai, dan Lalisa sudah bersusah payah menyiapkan semuanya" Ketus Hanbin. Tidak bersahabat. Pria Kim itu tahu kemana tujuan Song Mino malam ini. Tapi alih-alih menahan Mino dengan menegurnya Hanbin lebih memilih untuk menahan nya saja. Walaupun ia tahu sahabat karibnya itu sudah bersiap untuk pergi. Aroma tubuhnya bahkan wangi sekali.
Khas seorang pemuda yang hendak mengapeli pacarnya.
Alis Song Mino tertarik keatas, bingung sekaligus terkejut dengan sikap Hanbin yang tiba-tiba. Beruntung Chanyeol sedang sibuk mengurusi pacarnya yang tidak bisa lepas seperti lem dan tutupnya.
"Bin ... Ini bukan urusanmu man, aku --"
"Kau mau menemui Bu Irene kan? Song, kau sudah gila"
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER [🔞]
ФанфикBijaklah dalam memilih bacaan. 🔞 no under age, hargai Author dengan cara menjauhi story ini kalau kalian tidak suka dengan konten dewasa or Anti NC Song Mino tahu, kalau Bae Irene hanya ingin memuaskan nafsunya. Ia sadar kok, mereka hanya saling me...