Hai guys! Ketemu lagi nih sama author yang tidak bertanggung jawab😇💔
Semoga cerita ini dapat Saya selesaikan, walaupun membutuhkan waktu yang tidak Saya ketahui kapan tibanya.
Oke, mari dibaca!!❤
***
Mentari menyambut suasana pagi yang cerah, namun tak secerah wajah seorang Malam Bagas Pratama Anggara atau yang kerap dipanggil Bagas. Mood lelaki itu rusak lantaran Ia kali ini datang terlambat lagi ke sekolah tercinta.
SMA URANUS
Bukan masalah terlambatnya yang membuat mood-nya rusak, tetapi karena Pak Andre sekalu guru piket hari ini memberikan dirinya hukuman yang sangat Ia benci. Membersihkan serta merapihkan perpustakaan.
Dan di sini lah Bagas berada, di tempat para manusia rajin dan introvert berada.
"Ya Tuhan ... mengapa engkau memberikan hamba-Mu ini hukuman yang begitu menyedihkan?" keluhnya menadahkan tangannya ke atas. Jangan lupakan tangan sebelah kanannya yang memegang sebuah kemonceng.
"Jangan banyak ngeluh kamu, Gas! Kalo kamu ngeluh ya gak bakal selesai hukuman kamu. Kalo gak mau dihukum, jangan suka datang telat!" Bagas menolehkan kepalanya menghadap Pak Andre yang masih mengawasinya.
Tatapan sinis Bagas berikan kepada gurunya itu, "Dih, bapak bilang saya suka datang telat? Saya mah suka nya cuma sama Senja Rembulan semata, Pak! Bapak jangan fitnah dong!" sewot Bagas yang mendapat gelengan kepala dari Pak Andre.
"Terserah kamu deh, Bagas. Saya pusing ngehadepin kamu, sekarang kamu laksanakan saja hukuman dari Saya. Saat jam istirahat Saya datang buat periksa namun masih belum selesai ... awas aja kamu!"
Pak Andre membalikan badan dan keluar dari perpustakaan, Bagas yang melihat itupun sontak mengejek cara bicara Pak Andre tadi, jangan lupakan tangannya yang Ia gerakan seolah-olah ingin melempar Pak Andre menggunakan kemonceng yang Ia pegang.
"Untung gue sabar."
Bagas menjalankan hukumannya dengan ogah-ogahan. Sesekali Ia bersenandung lagu-lagu yang Ia hafal, walaupun setengah-setengah.
"Untung perpus sepi, jadi gak banyak yang denger suara merdu gue. Bisa-bisa entar pada kejang-kejang lagi kalo banyak yang denger," monolognya cekikikan tak jelas.
Sedangkan di dekat rak buku lainnya, ada seorang gadis yang sedang membaca sebuah novel sendirian.
Senja Rembulan, atau kerap kali disapa Senja saat di sekolah. Gadis itu mencengkram novelnya dengan erat, konsentrasi gadis itu terpecah.
Suara nyanyian serta cekikikan murid laki-laki yang ada di balik rak sebelahnya ini sangat mengganggu konsentrasinya. Ia menjadi tidak fokus membaca novel itu. Haluannya bubar!
Seperti mati lampu ya sayang, seperti mati lampuuuu~
Cukup! Senja sudah tidak tahan lagi mendengarnya. Ia harus menegur si pemilik suara tikus kejepit ini.
Senja beranjak pergi ke arah sisi lain rak sebelahnya, dengan mata yang menyipit tajam seolah menggambarkan bahwa Ia sedang kesal, Ia membentuk bibirnya seakan berkata 'oh' saat melihat siapa sumber bising itu.
"Heh, Malam!"
Bagas terlonjak kaget saat bahu nya ditepuk kencang dari belakang, disertai panggilan yang lebih dominan kearah sedikit bentakan.
Bagas mengelus dadanya sambil beristighfar pelan, Ia berbalik melihat si pelaku yang menepuknya.
Matanya seketika membola berbinar saat melihat sang pelaku, dirinya nampak tersenyum malu-malu, tangan kirinya Ia gunakan untuk menutup mulutnya, badannya Ia goyangkan untuk menambah kesan bahwa Ia sedang malu-malu kucing alias salting.
"Eh ada ayang Senja. Ayang ngapain di sini? Ayang sama siapa di sini? Ayang sengaja datang ke sini buat nemenin Aa' Malam, ya?"
Senja bergidik geli dengan rentetan pertanyaan Bagas yang memanggil dirinya dengan sebutan 'ayang' itu, belum lagi tingkah Bagas yang menurut Senja persis sekali dengan perempuan centil.
"Ayang-ayang kepala Lo kuyang! Lo it--"
"Hah? Kutang?!" Bagas menutup mulutnya sembari menggelengkan kepalanya seolah-olah Ia sedang terkejut akan perkataan yang Senja lontarkan, hal itu membuat Senja memukul kepala Bagas dengan tidak berperasaan.
"Lo ya! Pikiran Lo cabul banget, Lam! Gue belum selesai ngomong tadi, bego!" Bagas cengengesan tak jelas, membuat Senja geram bukan main.
"Lo tau ini perpus kan, Lam?" Bagas mengangguk-anggukkan kepalanya layaknya anak kecil, "Terus Lo kenapa ribut banget?! Gue gak fokus baca novel! Kalo Lo mau konser, gih Lo ke Aula buat sumbang lagu!"
Bagas mengangguk paham mendengar penuturan Senja, tak lama Ia menjentikkan jari telunjuknya. "Habis gue selesain hukuman gue deh gue sumbang lagunya, Ja. Lo jangan lupa nonton ya, cantik!" Bagas mengedipkan sebelah matanya berniat menggoda Senja.
"Ja, Ja, Ja mata lo Jaja!" Bagas terkekeh melihat respon Senja.
Senja menunjukkan kepalan tangannya mengancam Bagas, setelah itu Ia pergi meninggalkan Bagas. Ia terlalu malas untuk melanjutkan perdebatan yang pasti tak ada ujungnya, dan lagi Ia juga tak mau diusir dari perpustakaan.
Andai saja ini bukan perpustakaan, Senja pasti sudah mengeluarkan suara cemprengnya yang dipadukan dengan pukulan maut dari tenaga dalamnya.
***
Jangan lupa vote ya guys!!!❤
Btw, kalian panggil Aku P'Gun oke?(!)LUVV BUAT KALIAN SEMUA❤❤❤
Salam senyum dari aku selaku ayang nya Zee Pruk😚❤
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAM SENJA
Teen FictionTengil dan pengganggu. Itu merupakan julukan bagi Bagas yang diberikan oleh seorang gadis lucu, menggemaskan, cantik dan juga baik menurutnya. Gadis itu bernama Senja. Gadis yang Ia sukai sejak masa putih biru hingga kini mereka dimasa putih abu-ab...