20. Berawal bucin.

1.5K 93 70
                                    

18++

Plus-nya dikit? Soalnya Enthor bingung mau nulis nganu-nya. 😂😂😂🤦‍♀

Bagi yang belum cukup umur, skip aja, atau tutup mata, kaya Enthor juga tutup mata pas bacanya, tapi tetep pas nulis buka mata, 🙈🙈🙈




☘️☘️☘️

"Mas berangkat ke Mushola, ya!" kata Dito duduk bersimpuh di lantai dan tangan menggoda wajah Isma agar mau terbuka. Tangan jahil itu sesekali mengelus kadang menoel pipi Isma. Kadang kecupan-kecupan Dito sarangkan di bibir Isma agar istrinya segera bangun.

Jam di atas nakas sudah menunjukkan jam empat lima belas menit, sebentar lagi adzan subuh berkumandang, Dito sudah mandi dan rapi, tetapi Isma masih bergelung dalam selimut tebal di kamar Dito.

"Ambilin baju Is dulu!" kata Isma menutup seluruh tubuhnya dengan selimut karena masih merasa risih tanpa pakaian di depan suaminya.

"Nanti pakai kaos atau kemeja Mas dulu." Dito berdiri dan menuju kamar mandi.

"Handuknya Mas letakkan di sini, ya! Mas berangkat. Assalamualaikum." Dito meletakkan  lipatan handuk kering di atas bantal di sebelah kepala Isma. Mengecup pelan dahi Isma, Dito berlalu hendak salat subuh di mushola.

"Waalaikumsalam," jawab Isma.

Sepeninggal Dito, Isma bangkit ke kamar mandi dengan memakai handuk yang di letakkan Dito tadi.

Beberapa langkah meninggalkan ranjang, Isma baru tersadar kalau dia semalam tidur di kamar suaminya.

Isma terus memindai, kamar tidur ini luasnya dua kali lipat kamarnya di sebelah.

Kamar Dito berdominasi warna putih gading memberi kesan luas. Isma berbalik dan melangkah ke ruangan di sebelah kamar yang hanya di pisahkan sekat geser.

Isma menggeser pintu dan menemukan ruang kerja suaminya. Ada beberapa gulungan kertas di atas meja. Isma tak berani mendekat, takut menggeser bahkan yang paling fatal merusak tempat kerja suaminya.

Sebuah sofa panjang dengan meja sudut di letakkan di samping jendela di ruang kerja itu menjadikan ruangan terasa lebih nyaman.

Isma terus maju dan menemukan ruangan berpintu seperti mushola. Saat menengok ke dalam, Isma meyakini kalau itu sebuah mushola mini di dalam kamar. Isma semakin takjub dengan tata letak rumah suaminya. Walaupun minimalis namun di dalamnya sangat elegan.

Isma keluar dari ruang kerja dan menuju kamar mandi. Membuka pintu, Isma kembali takjub dengan kamar yang dimasukinya kali ini. Ruangan itu lebih kecil dari ruang tidur dan ruang kerja karena terbagi dua dengan kamar mandi yang menurut Isma sangat berkelas.

Dua lemari pakaian besar berderet cantik yang mengapit satu buah kaca raksasa menunjukkan ukuran tubuh orang  yang berdiri didepannya. Di sebelah lemari terdapat meja dengan rak-rak kecil berisi jam tangan, dasi dan celana dalam suaminya.

Pandangan Isma kembali di manjakan dengan rak tinggi berisi semua alas kaki Dito, mulai dari sepatu kerja, sepatu olahraga, sandal semi formal bahkan sendal jepitnya tertata apik di sana.

'pantas saja nggak ada lemari di depan, semua bajunya di sini. Jadi karena ini, kalau sudah pulang betah banget di kamar, lha kamarnya rapi begini,' batin Isma.

Saat tengah memindai seluruh  walk in closet suaminya, lamat dari jauh terdengar suara iqamah, Isma langsung terhenyak dan menuju kamar mandi, takut tertinggal waktu salat subuh.

☘️☘️☘️

"Assalamualaikum, Dek!" Dito kembali mengunci pintu, takut Isma kembali memakai pakaian yang kemarin. Takut ada orang bertamu dan langsung nyelonong masuk. 'Kan bisa gawat!

Pebinor Bucin.(Sudah Tamat di Kbm-app) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang