13. Gagal total

205 18 2
                                    

Jendela kamar bernuansa minimalis bercat dinding putih itu tampak berembun disebabkan hujan yang tak kunjung reda sejak siang hingga kini menjelang malam.

Pemuda sang pemilik kamar tengah duduk santai di depan jendela, memandang rintik hujan yang setia mengguyur bumi tanpa henti. Tangannya menggenggam secangkir coklat hangat yang kini sudah dingin dan tersisa setengah.

Sesekali disesap coklat tersebut usai netranya memandang gadis manis yang sedang terlelap di ranjangnya. Nezuko sudah tidur mulai dari siang tadi selepas keduanya berolahraga bersama di taman komplek dan hingga malam hampir tiba, Nezuko tak kunjung membuka mata.

Muichirou tak tega membangunkan, mungkin dia kecapekan, pikirnya.

Oh, ya perburuan kado kemarin berakhir kacau-balau. Kado tak dapat, rasa malu gantinya.

Kemarin mereka bertiga benar-benar mendatangi toko pakaian dalam. Tak perlu mempertanyakan sebagaimana malunya Muichirou. Ia bahkan berpikir untuk melepas wajahnya; jika bisa dan membuangnya ke tong sampah agar suatu hari nanti saat bertemu dengan pegawai toko pakaian tersebut, dia tak mengingat Muichirou.

Berada di dalam toko tersebut, otak 2 remaja mesum Sabito dan Yuichirou mulai berkelana tak tentu arah. Mereka membayangkan hal-hal mesum sampai wajah mereka memerah. Keduanya terus melempar candaan tak senonoh dan tertawa terbahak-bahak bersama.

Hingga mungkin para pegawai di toko merasa tak nyaman lantas mengusir ketiganya. Muichirou juga. Tetapi memang sudah tabiat lelaki untuk tetap bersikap santai dan humoris meski dikeadaan memalukan sekalipun.

Selepas diusir, Muichirou segera melenggang pergi menjauh. Tapi tidak dengan sang kakak dan temannya. Duo mesum juga koplak itu malah mengajak pegawai penjaga toko bercanda dan bergurau. Tingkah keduanya berujung satpam penjaga yang datang menghampiri dan menyeret keduanya keluar area perbelanjaan.

Sungguh memalukan. Jika saja Yuichirou dan Sabito bukanlah saudara dan temannya sudah pasti keduanya dibuang Muichirou ke ujung dunia. Sejauh mungkin dari pandangannya.

Dan, rupanya kesialan Muichirou kemarin tak sampai situ saja. Disaat mereka bertiga berencana pergi ke toko pakaian atau boneka sebagai pilihan kado, hujan turun deras. Sampai berangin pula. Dan berakibat Muichirou terpaksa memberhentikan mobi di tepi jalan. Menunggu hujan reda. Bahkan hingga lampu-lampu jalan mulai menyala, langit mulai menggelap dan mentari yang terbenam  air hujan senantiasa turun tanpa jeda.

Jangan ditanya berapa kali Muichirou mengumpat dalam mobil karena kesal. Seluruh nama hewan di kebun binatang tak ada yang terlewat sama sekali untuk dilontarkan dari bibirnya.

Kegiatan mengumpat Muichirou terhenti sejenak kala mendengar ungkapan permintaan maaf dari kakak dan temannya.

"Sorry--Mui. Gue nggak mengira kalo kita bakal diusir kek gini." Sabito yang lebih dulu meminta maaf. Disusul Yuichirou kemudian. "Iya, gue juga minta maaf."

"Maaf doang nggak bisa dibuat kado untuk Nezuko." balas Muichirou berang. Pemuda itu menahan emosinya agar tak meledak-ledak. Muichirou percaya, kemarahan berlebihan akan berakibat buruk nantinya.

Lalu hening kemudian. Tak ada yang berani bersuara. Takut semakin menyulut kemarahan seorang Muichirou Tokito. Benar kata orang, jangan remehkan tenangnya permukaan lautan sebab sekalinya lautan murka, takkan ada yang mampu melawan.

Melihat bagaimana kalutnya Muichirou membuat Sabito merasa bersalah. Karena dialah merekà bertiga mendatangi toko pakaian dalam dan kemudian diusir. "Gue yang bakal beliin Nezuko kado sebagai permintaan maaf gue ke elo."

"Apa yang mau lo kasih diwaktu mepet gini? Kancut mak lo? Pulpen hasil ngepet?"

"Udah lo percaya gue aja. Gue yang bakal beliin kado buat Nezuko. Lo cuma tinggal duduk diam aja."

Fall | Muichirou X NezukoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang