Deru nafas teratur dengan mata terpejam erat, bibir merah merekah itu terbuka, menandakan pemuda manis ini masih terlelap dalam tidur nyenyaknya.
Ada senyum lebar yang menghias pagi ini, wajah tegasnya berseri sembari memasang baju kaus lengan panjang hitam dengan benar dengan mata tak lepas dari anak angkatnya.
"kau gila Kang Daniel," bisiknya diakhiri dengan tawa kecil.
"kemana otakmu sampai bertindak gila malam tadi hm? Kau sukses sudah gila, perlu aku hubungi rumah sakit jiwa?"
Dengan berbicara sendiri Daniel hanya terus merutukinya, tidak bisa dielak ia diambang hilang akalnya saat ini.
Ketukan pintu kamar membuyarkan gerutuan pada diri sendiri seraya melangkahkan kaki kala ada yang memanggil dari luar.
"Tuan Kang, tuan muda—?"
"ada dikamarku." Daniel menyela perkataan Bibi Jung itu setelah membuka pintu, tidak lebar, kepalanya menyembul keluar.
Wanita itu beroh ria panjang, ada kerutan didahinya lalu melangkah pergi kearah dapur menyiapkan sarapan Daniel.
Tumben sekali Daniel dijam seperti ini masih dirumah dengan pakaian santainya. Tidak ingin bertanya lebih ia lebih memilih memendam yang bukan urusannya.
Pria itu duduk ditepian kasur, menyibak halus anak rambut lalu mengusap pelan wajah Jihoon yang tenang dalam tidurnya.
Inginnya agar lebih nyenyak dalam tidur, Jihoon akhirnya membuka matanya karena merasakan sentuhan, "dad? Tidak kerja?" suaranya serak perpaduan khas bangun tidur dan juga seperti kehabisan suara. Daniel hanya mampu menghilangkan pikiran liarnya kala tertuju bagaimana berisiknya Jihoon dini hari tadi.
"daddy ambil cuti sehari," ujar Daniel tenang. Ia lihat Jihoon menggangguk kecil sembari mendekatkan tubuh padanya.
Anak itu memangku kepalanya sendiri diatas paha seraya menyembunyikan wajah diperutnya, Daniel terkekeh kecil. Mengusap belakang kepala Jihoon dengan sayang. Matanya tidak lepas dari Jihoon yang kembali memejamkan mata.
"baby," panggil Daniel saat hening ke menit 5. Tangannya masih betah bertengger. Sesekali menyubiti pipi berisi Jihoon.
"hm?" gumam Jihoon, kepalanya kembali ia buat nyaman sambil mengeratkan lingkaran tangannya dipinggang Daniel. Tak ada respon, ia mendongak dan Daniel menatapnya dalam diam.
"kau baik-baik sajakan?" ujar Daniel.
Jihoon menukik alisnya bingung, dengan linglung mendudukkan diri. Mendesis kecil lalu memposisikan diri bersandar pada kepala ranjang. Ia tidak mampu duduk dengan benar.
"ya, Jihoonie baik-baik saja."
Menghela nafasnya dalam, Daniel tersenyum ia tautkan genggaman tangannya erat sembari membelakangi Jihoon.
"naiklah, biar daddy gendong. Baby harus sarapan." ujar Daniel sedikit menoleh. Membawa genggamannya tadi untuk ditenggerkan dibahunya.
"ta-tapii—"
"tutup saja tubuhmu dengan selimut."
"Bibi Jung kan ada dirumah dad, lalu jika dia bertanya bagaimana?"
Sontak Daniel membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Jihoon, "Jihoonie makan dikamar daddy saja ya? Bolehkan? Ya ya ya?"
Pria itu tidak menjawab langsung, mendengar ada yang kembali memanggilnya dari luar kamar, ia mengangguk kecil. Mengizinkan apa yang diinginkan Jihoon.
"tunggu di sini. Biar daddy yang mengambil sarapanmu."
"baiklah!"
"ah daddy mau bertanya sesuatu padamu,"
YOU ARE READING
Get Closer (NIELWINK) I√
Fiksi Penggemar(COMPLETED) 🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞 Jihoon membenci rintikan air. rintikan air itu membuatnya kehilangan dunianya, kakek yang menjaganya dari lahir. orang tua? hahaha jangan membuatnya mendengar pertanyaan itu. Wajah mereka bahkan ia tidak tahu. hidup seoran...