Air dan Dia

4 0 0
                                    

Ardi adalah seorang pria yang memiliki ketakutan besar terhadap air, membuat ia sering menghindari pelajaran olahraga yang berhubungan dengan air di sekolahnya. Hal itu di pandang aneh oleh sebagian teman di kelasnya namun tidak membuat seorang ardi merasa aneh, karena bagi ia banyak orang yang memiliki hal yang sama dengannya. Hingga suatu hari seorang bernama kevin mengerjainya dengan mendorong ardi ke arah kolam renang ketika setelah jam olahraga selesai, hal itu tidak diduga oleh ardi hingga akhirnya ia terjatuh di dalam kolam.

Suara minta tolong bagaikan lelucon untuk semua orang yang berada di sana namun hal itu segera berakhir, seorang siswi menolong ardi. Dinda nama siswi yang menolong ardi, ardi terlihat lemas dan menahan tangis dengan memeluk kakinya erat tanpa mempedulikan keadaan sekitar, dinda yang melihatnya bingung dan marah kepada kevin.

"Lihatlah apa yang kamu perbuat padanya?!" Teriak Dinda pada kevin yang hanya diam dan pergi dari sana begitupun siswa lainnya, berbeda dengan dinda yang mencoba untuk menenangkan ardi yang semakin aneh.

"Ardi tenanglah, aku akan kembali tunggu disini oke" kata Dinda.

Setelah itu Dinda memutuskan untuk mencari bantu ke ruang guru, guru yang mendengar cerita dari dinda segera berlari ke tempat ardi berada. Ardi terus mengucapkan kata maaf berkali-kali di mulutnya tanpa henti tanpa memperdulikan ucapan guru yang mencoba untuk menenangkan ardi. Hingga ardi tiba-tiba diam untuk beberapa saat sebelum ia jatuh pingsan. Guru itu segera membawa ardi ke rumah sakit dengan wajah cemas dan tak lupa menghubungi keluarga ardi. Tak lama keluarga ardi datang dan menanyakan keadaan anaknya kepada guru itu, namun sebelum guru itu menjawab seorang dokter keluar dari ruangan yang di tempati oleh ardi,  sehingga membuat semua orang tertuju pada dokter.

"Saya harap hal ini tidak terjadi lagi, itu sangat berbahaya bagi mentalnya dan sebaiknya pasien harus di rawat untuk menghilangkan traumanya terlebih dahulu sebelum memulai masuk kehidupan sekolah, itu saran dari saya" kata dokter.

"Apa putra saya baik-baik saja?" Tanya Ayah Ardi.

"Untuk sementara iya tapi anda harus membawanya ke dokter kejiwaan untuk menghilang traumanya" kata dokter.

"Sebenarnya saya sudah membawa namun dia selalu menolak" kata ibu ardi.

"Mungkin ini akan menyiksanya ketika mengingat hal yang paling ia takuti tapi jika di biarkan hal itu akan lebih berbahaya, semua ada di tangan anda hanya ada dua kemungkinan dia akan menjadi gila atau dia akan berpikir untuk mengakhiri hidupnya" kata dokter membuat semua orang terdiam.

Setelah kejadian itu orang tua ardi langsung datang ke sekolah dan meminta kevin untuk tanggungjawab dengan apa yang terjadi dengan ardi. Ardi menjadi diam setelah dia di pindahkan ke rumah sakit jiwa agar dapat melawan traumanya yang selama ini ia pendam lebih dari 11 tahun. Hal itu membuat kevin merasa bersalah yang melihat kondisi ardi di balik pintu ruangan ardi berada, kevin membuka pintu dan melangkah masuk bersama dengan wali kelas.

"Aku benar-benar minta maaf, tak seharusnya aku melakukan hal itu dan membuatmu seperti ini atas perbuatan yang aku lakukan padamu, atas semuanya sekali lagi aku minta maaf, semoga kamu sembuh dan semua orang pasti menunggu kamu kembali ke sekolah" kata kevin.

"Cepatlah kembali ardi, saya tau kamu kuat dan bisa melawannya, kami pamit" kata wali kelas.

Ardi hanya diam tanpa menjawab dan masih menatap depan dengan tatapan kosong membuat keheningan di antara kevin dan wali kelas. Wali kelas memutuskan pamit bersama kevin, setelah kepergian mereka hal tak terduga membuat seorang perawat yang baru datang untuk memeriksanya terkejut, ketika ardi berada di pojok dinding memeluk erat dirinya dengan mulut yang terus bergerak seperti mengucapkan sesuatu namun tidak jelas. Perawat itu mencoba mendekat dan menenangkannya namun ardi semakin tak terkendali bahkan ia mendorong perawat hingga terjatuh. Kata yang sering ia ucapkan adalah kata maaf, namun tidak ada yang tau kenapa ia terus mengucapkan kata maaf tersebut, saat di tanya oleh dokter yang menanganinya ardi akan mengatakan hal yang sama berulang kali, hingga dokter memutuskan untuk memberikan terapi penenang setiap minggunya.

Minggu pertama dokter memulai terapi dengan cara menghipnotis ardi yang saat ini sudah tertidur tenang. Perlahan dokter mulai menanyakan hal ringan padanya di sisi lain ardi merasa di dunia yang berbeda.

"Apa yang kamu rasakan saat ini?" Kata dokter lembut.

"Tenang" kata ardi.

"Bagus, apa arti air bagimu?" Tanya dokter.

"Menakutkan, menyakitkan dan aku membencinya" kata ardi dengan nada menekan setiap kata.

"Oke, apa arti maaf bagimu?" Tanya dokter.

"Penyesalan" kata ardi.

"Apa hubungan air dengan maaf bagimu?" Tanya dokter.

"Kematian" kata ardi.

"Baik, bagaimana sekarang perasaanmu?" Tanya dokter.

"Aku benci dengan perasaanku saat ini" kata ardi tanpa sadar air matanya menetes.

"Hm baiklah, kalo gitu kita sudahi dulu untuk hari ini, kau bisa membuka matamu" kata dokter.

Ardi membuka matanya dan bangun dari tempat tidur langsung pergi tanpa mengucapkan satu katapun. Setiap harinya ardi hanya diam hingga minggu kedua dimana ia harus kembali menjalani terapi kembali. Hal sama di lakukan oleh dokter ialah kembali menghipnotis ardi dan menayakan pertanyaan ringan.

"Apa yang kamu rasakan saat ini?" Tanya dokter.

"Tenang" kata ardi.

"Bagus, kenapa kamu selalu mengucapkan kata maaf? Dan kepada siapa kata maaf itu di tujukan?" Tanya dokter membuat ardi terdiam sesaat namun segera ia menjawabnya.

"Karena dia! Dia! Karena dia!" Kata Ardi berulang-ulang membuat dokter segera mencoba menenangkannya.

"Tenanglah oke, Apa dia itu temanmu? Sahabatmu? Atau orang lain?" Tanya dokter Hati-hati.

Respon ardi diluar dugaan membuat dokter itu terkejut saat ardi terbangun dan menatap sekitar seperti mencari sesuatu, saat itu mata dokter bersamaan dengan mata ardi menatap benda tajam yang akan ardi ambil membuat dokter itu segera mengambilnya, sebelum ardi namun dokter kalah cepat hingga ia melihat ardi dengan sendirinya mengoreskan lehernya tepat di mata dokter, dokter segera mengambil dan berteriak ke perawat agar segera menangani luka ardi buat sendiri. Ardi hanya diam tanpa merasakan sakit saat dirinya di obati tatapan  mata kosong selalu ia tunjukkan, dokter yang melihat kondisi ardi memutuskan untuk mengakhiri terapi hari ini.

Bersambung

Kisah Yang Tak HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang