17

39 1 0
                                    

"Lo, ngapain disini?"

Donghyun berbalik, ternyata Yuvin. Ada Hangyul juga di sebelahnya. Donghyun tersenyum. "Seperti yang lo lihat, datang ke acaranya Kikan."

Dahi Yuvin berkerut. "Emang lo diundang?"

"Gak sih. Tapi gue harus datang."

"Kenapa?"

Donghyun mengalihkan pandangannya ke kanan, ke seseorang yang sedang memperhatikan foto maternity Kikan dan Yohan. Yuvin dan Hangyul pun turut mengalihkan pandangannya ke arah yang Donghyun lihat. Ada Donghan berdiri disana.

"Anjir ngapain lagi tu orang," Yuvin kesal dan ingin maju menghampiri Donghan. Entah mau ngapain tapi langkahnya itu dihalangi oleh Hangyul.

"Udah udah. Jangan bikin keributan. Lagi banyak orang disini," kata Hangyul.

Yuvin terpaksa mengalah, walaupun mukanya menunjukkan kalau dia kesal banget sekarang. Dia lalu beralih pada Donghyun. "Temen lo tu ngapain sih pake datang segala? Merusak suasana banget."

Donghyun nyengir. Pokoknya apapun yang terjadi harus selalu tersenyum. "Gue juga udah larang dia datang kok. Tapi dia nya aja keras kepala tetap mau datang. Katanya juga dia udah tahu duluan karena kemaren dia datang kesini sama Yeji buat ngantar foto yang sedang dia tatap itu. Dan hari ini dia datang kesini juga sama Yeji."

"Yeji jadi fotografer acara ini?" tanya Hangyul.

Donghyun mengangguk. "Iya. Tu dia lagi sibuk."

Yuvin dan Hangyul pun menoleh ke arah yang ditunjuk Donghyun. Dari tempat mereka berdiri mereka bisa melihat Yeji sedang sibuk memotret beberapa sudut rumah. Acara memang belum dimulai jadi Yeji masih bisa dengan leluasa memotret objek yang dia inginkan. Orang-orang yang datang juga belum terlalu banyak.

Yuvin berdecak. "Gila. Gak paham gue. Yang satu mantan pacar bininya, Yang satu mantan crush lakinya. Dan semuanya sedang berkumpul di lokasi yang sama sekarang."

Donghyun menoleh heran pada Yuvin. "Mantan crush? Maksudnya?"

"Maksudnya, dulu Yohan itu naksir sama Yeji pas jaman kuliah. Tapi sebatas naksir doank. Gak jadi nembak," jelas Yuvin.

Donghyun mendengus lalu tersenyum. "Bisa gitu ya?"

Yuvin berdecak. "Apa yang gak bisa di dunia ini? Nikah karena terpaksa terus jadi suka beneran aja bisa."

Donghyun menatap Yuvin untuk beberapa saat sebelum memalingkan wajahnya lagi dan tersenyum.

***

"Kim Yohan."

Yohan menoleh pada orang yang memanggilnya. Dia malas banget meladen orang ini sebenarnya tapi karena rumahnya sedang ramai, setidaknya dia harus jaga image. Yohan yang tadinya sedang ngobrol dengan salah satu tamunya minta izin untuk beralih pada orang yang memanggilnya ini. Yohan berdiri tegak, di depan Donghan.

Yohan menatap mata Donghan yang sekarang sedang tersenyum padanya. Donghan menyerahkan sesuatu menggunakan tangan kanannya. Yohan hanya menatap tangan itu bingung. Karena yang diserahkan Donghan adalah pena dan kertas.

"Tadi gue dikasih sama bapak-bapak yang di luar," Donghan bersuara duluan.

Yohan masih diam. Terus kenapa Donghan kasih ke dia? Buat apa?

"Bapak yang tadi minta tolong untuk menuliskan nama orang tua yang punya acara ini. Nama Ibu dan Ayahnya, lengkap."

Mendengar itu barulah Yohan beralih menatap Donghan lagi. Dia tertawa pelan sebelum mengambil pena dan kertas dari tangan Donghan. "Thanks," kata Yohan lalu berlalu masuk ke kamar Kikan. Kebetulan Kikan memang sedang bersiap-siap di kamar itu.

To Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang