"Papaaa, kok bawa-bawa raket nyamuk?"
Jaehyun memutar bola matanya. Ada-ada saja pertanyaan Jaemin. "Ini raket badminton."
"Papa, habis main badminton ya?" si lembut Jeno muncul dari kamar.
Jaehyun berlutut di depan Jeno dan mengusap pipi anaknya. Jaemin memanfaatkan kesempatan untuk naik ke punggung ayahnya. "Iya, Jeno. Kenapa?"
"Papa belum pernah main ini sama kami." Jeno mengerjap.
Jaehyun terdiam. Jeno menatapnya dengan mata kecil yang lucu. Jaemin menusuk-nusuk lesung pipi Jaehyun. "Iya. Papa hari ini belum main sama kami."
"Kalian mau main apa?" tanya Jaehyun.
"Itu." Jeno menunjuk raket Jaehyun.
"Tapi kalian masih terlalu pendek." Jaehyun menggaruk kepala.
"Cari cara dong. Gimana sih Papa." ujar Jaemin.
Jaehyun bergumam. Tidak mungkin mengajak kembar ke lapangan badminton. Mereka masih terlalu kecil.
"Kalian punya raket tidak? Papa lupa."
"Kami tidak punya raket, Papa." jawab Jaemin.
Sebuah ide muncul di kepala Jaehyun. "Tenang, tapi Papa butuh bantuan. Jaemin dan Jeno bisa tolong ambilkan keranjang baju kotor?"
"Pa, berat." kepala Jaemin bersandar lesu di pundak Jaehyun.
"Mau main tidak?" tanya Jaehyun.
"Mau." Jaemin turun dari punggung Jaehyun dengan cemberut, lalu menarik Jeno ke ruang laundry.
Jaehyun pergi ke bagian laci dapur. Dia mengambil segulung tali dan 3 buah piring. Jaehyun melilitkan tali ke bagian kiri dan kanan ruangan. Dipastikan ukurannya pas. Setelah itu menyiapkan kok.
"Papaaaa, bantuin dong!" omel Jaemin.
"Ya ampun." Jaehyun gerah mendengar omelan Jaemin.
Jaehyun menyeret keranjang baju kotor, mengambil beberapa baju, lalu meletakkannya di atas tali seperti jemuran. "Nah. Netnya sudah jadi."
Jaehyun memberikan piring kepada Jaemin dan Jeno. "Ini."
"Pa, kami sudah makan." Jaemin memprotes.
"Ini untuk raket." Jaehyun mempraktekkannya.
Jaemin dan Jeno melongo. Jaehyun tertawa senang melihat kebingungan anaknya. "Nah. Sekarang ayo. Kalian lawan Papa."
Jaehyun menyebrang ke net jemuran. Jaehyun menginisiasi pelemparan kok. Jaemin dan Jeno terdiam.
"Papa belum ajari kami cara mainnya." ucap Jeno polos.
Jaehyun menghela nafas. Ia menyebrang kembali. "Oh iya."