"Papa!"
Haechan, seperti biasa, lompat dari anak tangga untuk jatuh ke pelukan ayahnya. Johnny menggendong anaknya sambil berputar beberapa kali sebelum membawa diri ke sofa. Johnny ingin mendengar cerita anaknya hari ini.
Sejak pagi, Haechan sudah heboh sekali. Hari ini adalah hari makanan. Tidak seperti biasanya, Haechan dan teman-temannya diwajibkan membawa makan siang dari rumah. Johnny membawakan Haechan pie ubi.
"Ngapain aja tadi di sekolah?" tanya Johnny.
"Ya belajar, Pa." jawah Haechan.
Untung mood Johnny baik. Dia hanya menggelitik Haechan. "Belajar apa?"
"Makan." jawab Haechan sumringah.
"Hah? Gimana?" Johnny gagal paham.
"Karena hari ini adalah Food Day, aku sama yang lain buat makanan terus dimakan masing-masing." cerita Haechan.
"Kamu buat apa?" tanya Johnny.
"Sandwich, tapi aku tidak suka. Soalnya tidak pakai kompor." Haechan cemberut.
"Memang yang lain pakai?" tanya Johnny.
Haechan mengangguk. "Kakak-kakak pakai. Adik-adik belum."
"Soalnya kalau kena api nanti kamu luka. Kakak-kakak sudah lebih besar." jelas Johnny. "Tapi, kamu boleh coba kalau di rumah. Sama Papa."
"Masak mie?" Haechan mengusulkan mie instan.
"Mau sekarang?" ajakan Johnny disambut anggukkan Haechan. Johnny langsung menggendong Haechan ke dapur.
"Eh iya, tadi gimana pie buatan Papa?" tanya Johnny.
Terdengar suara asing dari Haechan. "Enak. Tercium kan wanginya?"
"Kentutmu bau!"