Malam minggu.
Doyoung menyelesaikan pekerjaan lebih awal. Dia sudah check sound dan menyelesaikan makanan. Jadi dia mengabulkan permintaan Jungwoo untuk main ke pasar malam.
Jungwoo bilang dia mau sosis goreng. Apalagi dia baru dapat nilai bagus untuk matematika. Dia semakin giat menuntut Doyoung.
Setelah sosis mereka matang, keduanya pergi ke tempat yang enak untuk duduk. Angin begitu enak berembus. Kalau tidak bawa Jungwoo mungkin Doyoung akan tidur.
"Papa!" Jungwoo menunjuk satu titik. "Itu ada yang menikah. Kok tidak nyanyi?"
Doyoung menatap datar. "Itu foto prewedding. Lagipula, Papa gak bisa sembarangan nyanyi juga."
"Kenapa? Suara Papa ternyata jelek ya?" Jungwoo entah jujur atau meledek.
Doyoung memutar bola mata. Sudah dia bosan melihat pemandangan pernikahan, ditambah lagi Jungwoo yang sepertinya semakin hobi 'memanggangnya.
"Pa?"
"Hm?" Doyoung melirik anaknya.
"Kenapa harus menikah?" tanya Jungwoo.
Doyoung mengernyitkan dahi. "Kata siapa?"
"Laki-laki dan perempuan menikah. Kenapa harus menikah?" tanya Jungwoo lagi.
"Karena mereka saling sayang." jawab Doyoung. Ia mencoba mencari jawaban paling sederhana.
"Papa sayang aku, tapi kita tidak menikah." Jungwoo mengernyitkan dahi.
Doyoung memutar bola mata, menghela nafas.