18. Diniyah

3.6K 342 2
                                    

"Gak papa. Bagus deh kalo kamu denger. Gak sia-sia kita ngomongin kamu dari tadi" ucap si Zahra tadi. Awalnya mereka kaget dan keliatan takut gitu waktu ada Aira, tapi gak lama setelah itu Zahra nyolot dan berkata seolah menantang Aira.

"Lo kan emang pengen di puji sama mbak Gina kan?! Ngaku lo"

Aira mengangkat alis sebelah, "kalo iya ngapa? Masalah buat lo!"

"Iya. Masalah buat aku" ucap Zahra, "cuma aku dan asrama aku yang boleh di pandang bagus sama pengurus di sini"

Oh, jadi ini penyebabnya kenapa mereka selalu berambisi untuk jadi yang nomer satu. Batin Aira.

"Cih, munafik lo. Selama ini lo ngelakuin yang baik ternyata cuma topeng doang! " balas Aira sengit.

" He! Suka - suka gue ya. Gue udah lama disini, sedangkan lo? Lo itu santri baru gak usah belagu"
Zahra mendekat dan langsung menarik jilbab yang Aira gunakan.

Mata Aira melebar, "maksud lo apa narik - narik kerudung gue?!"

Zahra tak menjawab dan malah tambah menarik jilbab Aira hingga terlepas dan dilanjut menjambak rambut Aira. Aira tak terima dan melakukan pembalasan balik. Jadilah jambak - menjambak antara Aira dan Zahra.

Teman - teman Zahra bingung, akhirnya salah satu dari mereka melapor kepada pengurus.

"AIRA! ZAHRA! " ucap mbak Gina yang baru saja datang.

Mereka tak mendengar dan masih melanjutkan.

" Hentikan! " mbak Gina mendekat dan melerai mereka berdua.

" Ada apa ini" tanya mba Gina setelah keduanya terpisah namun dengan nafas yang masih terengah - engah.

"Bukan saya mba. Aira itu tadi, tiba - tiba jambak rambut saya. Padahal saya tadi mau ngasih ucapan selamat tapi malah di jambak mba sama dia" Zahra menjelaskan dengan nada yang akan membuat siapa pun percaya mendengarnya. Terdengar sungguh - sungguh.

Aira memutar bola mata malas.

"Benar itu Aira? " tanya mba Gina menoleh kepada Aira.

Aira menghela nafas. Malas memperpanjang masalah.

" Serah mau percaya sama siapa. Intinya, gue gak akan bales kalo gak ada yang mulai duluan" Aira memutar badan dan meninggalkan semua yang ada di aula.

****
Keesokan harinya, Aira kembali menjadi Aira yang seminggu lalu hilang. Sholat subuh mulai kesiangan,  bolos ngaji, males diniyah, semua kelakuan buruk itu kembali padanya.

Aula, ruangan Diniyah

"Agnia " absen mba Haifa, ustadzah yang akan memberi materi pelajaran.

"Hadiroh " jawab Agnia.

" Aida"

"Hadiroh"

"Aira"

Hening. Tidak ada sahutan. Hingga salah satu dari yang hadir di aula berteriak,

"GHOIBAH USTADZAH! "

" Gundulmu ghoibah. Ini gue " jawab Aira tiba - tiba yang baru saja masuk dan langsung nyelonong duduk tanpa salim terlebih dahulu pada ustadzah.

Mba Haifa menggelengkan kepalanya. Heran dengan tingkah laku salah satu muridnya. Semoga, suatu saat nanti Aira mendapat hidayah yang dapat merubahnya menjadi lebih baik, batinnya.

Acara absen meng absen sudah selesai dan saatnya pelajaran akan di mulai. Aira? Always sleeping. Jika biasanya akan di bangunkan, untuk kali ini tidak. Teman - teman nya sudah malas. Percuma. Yang ada mereka malah kena semprot dengan cibiran nya Aira.

Tapi sebenarnya Aira sedari tadi belum tidur. Dirinya sudah tidur sesudah sholat maghrib tadi. Dan terbangun saat orang - orang di asramanya akan berangkat diniyah. Tadinya Aira malas berangkat, tapi serem juga kalo sendiri di asrama. Untuk itu kali ini Aira tidak bolos.
Jangan tanyakan sholat isya. Sudah pasti jawabannya adalah, belum.

"Disini ada yang sudah tau tentang idghom bilaghunnah? " tanya mba Haifa memulai pelajaran.

Semua diam dan mulai menyimak. Dan Aira dengan posisi nya dengan meletakkan tangan kanan sebagai penyangga kepala di atas meja. Memejamkan mata seolah - olah tertidur.

" Hukum Idgham Bilaghunnah yaitu suatu hukum tajwid yang terjadi ketika ada Nun Sukun ( نْ ) atau juga tanwin ( ــًــ, ــٍــ, ــٌــ ) yang ketemu dengan huruf hijaiyah lam ( ل ) atau huruf hijaiyah Ro ( ر ), dan dibaca dengan tidak menggunakan suara yang berdengung. Huruf idghom bilaghunnah hanya dua yaitu lam dan Ro. " semua sibuk mencatat apa yang mba Haifa ucapkan.

" Cara membacanya yaitu dengan cara meleburkan huruf hijaiyah  نْ  atau tanwin [ ــًــ, ــٍــ, ــٌــ ] tersebut menjadi suara huruf hijaiyah sesudahnya yaitu huruf lam /  ل  ataupun huruf ro /  ر, atau dengan cara lafaz yang kedua huruf hijaiyah tersebut seakan-akan  diberi tanda tasydid, dengan tanpa dikuti dengan suara berdengung (ghunnah)."

"Ada yang bisa memberi contoh? "

Salah satu santri angkat tangan." Ya, Sinta, silahkan "

Sinta mengangguk," Bismillahirohmanirohim, من ل ذلك. "

" Alhamdulillah, benar. Dari contoh yang di bacakan Sinta tadi bisa di perhatikan kalau huruf aslinya adalah min ladunka, tetapi di baca milladunka"

"Ada lagi yang bisa mencontohkan? "

" Saya ustadzah " jawab santri yang lain, kalo gak salah namanya Yani.
MBA Haifa mengangguk.

" Bismillahirohmanirohim, من ر ب رحيم"

Mba Haifa tersenyum, "Alhamdulillah benar Yani. Dari contoh tadi bisa  di perhatikan kembali kalau tulisan aslinya adalah min robbin rohiimin, tetapi di baca mirrobbrirrohiimin karena terdapat huruf idghom bilaghunnah di dalamnya."

"Baik, sampai disini dulu belajar kita malam ini. Wallahu A'lam. Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh"

Semua serentak menjawab, "WAALAIKUMSALAM WAROHMATULLAH WABAROKATUH"

Mba Haifa keluar ruangan. Tapi sebelum benar - benar keluar, mba Haifa berpesan, "jangan lupa itu Aira di bangunkan."  Semua yang mendengar mengangguk.

"Eh sono, bangunin mba Aira males aku. Udah pernah kena omel gara - gara bangunin" kata Yani.

"Ogah. Males juga aku. Wonge sangar" balas temannya.

"Kamu sana mba yang bangunin" suruhnya pada Sinta.

"Gah. Udah sih benke wae. Nanti juga bangun sendiri" balasnya jutek sambil merapihkan buku.

"Lah gimana to sampean - sampean iki. Gak amanah itu namanya" ucapnya sok menggurui.

"Yaudah. Kamu aja kalo gitu yang bangunin"

"Gak berani aku" jawab Yani.

"Terus ini siapa yang mau bangunin?"tanya nya pada diri sendiri

"Mba kamu ya yang bangunin mba Aira" sudah hampir sepuluh kali Yani mengulang kata itu pada orang yang berbeda, tapi jawabannya tetap sama yaitu 'Males'.

Sedang pusing nya memikirkan siapa yang bisa di suruh untuk membangunkan Aira, tiba - tiba Aira menegakkan badan dan mengambil buku serta pena yang ia bawa dan mulai bangkit berdiri meninggalkan mereka yang melongo dengan apa yang Aira lakukan.

"Loh, la itu mba Aira kok udah bangun? Kan belum di bangunin yak? " tanya Yani bingung. Yang lain juga sama.

Tak lama suara cempreng Yani terdengar" YA ALLAH. Udah susah - susah nyuruh sana sini buat bangunin, eh orangnya malah udah nyelonong pergi. Ampuni dosa Sinta Ya Allah"

Sinta yang di sebut menoleh. "Kok aku Yan?"

"Ya gak papa. Emang kamu gak mau kalo dosanya di ampuni? "

" Ya mau lah. Yaudah Aamiin" Sinta sambil mengusap kedua tangan ke wajah seperti orang yang selesai berdo'a.

Sedangkan yang lain, yang masih ada di aula hanya memperhatikan apa yang terjadi sambil terkekeh melihat kelakuan Yani dan Sinta.

***
TBC😘

Menggapai Cinta Sang Gus [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang