60. Duka Yang Mendalam

2.3K 413 84
                                    

Kematian adalah takdir. Kita tidak bisa mencegah, kapan kematian itu akan menjemput kita.

—Prayogi Akbar Jaya—

[Selamat jalan!]

—————————

Intan tak henti-hentinya menangis di dalam pelukan suaminya. Beberapa dokter dan tim medis tengah berjuang menyelamatkan Asyilla di ruangannya. Intan hanya bisa berharap, Asyilla mampu melewati masa kritisnya.

Tak lama setelah itu, Sandy dan yang lainnya menghampiri Intan yang tengah terisak. Puih-puih kecemasan tercetak jelas di wajah mereka masing-masing. Mereka kira, setelah operasi itu berjalan dengan lancar, Asyilla akan segera sembuh, nyatanya Asyilla harus kritis kembali.

“Tante, bagaimana keadaan Asyilla? Kenapa Asyilla bisa kritis lagi, Tan?” tanya Asegaf sangat cemas. 

“Tubuh Asyilla tidak menerima donor jantung itu dengan baik. Sekarang, Asyilla kritis,” jawab Intan sangat sendu.

Seorang dokter baru saja keluar dari ruangan itu, dan menghampiri Intan dan juga Bisma. “Pasien sudah sadar, dan ingin bertemu dengan kalian,” ucap Dokter itu memberitahu.

Dengan rasa khawatir, mereka langsung memasuki ruangan Asyilla. Mereka menatap Asyilla dengan wajah yang sangat pucat dan lemas. Cairan infusan, terus mengaliri selang menuju ke tangan yang tergeletak lemah. Hidung dan mulut Asyilla di lindungi oleh Oxygen mask.

Mereka mendekati brankar Asyilla dengan air mata yang terus menetes. Intan, langsung mengusap rambut Asyilla dengan sangat lembut. Air matanya mengalir di pipinya. Ia tidak kuasa melihat kondisi Asyilla yang seperti ini. Sakit sekali rasanya.

“Sayang, ini Mamah, kamu harus kuat ya. Putri cantik Mamah gak boleh nyerah. Kamu harus yakin, kalau kamu bisa sembuh,” lirih Intan yang berusaha tersenyum menatap Asyilla.

“Papah juga ada di sini Asyilla. Papah ada untuk kamu, Sayang. Maaf, karena Papah tidak bisa menjadi ayah yang baik untuk kamu. Bahkan, Papah tidak percaya terhadap putri Papah sendiri,” ujar Bisma menatap putrinya.

Mereka yang melihat Intan dan Bisma menangis terisak. Mereka langsung tak kuasa membendung air matanya. Tangis di ruangan itu seketika pecah. Mereka semua merasa sangat hancur sekarang.

“Ma-mah, Papah, ma-maafin As-asyilla,” ucap Asyilla lemah.

“Kamu gak usah minta maaf ya, Sayang, kamu gak punya salah apa-apa sama mamah juga papah,” jawab Intan sendu.

Mata Asyilla menatap teman-temannya ada di sini. Air matanya seketika mengalir melihat mereka. Tuhan menjawab doa Asyilla untuk bisa bertemu dengan sahabatnya. Senyuman kecilnya terukir di bibir kecilnya.

“To-tolong maafin Sisil, ya,” ucap Asyilla dengan air mata yang perlahan menetes.

“Lo gak salah, Sil. Harusnya kita yang minta maaf sama lo. Kita semua sudah jahat sama lo.” Amel terisak menatap sendu wajah Asyilla. Ia tidak bisa memaafkan kesalahannya sendiri yang sudah amat sangat jahat.

“Maafin Ndro, Ndro udah jahat sama Sisil,” kata Andre yang sama halnya merasa begitu bersalah.

“Sisil ga-gak pernah ma-marah sama kalian,” ucapnya terbata-bata.

Switched Souls - Asyilla & Atta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang