02: Draco's Dream.

1.5K 139 2
                                    

All the characters belongs to J.K. Rowling

My God, Sage. Your eyes. How have I never noticed them? 

Malfoy Manor terlihat sangat lengang. Manor yang biasanya memang sepi itu kini terlihat jauh lebih sepi dari biasanya. Setelah beberapa tahun masa tahanan rumah mereka selesai, Narcissa dan Lucius semakin sering menghabiskan waktunya keliling dunia. Entah hanya sekedar mencari pernak-pernik, buku, atau bahkan hanya ingin menghabiskan waktu dengan menikmati suasana. Sementara, putra semata wayangnya lebih suka menghabiskan waktu di dalam Manor. Mengawasi perusahaan Malfoy dari Manor. Hubungan Draco dengan Lucius memang semakin baik belakangan, mengingat hukuman tahanan rumah yang mereka jalani. Keduanya bahkan semakin akrab dengan alasan memperkuat perusahaan-perusahaan mereka, bahkan mereka berhasil membuka salah satu perusahaan di dunia Muggle, dan sukses. Hening. Manor semakin hening ketika Draco sendiri. Seperti hari ini. Draco berdiri menatap keluar jendela dari kamarnya, sementara tangan kananya mengantarkan cangkir cokelat panas ke mulutnya. Draco menyesap cokelat panas perlahan. Pandanganya menerawang jauh sementara pikiranya melengang entah kemana. 

"Master Draco, apakah kau ingin sarapan dibawakan ke kamar segera?" Pernie, salah satu peri rumah Malfoy Manor secara tiba-tiba muncul di dekat pintu kamar Draco. 

Draco hanya menggeleng tanpa ekspresi. "Aku akan memberitahukanmu nanti, Pernie. Aku akan menghabiskan cokelat panasku terlebih dahulu." 

Pernie hanya mengangguk dan menghilang begitu saja. Cokelat panas di cangkir Draco masih tersisa separuh, 

"Aku bisa gila."

*

Blaise Zabini memandangi Draco dengan tatapan menyelidik. Draco meringkuk dalam selimutnya sementara kakinya menendang arah angin kosong. Blaise menghela nafasnya, kali ini pasti ada sesuatu yang aneh. Blaise berfikir, perusahaan Malfoy saat ini tentu dalam kondisi baik-baik saja. Sangat baik malah. Keuntungan yang mereka capai bulan lalu bahkan menjadi keuntungan terbesar dalam satu dekade terakhir. Jelas, bukan itu. Lalu apakah wanita? Sayangnya, menurut Blaise itu bukan sesuatu hal yang mungkin untuk bisa membuat Draco Malfoy merasa resah. Pangeran Slytherin satu ini mungkin tidak akan kesusahan mencari perempuan yang ingin menemaninya. Tapi, memang Draco tidak tertarik berdekatan dengan perempuan. Selain Pansy dan Astoria tentu saja, teman asrama mereka. Blaise menyerngit kebingungan, ada apa sebenarnya? 

"Bangunlah, Mate. Kau tidak akan menghabiskan waktu seharian hanya dengan kasur dan menendang angin yang tidak bersalah, bukan?"

Draco semakin menarik selimutnya hingga ujung kepalanya. Blaise menghela nafas, 

"Ada apa? Apa yang kau fikirkan? Aku tidak jauh-jauh dari Italia hanya untuk melihatmu menjadi kepompong. "

Pegangan Draco dalam selimutnya mulai melemah. Lalu selimutnya turun hingga ke perutnya. Tanganya mengacak-acak rambutnya frustasi. 

"Aku bisa gila, sungguh, benar-benar gila." Draco berseru frustasi. 

Blaise hanya menyerngit heran, Ia duduk disamping Draco sambil melepaskan jubahnya dan meletakkan di samping kasur Draco. 

"Kali ini apa, Draco? Apa yang membuatmu bertingkah aneh seperti ini? " Draco hanya membalasnya dengan mengusap mukanya dengan gusar. 

"Aku mimpi hal yang sama berulang-ulang, Blaise! Itu sangat mengganggu, kau tahu? Yang lebih membuatku frustasi lagi adalah mimpi itu menyiksaku, itu hanya sepotong dan terjadi terus menerus. Aku bisa gila!" Blaise terdiam. Kali ini Ia bingung harus bereaksi seperti apa. 

"Aku hanya memimpikan sepasang mata cokelat muda yang terbelalak ketika melihatku, Blaise. Hanya itu." 

*

A Poem Titled You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang