02 | Panitia 17-an

305 52 18
                                    

UTBK bisa saja sudah selesai dan tinggal menunggu pengumumannya, namun bukan berarti Eri tidak sibuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

UTBK bisa saja sudah selesai dan tinggal menunggu pengumumannya, namun bukan berarti Eri tidak sibuk. Gadis itu bisa aja terlihat santai, hanya menonton drama Korea ataupun fangirling, tapi sebenarnya, Eri punya jokian yang harus dikerjakan.

Sebagai seorang multilingual yang sudah menjadi native speaker dalam bahasa Inggris, Jepang dan Korea juga memiliki otak yang sudah diakui kecerdasannya oleh banyak pihak, Eri tentu saja tak akan menyia-nyiakan kepintarannya. Sebagai pengisi kegabutannya dan sebagai penambah pemasukan karena semenjak gak sekolah, dompet Eri jadi menipis setipis pahalamu. Apalagi karena corona begini. Eri akhirnya membuka jasa layanan pengerjaan tugas untuk anak SD, SMP sampai SMA.

Awalnya cuma iseng-iseng karena tantenya kerap kali memintanya mengerjakan tugas keponakannya yang masih SMP, juga para adek kelas yang meminta bantuan. Awalnya Eri gak pernah minta bayaran, tapi ya namanya manusia sekali dibantuin minta lagi, dibantuin lagi minta lagi, dibantuin lagi malah keterusan minta lagi. Jadi, daripada rugi, Eri minta bayaran untuk jasa otaknya.

Kesimpulannya, Eri sibuk. Dan ia bukannya sengaja melupakan perkataan Hasan tadi sore untuk kumpul habis magrib sampai harus dipanggilin sama Jenar.

"Sok sibuknyaaaaaa." Begitu kata Jenar sewaktu Eri buka gerbang.

"Beneran sibuk."

"Iya, sibuk kokorean, tadi liat snap WA-mu di Hasan." Balas Jenar, tadi dia memang sempat memegang ponsel Hasan dan melihat status WA Erina, karena dia sendiri gak punya nomer Eri.

"Ih ngapain kepoin snap-ku? Naksir ya?" seloroh Eri dengan bercanda.

"Dih, preeet. Ndak sengaja keputar tadi. Sapa juga yang ngepoin."

Eri cemberut. "Padahal kalo naksir beneran juga gak papa. Kan aku single kamu juga single." Cewek itu menaik-naikkan alisnya menggoda Jenar.

"Yakin banget kamu aku single. Akukan ganteng gini." Jenar terkekeh sembari menggeleng pelan. "Sedepresi itu ternyata kamu, Eri, karena jomblo dari lahir. Prihatin aku jadinya."

"Kampret!!!" Kesal Eri sembari mencubiti lengan Jenar berkali-kali.

Jenar tertawa dalam ringisannya. "Udah ih, Eri. Diliatin kita ni."

Eri berdehem, baru sadar kalo mereka udah di depan rumah Lili. Seketika merasa canggung sendiri.

"Duduk sini, Ri." Lili mengambil satu kursi plastik di belakangnya dan menempatkannya di antara dirinya dan Juan. Eri mengangguk dan duduk di sana. "Makasih, Li." Katanya.

Baru juga dia duduk dan siap mendengarkan apa yang akan Hasan sampaikan, telinga Eri menangkap gumaman kecil dari sampingnya dan membuatnya langsung menoleh ke arah Juan.

"Manja." Juan memang ngeliatin Hasan, tapi Eri merasa kata itu tertuju padanya. Makanya gadis itu melotot ke arah Juan.

Juan menoleh. "Kenapa?" tanyanya sok polos. Eri mendengus, memilih tak menjawab dan kembali memperhatikan Hasan.

ÊTRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang