"Papa!"
Winwin yang sedang merapikan studio tarinya menengok. Xiaojun sedang berbaring dengan nafas tersengal. Dia hanya memalingkan wajah pada Winwin.
Winwin mendekati anaknya. "Apa?"
"Kenapa pendinginnya masih rusak?" tanya Xiaojun. Sesungguhnya inilah alasan ia berkeringat setengah mati. Sesi latihan menari dengan Winwin tidak pernah gampang. Sekalipun untuk kelas anak-anak.
"Kenapa memang?" Winwin menatap Xiaojun. Bahkan disuhu sepanas ini tatapannya tetap meneduhkan.
"Panas." Xiaojun meniup peluh Winwin.
"Jendelanya sudah Papa buka tuh." tunjuk Winwin ke sekeliling ruangan.
"Masih panas, Pa." Xiaojun mengelap keringat dengan baju Winwin.
"Kamu tahu gak? Kalau keringat kamu banyak berarti kamu pekerja keras." ucap Winwin.
"Pekerja keras itu apa?" tanya Xiaojun.
"Itu tandanya kamu sungguh-sungguh." jelas Winwin.
"Tapi, Papa bilang Xiaojun harus belajar lagi." Xiaojun ingat kritik Winwin. Dilatih sedari kecil oleh Winwin membuat Xiaojun terbiasa dengan berbagai macam komentar.
"Ya memang." Winwin mengelap peluh anaknya. "Tapi jangan khawatir. Suatu saat Xiaojun pasti lebih baik lagi. Soalnya Xiaojun kerja keras."
"Papa sudah jago, tapi masih latihan." Xiaojun menunjuk pipi papanya.
Winwin menangkap tangan anaknya. "Karena kemalasan melemahkan kita. Terima kasih bekerja keras hari ini, Xiaojun."
Xiaojun memeluk papanya. "Makasih, Papa."