TMOAB 6. Sebuah Janji
Aku ingat janji itu. Sampai sekarang aku ingat, Kak Jav. Jujur aku nggak mengharapkan Kak Jav buat penuhi janji itu. Aku juga nggak mengharapkan Kak Jav mengingatnya.
-Keira Mafaza Albaihaqi🍁🍁🍁
Hari-hari berderak dengan cepat tanpa terasa seiring dengan kesibukan Keira yang makin bertambah. Rumah sakit sudah terasa seperti rumah keduanya. Keira sering menginap di sana. Untuk jaga malam, sebab dokter di rumah sakit tempatnya mengabdi tidak sebanyak dokter di rumah sakit kota besar yang pelayanannya bisa disegerakan.
Rasa lelah dirasa Keira ketika keluar dari kamar pasien yang baru saja ia periksa ulang. Dia bahkan belum sempat sarapan. Keira menghela napas panjang. Hendak kembali ke ruangannya ketika dari arah berlawanan terlihat Jav hendak menghampirinya.
"Sibuk banget, Dok?" goda Jav menyebalkan.
Keira menyipitkan matanya. Tentu saja dia sibuk. Dia juga lelah. Semalam tiga pasien baru masuk, dan sejak pagi dia melakukan follow up pada pasien-pasiennya.
Keira mengangkat wajah, sok angkuh. "Saya sedang mencoba sok sibuk seperti yang biasa dilakukan Dokter Zayn."
Jav menggelengkan kepala seolah kagum. Pujian terlontar dari bibirnya. "Wow, apa Dokter Zayn begitu menginspirasi sampai Dokter mau mencoba menirunya?" ujar dokter yang menyebalkannya dikaruniai wajah tampan oleh Tuhan.
Keira tertawa, seolah apa yang diucapkan Jav adalah kesalahan besar. "Well, Dokter tahu? Sok sibuk itu bukan sesuatu yang baik, lho, Dok."
"Then, kenapa Dokter berniat mencoba menjadi seperti dia yang sok sibuk itu?"
"Kak Jav!" Pada akhirnya Keira harus menerima kekalahan dari Jav. Tidak papa, sejak dulu Keira sudah terbiasa kalah debat dari cowok berjanggut tebal itu. Menyebalkan memang, rasanya Keira ingin sekali membotak janggut Jav sangking kesalnya. "Aku beneran sibuk! Nggak kayak Kak Jav yang sok-sokan sibuk. Kenapa, sih, sikap menyebalkannya nggak hilang setelah tiga belas tahun? Nyebelin banget," gerutu Keira memalingkan wajahnya. Menolak menatap Zayn.
Ya, kalau terus-terusan lihat dia, bisa botak beneran nanti janggutnya.
Jav terkekeh kecil. Keira melebarkan mata, bisa-bisanya dokter di hadapannya malah tertawa. "Iya, Kakak tahu, kok, kamu sibuk. Kakak percaya." Jav tersenyum hangat, memberikan Keira keyakinan seperti biasa. Membuat Keira terpaku sesaat.
Jantung, tolong dikondisikan, ya.
Jav menyimpan kedua lengannya di saku celana. Lelaki itu sedikit mencondongkan tubuhnya, lalu sejenak memperhatikan wajah Keira. Mungkin juga Jav menyadari wajah di hadapannya telah berubah warna menjadi merah. Ya ampun, Keira malu sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Meaning of a Bond
Художественная прозаTiada lagi harap dalam asa. Tiada lagi kesempatan kedua. Tiada lagi kata maaf dari orang tua. Semua hilang dalam sekejap mata, hanya karena sebuah cita. Bertahun-tahun menjadi putra yang dibanggakan, dipersiapkan menjadi pemimpin perusahaan, seorang...