32

3.6K 328 63
                                    

Sore itu Jimin langsung membawa Rosè ke salah satu butik besar di kota Seoul. Butik itu merupakan milik dari salah satu adik tingkat Jimin saat kuliah. Selain menyiapkan gaun, Jimin juga meminta untuk merias Rosè agar tampil cantik di acara itu.

Jimin hanya memainkan ponselnya untuk menghalau pikiran gelisah. Bagaimana tidak? Kata-kata bahwa Jisoo akan mencarikan Rosè pacar sungguh menghantuinya.

Dia sendiri sudah siap sedari tadi dengan setelan jas bernuansa grey yang begitu memancarkan aura maskulin pada dirinya. Rambutnya pun hanya ditata seadanya karena Jimin tidak suka gaya rambut yang aneh-aneh. Jangan sampai hanya karena gaya rambut, kewibawaan dirinya anjlok.

Rose pun keluar dari ruang fitting. Tak terhitung berapa kali ia bergonta-ganti gaun sedari tadi. Jimin rela menunggu, bahkan hingga air laut kering agar Rosè bisa tampil sempurna untuk ia gandeng nanti.

"Tuan..."

Jimin menghembuskan nafasnya.
"Yak! Kalian tau aku sudah berjamur menunggu disi..."

Kata-katanya terjeda entah sampai kapan. Rose dengan setelan dress abu-abu selutut yang mengekor hingga tumit, juga rambutnya yang dikuncir secantik mungkin hingga memperlihatkan leher jenjangnya nan putih. Tak lupa dengan anting perak yang menguntai di kedua daun telinganya. Sosok bidadari tak bersayap adalah objek yang tepat untuk Rosè saat ini.

"Maaf tuan, tadi..."

"Sunbae-nim, mianhe. Dia terlalu cantik, hingga aku kewalahan menata rambut dan busananya." Bisik pemilik butik sambil tertawa kecil.

Jimin berusaha menghalau perasaan gila itu. Terbukti ketika dia mengalihkan pandangannya ke arloji di pergelangannya. Namun, bukankah setengah 8 masih terlalu mentah? Acara itu pasti belum dimulai.

"Sunbae-nim, bolehkah aku mengambil foto kalian berdua?" Tanyanya.

Jimin mengerjap. Sedangkan Rosè mengerjap bingung akan permintaan pemilik butik.
"Untuk?"

"Aish, tentu saja untuk ku pajang disini." Ucap sang pemilik butik. Entah kenapa wajah wanita itu berbinar dan antusias. "Sebentar Sunbae, aku janji hanya satu kali potret saja."

Rose dan Jimin hanya terdiam. Sekitar satu menit, lalu wanita itu membawa sebuah kamera di tangannya. Ia bersiap untuk memotret Jimin dan Rose yang ia sangka adalah sepasang kekasih.

Jimin dan Rose pun mau tidak mau saling mendekat. Mereka hanya berdiri mematung dan tersenyum tipis. Namun bukan itulah yang diharapkan oleh sang pemilik butik.

"Yak, kenapa kaku sekali?"

Wanita itu masih memicingkan mata. Merasa tidak puas dengan apa yang ia lihat.
"Kurang romantis..."

Tanpa pikir panjang, Jimin langsung merengkuh pinggang Rosè mendekat padanya.
"Begini?"

"Nee!" Jawab pemilik butik. "Sunbae, dahinya.."

Jimin bahkan menahan tawanya melihat ekspresi Rosè. Jimin memilih memasukkan sebelah tangannya yang menganggur ke saku celana. Lalu kemudian Jimin menempelkan dahi mereka dengan Rose yang memejamkan matanya.
"Kau baik-baik saja?" Bisik Jimin.

"Kalau foto kita di pajang bagaimana?" Tanya rose berbisik khawatir.

Jimin menahan senyumnya, Rose amat cantik bahkan saat matanya tertutup seperti sekarang.
"Aku tidak masalah."

Sementara itu, pemilik butik langsung menjepret foto mereka dan tersenyum puas. Ia berjanji akan mengambil satu foto saja, karena itulah dia mengatur sedemikian rupa.
"Sempurna."

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang