•• Chapter 3 ••

6.4K 345 5
                                    

I'm back,semoga kalian menyukai cerita aku ini ya
Tolong dukung aku ya,dalam bentuk vote,komen atau follow aku ini.

Aku mencintai kalian,jangan lupa tissue nya ya🤧

Oke LET'S GO!

HAPPY READING ♡

°°°°

Misel terbangun dari tidurnya dan  mengumpulkan seluruh jiwanya.Ketika bangun badannya terasa begitu nyeri dan ada sedikit bau anyir yang menyeruak di indra penciumannya. Misel meraba hidungnya yang masih mengeluarkan darah sejak kemarin tanpa henti.

Misel mendesah pelan,perlahan turun dari ranjangnya untuk pergi ke kamar mandi.Walaupun badannya sekarang masih terasa sakit dia tidak peduli,yang penting dia harus sekolah supaya bisa keluar dari rumah yang layaknya neraka.

Selesai memasang bajunya Misel lansung ke bawah,setiba di dapur dia mencium aroma masakan yang sangat enak yang kiranya berasal dari masakan Mamanya.

Misel mendekat sedikit berani,berniat meminta makan tersebut walaupun sedikit.Dia sangat ingin merasakan masakan Mamanya,namun niatnya pupus begitu saja saat mendengar suara Mamanya.

"Ngapain kamu di situ?"Tanya Yuna seperti biasa dengan nada ketus.

"Misel belum makan dari kemarin malam,bo-boleh Misel minta buatin sarapan sama Ma-mama?"Misel menunduk tidak memiliki keberanian menatap mamanya sedangkan Yuna tersenyum culas.

"Jangan harap saya mau masakin makanan buat kamu,”sahut Yuna tidak suka.

"Tolong Ma,sekali ini aja Ma.Aku ingin rasain masakan Mama,"pintanya dengan lirih.

"Saya gak peduli,kamu itu masih punya tangan kan? Buat saja sendiri jangan manja!”balasnya sedikit membentak.

"Aku ma-mau cobain masakan Mama,"tutur Misel membuat Yuna berdecak kasar.

"Saya gak ada waktu,suruh saja Bi Hanum masak.Ini kamu kasih ke Mauren,jangan sampai lupa."Yuna menyodorkan kotak nasi yang telah dia isi dengan masakannya tadi,Misel menatap kotak nasi itu dengan iba,hatinya berkedut nyeri saat mengetahui Mamanya lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya.

"Ke-kenapa untuk Misel Mama bilang gak punya waktu,terus untuk Mauren Mama bela-belain buatin dia bekal segala?Bahkan Misel cuma minta sedikit Mama gak mau ngasih,kenapa Ma?Kenapa?"dengan berani Misel mengeluarkan unek-uneknya,ia hanya butuh keadilan.Kenapa begitu sulit?Dia tidak sanggup lagi dengan sifat Mamanya yang tidak pernah menganggapnya.

"Jangan banyak omong,kalau saya suruh kasih ya kasih! Saya muak ngomong sama kamu,saya capek tau gak!"

Misel menggeleng kerar,air matanya dia hapus secara kasar setelah itu dia melemparkan bekal tadi ke lantai dan langsung saja Yuna terpekik dibuatnya lalu menatapnya dengan tajam.

Plak

"Apa maksud kamu hah?Saya sudah capek memasaknya,dasar anak tidak tau diri!"Bentak Yuna dengan nafas memburu,tangannya terkepal kuat rahangnya juga mengeras membuat urat lehernya terlihat jelas.Dia meraih kotak nasi yang tergeletak di lantai tersebut kemudian melemparkannya ke arah Misel mengenai wajah gadis malang itu,Misel berteriak kesakitan.Tidak hanya itu Yuna juga memukul Misel dengan sapu,dia tidak terima jika Misel membuang masakannya begitu saja.

Misel meringis saat sapu tersebut mengenai punggungnya,nyeri di tubuhnya akibat pukulan kemarin saja belum sembuh lalu ditambah lagi dengan sekarang.

"Benar-benar anak gak berguna,kamu tau bagaimana capeknya saya membuat sup itu,hah?! Dengan seenaknya kamu membuangnya,dasar jalang!"Yuna menarik rambutnya dan terus memukuli Misel tanpa ampun.

MISELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang