Kepingan 30 - Perasaan Lainnya

15 3 9
                                    

Memendam suatu hal hanya karena semua pemikiran rumitmu itu kadang merepotkan

LAYAR TELEVISI menayangkan sebuah film komedi yang mampu membuat Minah tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

LAYAR TELEVISI menayangkan sebuah film komedi yang mampu membuat Minah tertawa. Wanita itu sesekali menepuk badan Minhyuk untuk melampiaskan tawanya. Cemilan dan minuman sudah tersaji di meja, bahkan Minhyuk sengaja membeli bahan masakan untuk makan malam nanti. Sejak berita tentang obat ziven yang sedang dikembangkan itu Minah menjadi lebih bersemangat.

“Ya ampun, aku tidak bisa berhenti untuk tertawa,” kekeh Minah yang berusaha menahan tawanya sambil memegang perut. Tangannya tidak diam, entah kenapa rasanya senang saja memukul Minhyuk seolah menyalurkan kebahagiaannya itu.

“Yak! Berhenti memukulku!” pekik Minhyuk hendak menjauhkan tangan Minah dari lengannya tapi wanita itu mengabaikannnya dan beralih pada bahu Minhyuk untuk dilampiaskan.

“Kau juga bisa memukulku kembali,” tukas Minah tanpa menengokkan kepalanya ke arah Minhyuk. Netranya terus saja menatap lurus ke depan layar, tidak ingin melewatkan adegan satu pun.

“Menyebalkan,” celetuk Minhyuk yang membuat Minah langsung menolehkan kepalanya sambil mengernyitkan dahi tidak mengerti.

“Maksudmu siapa? Aku?” tanya Minah pada Minhyuk, badannya sudah ia balikkan, tatapannya menatap Minhyuk dengan seksama.

“Jelas-jelas kau mengabaikanku, lebih baik aku pulang saja,” ucap Minhyuk, ia sudah beranjak dari duduknya. Tapi tangan Minah mencekal lengannya.

“Masa kau cemburu pada televisi sih? Kan tidak etis sekali,” kekeh Minah, ikut berdiri dan langsung memeluk Minhyuk. “Minhyuk sayang…”

“Sayang, sayang palamu,” kesal Minhyuk yang malah membuat Minah mencubit pinggangnya dengan keras sampai Minhyuk mengeluarkan ringisan dari mulutnya. “Yak! Itu sakit tau, dasar bar-bar!”

“Lebih baik kita jalan-jalan malam,” tukas Minah. Kakinya sudah ia bawa menuju kamar, tapi Minhyuk malah menarik tubuh Minah hingga mereka kembali berpelukan. “Aku akan mengambil jaketku, lepas dulu!”

“Tidak-tidak, biarkan seperti ini dulu sebentar,” ujar Minhyuk. Lengannya sudah bertengger manis di pinggang Minah, sedangkan yang satunya mendekap erat kepala Minah.

“Ada apa? Apa ada masalah?” tanya Minah, ia merasakan ada yang aneh dengan sikap Minhyuk. Hendak melepas pelukan mereka tapi Minhyuk menahannya.

“Jangan menyerah akan hidup, aku tau itu sulit untukmu. Tapi kumohon, bertahanlah…” lirih Minhyuk, air matanya sudah menetes. Minah yang merasakan tangan Minhyuk bergetar segera mendongak.

Dream [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang