Haii, hari ini up dua kali ya hehe! Lagi gabut soalnya gada kuota. Lagi diem aja ehh dapet ide. Jadi langsung aja aku tulis deh!.
Happy reading!
Ara bersenandung kecil menuju kelas nya dengan senyum yang merekah. Untung saja sekolah masih sepi, kalo aja rame pasti orang-orang mengira dirinya gila.
Sesampainya dikelas Ara menopang dagu dengan wajah yang menghadap keatas dan tidak lupa dengan mata yang berbunga-bunga. Ara benar-benar seperti orang gila saat ini, didalam kelas sudah ada Lea yang sedari tadi duduk disebelah Ara, mungkin Ara tak menyadari itu.
"Woii!!," teriak Lea mengagetkan.
"ALLAHUAKBARR," refleks ia latah, untung saja latahnya bagus, hm. "Kamu apa-apaan sih, Le. Untung aku gak jantungan ya!," ucap Ara dengan raut cemberut membuat Lea menahan tawanya.
"Lagian lo kenapa dah pagi-pagi udah senyum-senyum," tanya Lea. "Jangan-jangan lo kesambet, Ra," pekik nya, membuat Ara menutup kedua telinganya.
Ara hanya mengeluskan dada sabar, ia harus terbiasa dengan teriakan Lea yang super nyaring itu.
"Le, tau nggak sih?! Aku tadi ajak kak Hanafi buat makan bareng dikantin," ujarnya mengalihkan obrolan.
"Terus-terus?," tanya Lea dengan antusias.
"Awalnya dia nggak mau," Ara menampilkan wajah sedihnya. Lalu seperkian detik kemudian ia mengembangkan senyum membuat Lea terheran-heran. "Terus aku 'kan pergi tu, ehh dia bilang gini gak sekarang, mungkin lusa," ucap Ara memperagakan nada bicara Hanafi.
"Bagus dong, ada kemajuan!," "gue bakal dukung apapun tentang lo dan kak Hanafi,"
Setelah itu mereka berpelukan.
"Makasih, Le. Udah mau dukung apapun tentang aku!, kamu sahabat terbaik aku. Walaupun kamu nyebelin dan suka teriak," ia terkekeh. Lea dan Ara memang sudah sahabatan sejak lama, membuat mereka mengerti sifat satu sama lain.
Ara dengan raut kesalnya dan Lea dengan suara teriak 'kannya. Sahabat sejati memang sudah berteman dengan kekurangan dan kelebihan.
🌸🌸🌸
Saatnya istirahat kringg
Bunyi bel istirahat membuat para siswa dan siswi keluar dari kelas dengan semangat, seperti Ara dan Lea.
Mereka berjalan menyusuri koridor dengan tawa yang renyah. Ntah mereka berbicara apa sehingga menimbulkan tawa dari keduanya.
Sesampainya dikantin mereka mengedarkan pandangan mencoba mencari tempat kosong. Sepertinya kantin hari ini memang penuh dan ramai sekali.
"Le, gimana dong? Penuh kantin nya,"
"Gak tau, apa kita makan dikelas aja ya? Tapi kita beli makanan nya dikantin," ujar nya memberi usulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahdan Hanafi (On Going)
Teen Fiction"Apa yang lo suka dari gue?". Tanya Hanafi. "Kamu manis". Jawab Zahra dengan malu-malu. ---