03: How Deep is Your Love?

1.4K 122 9
                                    

All the characters belongs to J.K. Rowling

"I'm in love with Gryffindor Princess" - Draco Lucius Malfoy. 

Draco memandangi Hermione yang duduk di depanya dengan tenang, gadis itu memindai bacaan yang ada di pangkuanya dengan cepat. Sesekali Ia menyelipkan anak-anak rambutnya yang tumbuh memanjang ke belakang daun telinganya. Keduanya sedang duduk di kursi taman yang tak jauh dari salah St. Mungo, setelah lulus dari Hogwarts secara tidak sengaja keduanya bertemu menjadi Healer muda di St. Mungo. Mereka bahkan sering mengunjungi perpustakaan bersama, mengobrol dengan Harry dan Ron ketika mereka berdua memiliki waktu luang. Atau hanya duduk seperti yang mereka lakukan saat ini. Bahkan, Hermione beberapa kali mengajak Draco mengunjungi kedua orangtuanya -Hector dan Helena Granger- sebagai timbal baliknya Draco akan mengajak Hermione mengunjungi Malfoy Manor ketika mereka berhasil menyembuhkan pasien atau se-sederhana di apresiasi oleh Healer  Senior. Menurut Draco, makanan buatan Pernie selalu berhasil membuatnya bahagia. Dan Ia rasa, Hermione harus merasakan kebahagiaan yang sama pula meskipun kadang Ia merasa tidak enak hati ketika meminta sesuatu kepada Pernie. 

"Draco, siang ini kita akan makan apa?" Hermione menutup bukunya dan balik memandang Draco yang sedang sibuk memainkan dedaunan. 

Draco mengangkat bahunya, "Terserah. Aku sedang tidak ingin sesuatu yang khusus." 

Hermione menghela nafasnya, Draco masih saja begitu. Irit bicara dan minim ekspresi kecuali saat-saat tertentu Ia akan menyeringai, tentu saja. Terutama ketika Ia hendak berbuat usil, kepada siapapun. 

"Aku juga. Oh, kau sudah pernah ke restoran milik Blaise?"

Draco menyerngit tanda tak suka, "Wait, kenapa kau tau Blaise memiliki restoran?" kemudian Draco menyadari sesuatu yang lebih penting. "Dan sejak kapan kau memanggilnya Blaise? Aku tidak tau kalian sedekat itu."

Hermione tersenyum tipis. "Tidak perlu bersikap protektif kepada sahabatmu sendiri, Draco. Blaise beberapa kali mengirimku surat. Dan tentu saja, bukan karena apa-apa, Ia hanya menanyakan beberapa buku. "

Draco mendengus. "Buku? Bloody Hell! Bahkan aku tidak yakin bagaimana si Bodoh itu mengetahui cara membedakan mana buku yang bagus atau tidak. Mengerti sebuah buku saja aku ragu. Dan kenapa dia tidak bertanya kepada aku?!" 

Hermione tersenyum lebar nyaris tertawa dan memegangi bahu Draco lembut. "Draco, ada apa? Kau tidak terlihat senang aku dekat dengan Blaise? Kali ini apa Draco? Apakah dia salah satu dari lelaki yang hanya memanfaatkan kepolosan gadis-gadis dan meninggalkanya seperti sampah? Atau Ia memiliki badan yang bau? Kali ini apa Draco?"

Draco menyilangkan tanganya di depan dada dan memutar bola matanya dengan jengkel. Ia memang sering sekali menyebarkan rumor yang tidak-tidak tentang semua laki-laki yang berusaha mendekati Hermione. Dan semua yang diucapkan Hermione itu  benar. Ia akan menakut-nakutinya, memberikan rumor licik, bahkan menggunakan orang lain terkadang hanya supaya lelaki itu enyah dari hidup Hermione. Atau setidaknya menyerah. 

"Pokoknya aku tidak suka. Aku akan menoleransi kehadiran Harry dan Ron tentu saja. Karena mereka sahabatmu, tapi Blaise? Oh ayolah, Hermione, " Draco mendesah putus asa. Hermione tertawa melihat Draco. Kali ini Ia tidak bisa menahanya lagi, 

"Are you jealous, Mr. Malfoy?"

*

Hermione tersenyum lebar setelah memasuki flatnya. Ia meletakkan jubahnya di sebuah gantungan dekat pintu. Setelah akhirnya berani bertanya seperti itu, Draco hanya menggeleng kuat-kuat dan mengajaknya makan siang tanpa membahas apapun lagi. Saat shift mereka berakhir. Draco buru-buru meninggalkan St. Mungo tanpa mengucapkan selamat malam kepada Hermione seperti biasanya. Biasanya Draco akan menggodanya sebentar, hingga Hermione nyaris meledakkan hidung Draco baru Ia akan pulang ke Malfoy Manor. Tapi hari ini Draco langsung pulang begitu saja setelah mengedipkan sebelah matanya kepada Hermione. Hermione terkekeh geli mengingatnya, Ia tau Draco merasa terluka, karena pernyataan Hermione yang tiba-tiba. Tapi tentu saja, Hermione tau dia juga bukan gadis bodoh yang tidak menyadari perilaku Draco yang agak berlebihan kepadanya. Meskipun, harus diakui setiap berada di dekat Draco, Hermione Granger selalu merasa nyaman. Perasaanya menghangat dan hatinya tenang. Bercanda sekali takdir mereka, setelah hidup di Hogwarts dengan penuh kebencian, kini keduanya malah sangat dekat. 

A Poem Titled You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang