immer an dich gedacht

1.2K 170 12
                                    

Musim gugur itu indah, bukan?
Itu yang sedang Doyoung lamunkan.
Sehelai daun maple sudah menjadi mainan di tangannya sejak tadi. Pikirannya setengah kosong, setengahnya lagi menyadari akan betapa indahnya musim gugur.

Doyoung menghela nafas, semuanya terasa jenuh. Ada sesuatu yang kosong yang membuatnya merasa sesuatu yang indah ini kurang.

Jaehyun,

Sosok Jaehyun yang dia suka sedang tidak bersamanya sekarang.

Doyoung memandang lekat daun maple yang dia mainkan di jemarinya, tersenyum kecut. Betapa tidak adilnya dunia yang penuh dengan keindahan ini justru berpihak lain padanya. Sosok terindah baginya sudah tiada.

🍁

Doyoung menggayuh sepedanya, tangan kananya menggengam erat berbagai jenis bunga yang sempat dia petik random di pinggiran jalan, sesekali tersenyum, lebih tepatnya terpaksa harus tersenyum. Sesekali dia mengalah dengan egonya dan memilih untuk menyerah dengan sandiwara dirinya. Dia menghentikan laju sepedanya, berhenti di sembarang arah, tidak ada siapapun di sana, hanya dirinya dan amarahnya.

"Aaaaaaaaaaakkkk!" Dia berteriak sepuasnya, rahangnya mengeras, wajahnya memerah. Dia tersenyum puas sambil menggengam erat bunga di tangannya, irisnya basah. Emosinya sedang dia keluarkan semuanya.

Doyoung memejamkan matanya, menenangkan emosinya. Dia mengepal keras kedua tangannya. Bunga yang terkepal pada tangan kanannya hampir saja remuk.

Semilir angin berhembus mengibas sebagian rambut yang menutupi dahinya. Sehelai daun maple tertiup angin menerpa wajahnya. Doyoung mengerjap ketika menyadari ada sesuatu yang dingin yang mengusap pelupuk matanya.

"Kenapa kau menangis?" Doyoung terpaku, lebih tepatnya dia sedang mencerna sosok di hadapannya.

"Jae?" Sosok itu tersenyum.

"Ya"

"Jung Jaehyun?" Tanya Doyoung sekali memastikan.

"Iya Jung Doyoung sayang" Doyoung tersenyum lebar lalu menghambur mencoba memeluk erat sosok indah di hadapannya.

Tapi,

usahanya tak berhasil.

dia hanya berhasil memeluk angin.

"Jae?" Tanyanya lagi ragu.

"waktuku tidak banyak sayang" jawab Jaehyun lirih sembari mencoba mengusap lembut pipi Doyoung. Tapi yang Doyoung rasakan hangalah dingin, seperti terpaan angin.

"Tidak bisakah kau kembali saja?" Jawab Doyoung memelas seolah memohon, Jaehyun hanya menggeleng pelan.

"Lihatlah pohon di sana" ujar Jaehyun. Doyoung menoleh mengikuti arah pandang Jaehyun. Ada banyak pohon maple di sana, hanya tersisa dua pohon yang masih memiliki daun.

"Layaknya daun pada pohon itu, keberadaanku saat ini hanya sementara"

"Hanya karna terpaan angin sisa daun pada pohon itu perlahan akan gugur, mengering, lalu dia akan menghilang"

"Begitupun dengan keberadaanku"

Doyoung kini menoleh memfokuskan atensinya pada sosok Jaehyun di hadapannya seolah meminta penjelasan lebih.

"Aku diberi kesempatan untuk menemuimu" lanjut Jaehyun menatap lirih manik Doyoung. Sekali lagi dia mencoba membelai pipi hangat lawan bicaranya, namun Doyoung hanya dapat merasakan hembusan angin menerpa pipinya.

"Tapi waktuku tidak banyak" lanjutnya

"Aku tidak mengerti Jaehyun" Doyoung sudah ingin menangis sekarang. Entah apa yang Jaehyun bicarakan, dirinya hanya ingin Jaehyun kembali, itu sudah cukup.

"Jika semua daun pada pohon itu gugur, maka akupun akan menghilang" jelas Jaehyun. Doyoung dengan refleks kembali menoleh melihat dua pohon maple di sampingnya. Hanya tersisa beberapa helai daun yang bertahan.

Doyoung kembali menoleh pada Jaehyun. Jaehyun masih menebar senyum padanya. Doyoung tiba tiba menggeleng, sulit mencerna perkataan sosok indah di hadapannya ini.

"Omong kosong!" Gerutunya kesal. Angin tiba tiba menerpa keberadaan mereka. Doyoung panik lalu menoleh pada ke dua pohon maple di sampingnya. Dapat Doyoung lihat dengan jelas, hanya tinggal satu pohon yang masih memiliki daun, sedangkan pohon yang lainnya sudah benar benar gugur. Doyoung kembali menoleh pada sosok Jaehyun di hadapannya.

"Jae!?" Tubuh indah itu hampir saja menghilang, hanya menyisakan semburat cahaya dan kondisi tubuh yang tidak begitu tampak terlihat jelas.

"Jangan pergi aku mohon" Doyoung kembali mencoba meraih sosok di hadapannya, tapi gagal. Samar samar Doyoung dapat melihat Jaehyun tersenyum kepadanya.

"Jangan menangis lagi" ujar Jaehyun pelan.

"Kau jelek saat menangis" angin kembali menerpa apapun yang dapat terbang di sekitar sana. Doyoung menoleh panik, melihat pohon yang sebelumnya masih menyisakan banyak daun kini hanya tersisa satu helai daun yang hampir saja gugur.

"Tidak!" Doyoung kembali melihat sosok Jaehyun semakin meredup.

"Jae!!" Paniknya

"Aku di sini" seru Jaehyun lirih.

Sehelai daun maple terjatuh, di saat itu juga, sosok Jaehyun menghilang seperti terhembus angin.

"Tidak!"

"Jae!?"

"Jaehyun!!"


"Jung Jae hyun!!"

Doyoung terisak. Pertahanannya runtuh, tubuhnya ambruk.

"Jung Jaehyun.." sehelai daun maple terhembus jatuh di telapak tangannya. Ada sedikit hal yang tidak biasa pada daun itu. Sebuah tulisan kecil terpampang sangat indah pada daun maple berwarna orange itu, Doyoung seketika tersenyum.

"Aku juga mencintaimu, Jae"

















.fin
🍁

Ngedadak banget aku nulis cuman gara gara gabut? Ya semoga terhibur, thank you 🎃💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ngedadak banget aku nulis cuman gara gara gabut? Ya semoga terhibur, thank you 🎃💚

jaedoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang