Ulang Tahun Kesembilanku

7 0 0
                                    

"Kau selalu melakukan dan mengatakan hal yang aneh dan membuat orang stress, Lyn.."

Theo berkomentar sambil menyenderkan punggungnya di kursi taman panjang. Setelah pamit pada Nona Ingrid dan asistennya yang kikuk, Daisy Wood, kami segera pergi ke kota sesuai rencana. Ayah sepertinya ada perlu di pos penjagaan terdekat, jadi Beliau meminta Theo untuk menjagaku dan Alvin.

"Aku rasa hidupku seperti terpotong beberapa tahun melihatmu menginjak kecoa tadi..."

Timpal Alvin yang memegangi kepalanya. Kenapa aku diperlakukan seperti anak nakal begini? Padahal di dunia nyata, orang-orang akan bersorak saat aku berhasil membunuh kecoa di kamar mandi. Dan lagi, aku sedang sangat senang karena Nona Ingrid mau menerimaku menjadi muridnya walau hanya melihatnya bekerja.

Aku segera berdiri dari kursi panjang itu dan membenarkan letak topi lebarku. Aku melihat sekeliling. Kami kini tengah beristirahat di dekat air mancur pusat kota. Ada berbagai suara pedagang menjajahkan dagangannya. Tidak jauh dari air mancur, beberapa orang sedang memberi makan kawanan burung merpati. 

Rasanya seperti sedang berada di luar negeri. Karena di dunia nyata orang tuaku berpenghasilan pas pasan, aku tidak pernah sekalipun pergi ke luar negeri. Sebagian besar penghasilanku sebagai dokter juga kuberikan pada mereka sebagai tambahan uang kebutuhan rumah dan sekolah Hiiragi.

Setelah istirahat beberapa saat, kami segera berkeliling kota.

*****

Toko pertama yang kami datangi menjual berbagai macam sayur dan buah-buahan segar. Sayur dan buah disini tidak jauh berbeda dengan yang ada di dunia nyata.

Mata uang yang digunakan di benua ini menggunakan semacam koin logam. Yang berharga paling murah terbuat dari perunggu, di atasnya ada perak, dan di atas perak ada emas, lalu yang paling mahal adalah platinum. 

100 perunggu setara dengan 1 koin perak dan begitu seterusnya hingga platinum yang setara dengan 100 emas. Jika aku lihat harga sayur dan buah di toko ini, kebanyakan tidak lebih dari 5 perunggu.

"Oh selamat datang! Silahkan dipilih, semua sayur dan buah disini segar segar!"

Seorang pria paruh baya dengan kumis tebal dan suara agak serak, menyambut kami dengan senyum lebar. Aku sudah biasa pergi ke pasar atau minimarket di dunia nyata, jadi bicara dengan pedagang seperti ini tidak masalah. 

Apalagi bagi Theo yang keluarganya dulu adalah seorang bangsawan pedagang termasyur di Amesbury. Tapi Alvin terlihat sangat kikuk dan bergemetar. Ia seperti anak rusa yang baru lahir. Ia menggenggam bagian belakang rokku erat.

"Tenang saja, Alvin. Paman itu tidak akan menyakitimu. Dia hanya berjualan."
"B-bukan masalah itu, Lyn. T-tapi..."

Aku mengikuti arah tatapan Alvin pada beberapa gadis dan wanita di luar toko. Sepertinya beberapa pasang mata mereka ditujukan pada kami - tidak, lebih tepatnya pada pada Theo dan Alvin. Theo, Tidak hanya masih muda belia, tapi juga punya tubuh yang sehat dan wajah tampan.

Dengan rambut beige yang dikuncir rendah agak berantakan, mata ungu yang terlihat mewah, dan penutup mata di mata kiri dengan setiap gerakannya yang terkesan elegan tetapi tegas, membuatnya terlihat seperti pangeran nakal yang siap mencuri hati tiap wanita. 

Tapi ia punya sisi yang sangat protektif dan gentleman sehingga pasti membuat perempuan manapun klepek-klepek. Bahkan dari apa yang kudengar, beberapa pelayan wanita di puri sampai gagap kalau berbicara dengan Theo. Pesona Theo sungguh menakutkan.

Tapi sepertinya bukan hanya Theo yang jadi target kali ini. Ada pula yang memerhatikan Alvin dengan air liur menetes. Aku akui Alvin memang sangat imut. Rambut oranyenya terlihat lembut dan mata birunya bulat seperti manik-manik. 

Melihatnya saja seperti melihat binatang kecil. Saat aku tenggelam dalam pikiranku, suara serak pedagang itu yang menarikku kembali.

"Jadi, Nona manis. Darimana asal kalian?"

Pedagang itu memecah keheningan di antara kami. Semacam basa-basi agar tidak canggung dan agar pembeli merasa nyaman.

"Dari kota sebelah."

Ayah mengingatkanku agar tidak mengatakan kalau aku berasal dari Puri Hawkins. Apalagi ketika membawa Alvin bersamaku. Belum banyak orang tahu tentang Alvin karena ia memang jarang dan hampir tidak pernah terkespos publik sebagai pangeran ketiga Kerajaan Whitby.
Mataku segera tertuju pada sebuah sayur mirip brokoli tetapi berwarna biru. 

I'm Still A Doctor even if Transferred to My Brother Novel!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang