"Hyuck."
Berbisik dengan sedikit kencang di telinga saudaranya, Minhyung mengguncang pelan tubuh adiknya. Gumaman mengantuk dan tubuh yang semakin bergelung adalah jawaban dari panggilannya. Duduk bersimpuh dengan bibir yang mengerucut, anak berumur enam tahun itu turun dari ranjang untuk berjalan pelan menyeret kakinya yang berlapiskan kaus kaki pada lantai. Menumpukan kedua lengannya di atas boks bayi adik bungsunya, iris coklatnya memperhatikan bagaimana bayi mungil dengan pipi bulat dan surai coklat panjang yang mirip dengan sang Ayah bergerak gerak gelisah. Kakinya menendang nendang di udara seolah ia sedang berlatih karate, kedua tangan mungilnya mengepal dan meninju ninju boneka kelincinya. Minhyung tersenyum geli melihat tingkah adik bungsunya yang sedang bermimpi itu.
Dengan sedikit berjinjit, ia meraih raih pipi sang bayi. Mengusik perlahan agar adiknya bangun tanpa menangis kencang dan mengagetkan kedua orang tuanya.
"Sungchanie." Panggilnya berbisik. Semakin gencar menekan nekan pipi si bayi yang mulai merengek terusik dan mencoba menyingkirkan tangan menganggu di pipinya.
"Hyung jangan bangunkan Chanie. Semalam dia tidur larut malam karena tidak mau minum susu."
Suara Donghyuck yang serak dan penuh kantuk mengagetkan Minhyung yang hampir terpeleset. Berdiri kembali dengan kakinya, Minhyung menatap anak berumur lima tahun yang tengah duduk bersila di lantai tepat di sebelah boks bayi Sungchan. Memeluk boneka paus kesayangan Daddy sembari menggosok matanya yang menyipit.
"Kau kapan bangun?"
"Uh...." anak pintar yang duduk di bangku taman kanak kanak itu menghitung dengan jarinya. "Lima menit yang lalu!"
Dengan senang menunjukkan keempat jari dan senyuman lebar lengkap dengan giginya yang ompong.
"Itu empat! Ini lima!"
Minhyung mengoreksi adiknya dengan menambahkan jemari kelingking Donghyuck yang ditekuk sebelum tersenyum bangga.
"Sejak kapan jari tanganku ada lima, hyung?"
Donghyuck memandangi telapak tangannya dengan kebingungan yang terlihat tidak dibuat buat. Membolak balikkan tangannya dengan alis bertaut sementara Minhyung menghel nafas sebelum menepuk puncak kepala adiknya.
"Sejak kau lahir. Kita selalu punya jari lima, Hyuck. Kalau banyak seram, seperti alien. Kau mau jadi alien?"
Memasang wajah menakutkan yang terlihat menggemaskan, hidung mengerut seperti kucing, alis yang hampir mirip burung camar bertaut rapat dan mata yang dilebarkan. Minhyung senang melihat Donghyuck menatapnya dengan takut.
"Uh takut! Alien jelek sekali ya hyung?"
"Jelek sekali! Aku pernah lihat satu!"
"Jinjaaaa? Hyung tidak berbohong kan?"
"Geurae, memangnya kapan hyung berbohong?"
Donghyuck mengendikkan bahunya, memainkan sirip bonek paus yang ia pangku sembari menggumamkan lagu dari acara televisi kesukaannya.
"Molla. Hyung pernah bilang kalau kita makan rumput kita akan menjadi seekor kambing. Tapi aku makan rumput kemarin dan aku baik baik saja."
Minhyung menganga, menatap adiknya yang mengerjap seperti tidak baru saja mengatakan sesuatu yang akan membuat orang tuanya marah.
"Donghyuck kenapa kau makan rumput???"
Teriakannya terlalu kemcang membuat Sungchan yang nyaman tertidur bergelung di dalam boksnya. Memeluk boneka kelinci dan terbungkus selimut hangat terlonjak kaget. Bayi mungil itu bangun duduk dan melihat sekeliling, tangan kecilnya menggosok matanya dengan bibir bawahnya maju seperti seekor bebek. Isakan mulai keluar dari bibirnya begitu tak menemukan sosok Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Little Trouble 🌟
FanfictionKumpulan cerita random tentang Suhfam bersama Daddy Johnny dan Appa Jaehyun juga Minhyung hyung, Donghyuck hyung dan Sungchanie! Johnjae/Suhfam au