-untuk membaca chap ini, siapkan senyumnya, karena kita akan memasuki fase... ya itulah pokoknya-
-lalu, setelah itu jangan lupa vote dan comentnya, karena itu sangat berpengaruh buat chap berikutnya-
happy reading
......................
Permintaan Amira dan Lestari memang di luar dugaan sepasang pengantin baru itu. Maka demi meredam gejolak kesal dalam dada, keduanya hanya memilih untuk tersenyum dan pura-pura tak dengar apa yang Lestari dan Amira pinta.
"Mereka masih baru, mereka pasti malu. Tak usah paksa, tak usah paksa." Suara Abah Latif terdengar membela Ikhsan dan Lora.
"Ya, tak usah buru-buru. Toh mereka sudah sah. Mungkin mereka tak siap jika kita menonton mereka." Ridwan menambah dengan nada bicara yang ramah.
Usai Abah Latif dan Ridwan berusaha memperbaiki suasana canggung yang ada, barulah semua orang mulai ikut memperbaikinya. Sibuk bercengkrama, sibuk menikmati hidangan yang tersaji. Tak lagi mempedulikan Ikhsan dan Lora yang sedang mengatur suasana hati mereka.
Ramah tamah berlangsung hingga lebih dari satu jam lamanya.
Di sudut ruangan, Ikhsan dan Asra asik bercerita sambil memegang piring kudapan di tangan mereka. Entah apa yang mereka ceritakan, keduanya begitu hangat dan akrab. Jika diperhatikan dengan seksama, justru Ikhsan-lah yang terlihat seperti adik kandung Asra, bukan Lora.
Sementara, Lora sibuk dengan telepon pintarnya di sebelah barat, duduk di samping Amira. Tersenyum sendiri, tertawa sendiri, dan kadang menangis sendiri.
Lestari sudah menyiapkan keperluan Lora. Baju gadis itu, perlengkapan mandinya, barang-barang kuliahnya, hingga kaus kaki karakter kegemaran Lora pun tak tertinggal. Nanti, saat Ikhsan dan rombongannya kembali ke pesantren, mereka langsung membawa Lora ikut bersama mereka. Sebab besok pagi di Darul Qalam akan diadakan pesta kecil-kecilan untuk Lora dan Ikhsan.
Ibu yang berprofesi sebagai editor majalah tersohor itu tak menyangka bahwa mengantarkan anaknya pergi kos akan berujung pada membawa sang anak pindah rumah permanen. Dapat bonus pesantren pula.
Padahal setiap kali Lestari menyunting cerita-cerita nyata tentang pasangan suami-istri muda yang sering menjadi konten di majalahnya, ibu enerjik itu selalu mengucap kata 'amit-amit' agar anak gadisnya tak menikah muda. Tapi ya tapi, ternyata kenyataan menghantam dirinya, dan Ikhsan bukan pemuda yang bisa ditolak begitu saja. Maka demi ini dan itu, Lestari menguatkan hati melepas sang bidadari.
Perayaan kebahagiaan karena bersatunya Ikhsan dan Lora digelar sederhana di rumah Ridwan dan Lestari. Benar-benar sederhana. Tak ada bunyi-bunyian, tak mengundang MC dan orkes dangdutan, juga tak libatkan doa-doa mantan.
Usai semua kegiatan terlaksana, inilah momen inti yang membuat hati Lestari dan Ridwan sedih tak terkira, Lora mereka akan berpindah tangan, berganti kepunyaan.
"Jaga Lora baik-baik ya San." Ridwan memegang pundak menantunya itu penuh rasa harap. "Sering-sering kunjungi kami di sini."
"InsyaAllah, Pa. Ikhsan akan jaga Lora semampu Ikhsan." Ikhsan membalas sopan sambil mengangguk.
"Lora itu nggak bisa telat makan, San. Kalau telat sedikit aja, magnya bakalan kambuh. Dan kalau magnya kambuh, dia akan jerit-jerit kayak penjual tahu bulat." Lestari berbicara setelah Ridwan.
Ikhsan menatap Lestari penuh hormat, menjawab ucapan sang mertua dengan nada santun, "insyaAllah nanti jam makan Lora bakalan Ikhsan jaga dengan baik, Ma."
Lestari mengangguk. "Kalian jangan bertengkar ya. Maklumi Lora, San. Dia masih anak-anak."
"Iya Ma." Ikhsan membalas cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SanuLora
General Fiction[CERITA KE 2] Follow biar Teman bisa baca semua chapter🤗 💞 kategori : baper somvlak Kepincut Gelora, gadis berhijab yang sudah sangat lama menginginkan bisa masuk ke dunia para cogan dan menjadi satu-satunya rebutan. Lora, begitu orang-orang hidup...