Matahari terlihat sudah hampir tenggelam, kini Raka sudah sampai di depan gerbang, dan mendapati sebuah mobil putih terparkir di halaman rumahnya. Dan Raka sangat senang karna ia berpikir bahwa ayahnya, Juan sudah pulang
Dan benar saja, suara Juan terdengar sampai teras rumahnya.
Tapi, rasa aneh pada dirinya kian muncul. Karena memang suara ayahnya tidak pernah sampai sekeras ini, Raka bergegas membuka pintu.Raka terdiam melihat Barang-barang yang biasanya tersimpan rapi di atas meja ruang tamu kini terlihat berserakan di bawah lantai.
Plaakkk
Jelas sekali, Raka melihat tangan kanan Juan mengenai pipi kiri mamahnya. Jeritan, tangisan kini terdengar di telinga Raka. Tapi, ia hanya bisa melihat tanpa ada sepatah kata pun terucap dari bibirnya.
Mata Raka kini mengarah pada seorang anak perempuan yang sedang membungkukkan badannya dan menutupi telinga dengan kedua tangannya di pojok ruangan
Raka melangkahkan kakinya menghampiri anak perempuan itu. Rinda, ya. Wajah Rinda yang biasanya menyebalkan kini hanya terlihat linangan air mata yang terus bercucuran.
"Yuu dek"ajak Raka sambil memboyong adiknya ke kamar tanpa memperhatikan lagi orang tuanya yang tengah beradu argumen
Setelah sampai di kamar, Raka meminta Rinda duduk di atas kasurnya"duduk dulu"
Brukkk
Suara beling pecah di ruang tamu. Dan Rinda, ia terkejut mendengar suara itu dan segera memeluk erat Raka
"Tenang ya dek, ada kakak ko"ucap Raka
"Takut banggggg"sahut Rinda
"Udah udah kamu jangan nangis gitu ahhh, sabar yahh"Raka mencoba menenangkan Rinda, meskipun hatinya menjerit melihat kejadian ini
Blugg
Terdengar seseorang membanting pintu dengan sangat keras. Raka membuka sedikit pintu dan tampaknya ayahnya sudah tidak ada di sana. Raka pun menghampiri mamahnya yang sedang duduk di lantai dengan terus mengeluarkan tangisan-tangisan dari dirinya
"Mahhh"
Mendengar suara Raka, Vina langsung menghapus air mata yang membanjiri pipinya.
"Iya sayanggg,, Rinda mana kak?"tanya Vina
"Rinda di kamar mah"tunjuk Raka ke salah satu kamar
Mendengar ucapan Raka, Vina berlari menuju kamar yang di tunjukkan Raka. Dan melihat Rinda sedang duduk menangis, Vina langsung memeluk Rinda
"Nda, sayang, kamu yang sabar yahh"ucap Vina
"Nda gak bisa liat mamah kayak gini mahh"sahut Rinda yang tengah berada di pelukan Vina
Melihat dua orang wanita yang sangat Raka sayangi menangis, air mata Raka kini sudah tak bisa di bendung. Raka menghampiri mamah dan adiknya lalu memeluk mereka tanpa banyak bertanya apa kronologi sebenarnya
"Besok pagi, kita kemas barang-barang kita yahh"ucap Vina pada kedua anaknya
Raka dan Rinda hanya bisa terdiam mendengar ucapan marahnya
***
Mata yang baru saja terlelap, kini harus terbuka paksa dengan keadaan yang tampaknya sangat berbeda, bengkak. Ya mata Raka terlihat sangat bengkak karena ia terlalu lama menangis, bahkan ini tangisan pertama setelah ia dewasa
Tok tok tok
Suara ketukan dari luar pintu memaksa Raka melangkahkan kakinya
"Kamu udah siap?yuu?"
Raka hanya terdiam dan berpikir apakah yang dengar itu benar? Apa memang benar orang tuanya akan segera bercerai? Bukankah kejadian yang baru saja menimpanya hanya sebatas mimpi?
"Mamah tunggu kamu di ruang tamu yahh"
Raka masih saja berdiam diri, ia masih belum mengerti perkataan yang baru saja marahnya ucapkan, dan masih belum percaya dengan kejadian semalam.
"Apa gue perlu kasih tau temen temen tentang keadaan gue sekarang?"pikir Raka
Mauu tau kelanjutan ceritanya ke' gimana?? Kuy pantengin terus yeeee.
Maafkan kalimatnya ga kesusun;(
Maklum lah pemula wk
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Ambyarr
RomanceSebelum baca, ja lupa follow yeee Vote&komen ceritanya. Bukan tentang siapa dan kenapa orang bisa jatuh cinta. tapi, bagaimana dia bisa mempertahankan rasa dan tidak sembarang menaruh rasa. Dan bagaimana rasanya nyaman nyaman tapi hanya sebatas tema...