22 - Making Love

2.9K 84 10
                                    


Happy Reading

Kepala Badrun tepat di hadapan selangkangan Chika diantara paha mulusnya, kedua kaki gadis itu direnggangkan lebar. Badrun memegangi paha Chika. Terasa hembusan nafas Badrun yang menderu di celana dalam Chika. Hangat. Badrun mencium vagina Chika yang masih terlindungi, harum dan wangi. Ada jejak basah yang meluas di permukaan celana dalam Chika.

"Jangan diliatin, Drun. Malu." Chika menutupi kemaluannya dengan telapak tangan.

"Ssst, udah basah..." Badrun menyingkirkan tangan Chika yang sebelumnya ia kecup. Pertama kalinya ia nekat dan iseng menjilat bagian yang basah itu dengan lidahnya. Agak aneh memang. Anyir. Tapi tertutupi aroma wangi kemaluan Chika. Pinggul Chika naik saat Badrun mengulangi jilatan lidahnya.

"Mmmmmh, Druuun..." Chika menjambak rambut Badrun yang terus dan terus merangsang di bawah sana intensif. Kegilaan Badrun makin bertambah melihat reaksi Chika yang terengah, mendesah keenakan dan meremas - remas payudaranya sendiri. Ia hisap, emut, dan jilat. Kombinasi ketiganya sanggup membuat pinggul Chika tak henti bergolak.

Chika sudah bertekad melakukan hal ini bersama Badrun, apapun resikonya kelak ia berjanji dalam hati tidak akan pernah ada penyesalan. Semua ini sudah Chika perhitungkan diam - diam tanpa sepengetahuan Badrun. Jika Badrun selama ini selalu sabar menghadapinya. Maka kali ini Chika akan jauh lebih kuat menghadapi apa yang akan ia alami nanti.

Jika kali ini Badrun terlihat bukan seorang pria yang selalu berjanji akan menjaganya selama ini, ia maklum. Tak pernah Chika menganggap Badrun munafik. Ia memaksanya. Dan ia akan tersinggung jika Badrun tidak melakukan yang sedang Badrun perbuat pada dirinya. Prinsip Chika, lebih baik menyerahkan kehormatan diri kepada orang yang disayangi walau belum tentu akan terus bersama daripada kehormatan itu direnggut dalam sebuah pernikahan seumur hidup yang sah kepada orang yang tidak ia sayang dan cintai.

Badrun perlahan menurunkan celana dalam, tangan Chika memegangi celana dalamnya yang sudah hampir lepas. Tidak benar - benar menolaknya, Chika hanya merasa malu. Walau kemudian Badrun mengecup punggung tangan yang menghalanginya. Genggaman jari itu terlepas. Lalu menutupi area kemaluan yang ditinggalkan penutupnya.

Celana dalam itu perlahan menuruni kedua kakinya yang jenjang. Melewati mata kakinya. Badrun menghirup dalam - dalam aroma wangi yang menempel di bagian dalam benda itu. Selanjutnya, Badrun terperangah mendapati sebuah belahan kemaluan yang benar - benar mempesona. Garis vertikal itu sangat rapat, tidak ada bulu yang tumbuh lebat di atasnya.

Badrun duduk sejenak memandangi tubuh Chika yang terlentang telanjang bulat. Mengagumi keindahan dan kemulusan tubuhnya. Paras cantik dan kulitnya yang putih. Gadis itu yang aesang menggigit jemari dibibirnya, juga memandangi Badrun. Pria yang ia sayang dan cintai. Yang ia serahkan untuk ambil kehormatannya dengan setulus hatinya.

Sudah sepertiga jalan langkah Badrun menyetubuhi Chika, dua pertiganya Badrun mengendus kemaluan Chika. Geliat kegelian Chika  dengan menggoyangkan pinggulnya. Ada hembusan nafas Badrun di sana saat ibu jari lelaki itu sedang membelah bibir kemaluannya. Memperhatikan sesuatu di dalam rongga yang penuh warna merah muda. Dan klitoris yang sembunyi di atasnya.

Pinggul Chika menjengat ketika lidah Badrun menelusup masuk menyatu dengan kenyalnya bibir kemaluannya. Semakin cepat jilatan itu, semakin mengerang Chika dibuatnya. Ditambah hisapan dan kecupan yang tak henti mendera vagina gadis itu sampai memerah dan semakin basah oleh cairan kewanitaannya.

Tangan Chika sontak menggerayangi payudaranya, memainkan puting susunya yang semakin tegak dan mencuat. Jemari lentiknya tak kuasa bergerak melakukan apapun yang bisa menambahnya semakin merasa terangsang, dan yakin apa yang mereka lakukan haruslah berlanjut. Puting susu Chika masihlah mungil, tapi Chika tarik sekuat tenaga sampai kulit payudaranya tertarik seiring isapan Badrun pada kemaluannya dibawah yang menyesap cairan vaginanya yang membanjir.

Tak bisa lagi ia diperlakukan lembut, Chika kasari tubuhnya sendiri. Nafsu seksnya semakin menggebu, rasa penasaran akan hubungan seksualitas itu menyelimuti. Tubuhnya terlanjur memberi sinyal agar Chika melakukan apapun yang bisa tubuhnya terima sebagai rangsangan. Remasan tangannya tak tertahankan lagi, kukunya ikut menancap di kulit putih payudaranya. Bukan mencari rasa sakit, tapi sesuatu yang bisa makin membangkitkan gairahnya.

Badrun melepaskan seluruh pakaiannya, penisnya yang sedari tadi terkungkung dalam dekapan celana dalam, sudah bebas melonjak dan tegang. Chika menarik nafas setiap melihat penis Badrun. Di bibirnya saja terasa sesak, apalagi jika benda itu dilesakkan ke dalam liang vaginanya yang perawan.

"Chika yakin?" tanya Badrun memastikan apa yang akan ia lakukan mendapat persetujuan.

Chika mengangguk.

"Kenapa nangis?" Badrun mengusap air mata Chika yang perlahan mengalir dari ekor mata Chika.

"Bahagia. Liat kamu. Pelan - pelan, please..."

"Iya."

Badrun menundukkan kepalanya, mendekap tubuh Chika sebelum menyetubuhi Chika. Ia tentu harus bersikap santai dan tenang agar Chika juga rileks. Dadanya menyentuh kekenyalan dua bongkahan payudara Chika dan sedikit terasa geli dengan mencuatnya outing susu Chika yang menegang. Bibir Badrun mendekati bibir Chika yang merah muda, semakin dekat dan mengikis jarak di antara keduanya. Bibir itu lalu mengecup lembut bibir Chika yang sudah menunggu disentuh. Lumatan bibir Badrun disambut kepasrahan bibir Chika yang menginginkan apapun dari perlakuan Badrun. Bibir lelaki itu mengulum bibir Chika, lidahnya menelusup masuk ke dalam rongga mulut Chika.

"Sekarang, Drun," pinta Chika.

Badrun tersenyum. Ia menegakkan tubuhnya kembali. Penis besar itu sudah berada di depan bibir kemaluan Chika dan digesekkan perlahan menyusuri garis vertikal vagina Chika hang telah basah. Chika menggigit bibir bawahnya, kedua jemarinya keras mencengkeram seprai semampunya. Matanya bahkan ia pejamkan, cukup tubuhnya saja yang merasakan perih, nyeri, dan kenikmatan setelahnya. Ia sudah merelakan keperawanannya kepada lelaki yang sangat ia cintai dan sayangi.

"Aaahhh.....sakiiiittt...." lirih Chika saat penis Badrun melesakkan cepat membelah bibir kemaluannya. Pinggulnya melonjak karena cukup perih terasa.

Badrun tak langsung melakukan penetrasi, dibiarkannya terbenam dalam rongga kemaluan gadis itu. Sampai tubuh vital itu menerima benda asing di dalamnya, dan rasa sakit Chika berkurang. Badrun kembali mendekap dan mencumbu agar Chika tenang. Air mata Chika pun tak terelakkan, mengalir deras melalui pelupuk matanya. Dalam hati ia bahagia, sangat bahagia Badrun sudah melakukannya. Ia berjanji satu hal. Satu hal yang Badrun beritahu jika mereka bertemu kembali entah kapan.

Dalam setengah jam ke depan, Badrun menyetubuhi Chika dengan gentle, perlahan dan penuh kelembutan. Agar Chika juga bisa merasakan kepuasan. Ia tidak mau egois. Ini memang pertama kali baginya, juga Chika. Momen ini tentu akan teringat terus oleh Chika sebagai momen puncak percintaan dan kisah kasih mereka yang terbilang singkat.

Peluh tubuh yang bercucuran, desah dan erangan, nafas yang memburu, menjadi saksi tubuh mereka pada akhirnya saling menikmati satu sama lain. Lesakkan kemaluan Badrun dalam vagina Chika adalah proses awal dari sebuah perjalanan cerita mereka. Bahkan ketika sperma Badrun kemudian terbenam dalam rahim Chika keseluruhan, adalah permintaan Chika. Badrun mengamini setiap keinginan gadis itu. Mereka menyelesaikan dalam dekapan, pelukan, serta senyuman yang menyungging lebar. Kebahagiaan mereka bermula. Dan cerita mereka belum selesai.

°°°

Tbc

Bidadari Badung 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang