15. Dijenguk Sofia dan Riska

25 8 0
                                    

Sofia membuka pintu kamar inap Areta menimbulkan decitan pintu yang membuat semua di dalam kamar inap Areta menoleh.

"Eh, Ka Sofia." Siti memberikan tempat untuk Sofia duduk.

"Ka Areta gimana? Udah mendingan? Apa yang sakit?"

Areta mengangguk. "Iya, Sof. Cuma kepala aja sama kaki."

Najwa yang baru sadar kedatangan tamu pun sedikit heboh. "Ini siapa? Haduh cantik banget. Mbak mau ngeteh?"

Rizka menyahut, "Satu-satu kalau nanya, Bi."

Sofia menoleh pada Najwa. "Nama saya Sofia. Enggak usah repot-repot, makasih, ya."

Najwa mengangguk antusias mengulurkan tangannya. "Kenalin saya Najwa biasa dipanggil Wawa. Asisten rumah tangga nyonya Areta."

Sofia terkekeh membalas uluran tangan Najwa. "Iya Bi Wawa. Saya tetangga baru ka Areta."

"Pantes saya enggak pernah ngeliat. Saya mau cuci piring sama gelas kotor bekas tadi dulu. Kamu mau liat keahlian saya yang unik?"

Sofia sedikit tertarik, Sofia pun mengangguk. Di kamar mandi, Sofia tercengang dengan perbuatan Najwa. Bayangkan saja, sekarang Najwa mencuci piring dan gelas kotor sembari pencak silat.

"Bi Wawa itu hati-hati gelasnya gelas beling," ucap Sofia takut-takut piring atau gelasnya pecah.

"Tenang aja, Sof. Saya ahli dalam ginian," canda Najwa sembari terus melanjutkan pekerjaannya.

Sementara Sofia dan Najwa di kamar mandi, ketukan pintu lagi-lagi mengalihkan pandangan keluarga PraTa itu. Seseorang yang datang berlari menghampiri Areta dengan segudang pertanyaan. "Ini Areta? Aduh Jeng kepalanya kenapa? Ini juga kok sampai pake selang pernapasan? Ini kenapa bisa gini Jeng? Suaminya ke mana enggak jagain ya, Jeng?"

Prakoso yang sedari tadi diam memutar bola mata malas. "Nanyanya satu-satu kali, Bu Riska."

Riska hanya melempar tatapan menyebalkan ke Prakoso. Riska duduk di tempat Sofia duduk tadi, fokusnya sedikit teralihkan karena mendengar suara dari kamar mandi. "Itu di kamar mandi kenapa berisik-berisik?"

"Konser dangdut," celetuk Prakoso. Untung saja Riska perempuan, tak bisa dibayangkan jika ia laki-laki. Mungkin nasibnya akan mengenaskan seperti Haidar.

Areta menggeleng-geleng melihat mereka. "Jangan gitu, Prak. Itu di kamar mandi Wawa asisten rumah tangga saya lagi cuci piring sama gelas kotor."

Riska membenarkan posisi duduknya, ritual biasa ia saat menggibah sambil duduk. "Tau gak sih, Jeng? Saya pas kemarin malam tau Jeng Areta masuk rumah sakit, saya langsung panik. Saya minta anak saya si Imam buat anterin ke sini, tapi dia gak mau. Saya minta suami saya juga sayanya lagi ribut sama suami. Duh Jeng, saya langsung kasih tau di grup ibu-ibu. Semua pada khawatir sama Jeng Areta."

Siti tiba-tiba teringat sesuatu.

Nama anaknya kok sama kayak si Imam teman sekelas Risqi? batin Siti.

Siti berdeham, "Anak Ibu sekolahnya di SMP Sobat, bukan? Kelas sembilan?"

Riska menoleh pada Siti, mengangguk. "Kamu kok bisa tau? Ah, jangan-jangan Siti yang pernah diceritain Imam itu Siti kamu?"

Areta dan Prakoso saling memandang. Berarti yang waktu itu saat di mobil, Prakoso bilang Imam anaknya Riska benar dan juga Riska anak KSN itu ….

"Enggak ah, Bu. Siti di sekolah saya banyak," sanggah Siti tertawa kecil. Tidak mungkin 'kan di sekolah Imam jual mahal, di depan Riska ia cerita tentang Siti?

"Tapi tuh dia cerita gini, 'Imam di sekolah katanya ada yang suka, itu juga kata Fikri. Katanya sih Siti, tapi gak mungkin ah Siti suka sama Imam. Jadi Imam so jual mahal aja, lagian Imam juga enggak mau ah kalau sekarang. Gak tau kalau nanti'." Riska menirukan gaya bicara Imam. Sesaat ia sadar bahwa kata Imam saat itu tidak boleh diberi tahu.

Najwa dan Sofia yang baru saja ikut bergabung hanya dapat diam tidak tau topik. Najwa dan Sofia memilih asik bercanda gurau sendiri.

Areta memberanikan bertanya, "Ibu Riska pernah ikut KSN pas tahun 2020, 'kan?"

Riska dibuat tak percaya, walau tak sering mereka mengobrol kenapa keluarga satu ini sangat tahu tentang dirinya?

"Kok Jeng Areta tau juga? Jangan-jangan Jeng Areta itu …."

Areta mengangguk. Saling memandang hingga lima detik kemudian tawa mereka pecah. Tak menyangka seperti ini.

"Eh tapi Jeng tau gak?"

Ciri-ciri mau gibah ini mah, batin Prakoso.

Areta menggeleng singkat seraya meredakan tawanya.

"Jadi tuh ya Jeng, masih inget Haidar KSN, 'kan? Saya dengar-dengar sekarang dia duda ya, Jeng. Terus Jeng istrinya tuh selingkuh gitu habis itu bawa kabur jutaan uang Haidar, kasian, ya. Pas mudanya jadi sad boy saat tuanya pun jadi sad boy. Untung anak saya mah enggak gitu," terang Riska. Mungkin telinga Haidar akan panas karena sedang dibicarakan oleh ibu gibah satu ini.

Oh ini alasan om Haidar ngedeketin ibu, gara-gara move on dari mantan istrinya ke cinta masa lalunya. Pantes aja ayah posesif banget, eh tapi seharusnya enggak sampai make garpu, batin Una.

Prakoso dalam hati terbahak, sok merebut Areta padahal Haidar sendiri tidak bisa menjaga istrinya. Bagaimana bisa?

"Kasihan, Jeng. Saya enggak tega," tutur Areta sedikit membayangkan masa-masa Haidar dulu saat KSN.

"Udah takdirnya kayak gitu," cibir Prakoso.

"Ayah cemburu nih. Tapi jangan sampe pake–"

"Iya, enggak lagi, Na. Jangan dikasih tau dong," potong Prakoso sebelum Una membeberkan jurus garpunya kemarin.

Prata StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang