Satu ;

565 43 6
                                    

Flashback

17 Juli 1996

Seorang anak kecil duduk sendirian, di atas meja di depannya terdapat banyak makanan dan dengan ditemani nyanyian lagu selamat ulang tahun yang berasal dari televisi. Pada tayangan televisi tersebut memperlihatkan sebelum meniup lilin maka membuat permohonan terlebih dahulu.

"Saat aku beranjak usia sembilan tahun, aku belajar hal baru. Sebelum meniup lilin, kau harus buat permohonan." Gumam Wonwoo.

Ayah, ibu dan kakak perempuannya menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Wonwoo. Tapi setelah itu kakaknya langsung meniup lilin dan ayahnya yang terlihat dingin langsung menyuruh mereka segera makan. Di rumah, keluarga Wonwoo mengutamakan yang lebih tua.

17 Juli 2001

Wonwoo yang mulai beranjak remaja kembali merayakan ulang tahun bersama keluarganya, dan kali ini kakaknya kembali meniup lilin dan ayahnya dengan dingin mengajak segera makan.

Setiap tahun ketika merayakan ulang tahun, kakak Wonwoo selalu meniup lilin lebih dulu tanpa pernah memberi kesempatan Wonwoo untuk membuat permohonan. Dan ayahnya terus saja mengajak mereka makan setelah kakaknya meniup lilin.

Ketika Wonwoo berusia 20 tahun, dia akhirnya bisa membuat permohonan pertamanya. Wonwoo akhirnya merayakan ulang tahun dengan dua temannya, Jihoon dan Jeonghan, lalu membuat permohonan yang diucapkan dalam hatinya "Setiap tahun, permohonanku sama. Kabulkan aku menjadi penulis yang hebat"

10 tahun kemudian

Wonwoo sungguh menjadi penulis. Wonwoo menjadi asisten penulis sebuah melodrama, dia sudah jadi asisten selama 5 tahun dan pengalaman menulis sub-bagian nya cukup banyak. Setelah menyelesaikan naskah untuk episode terakhir melodrama nya, Wonwoo sangat bahagia dan merasa bebas. "Akhirnya... aku bebas!" Jerit Wonwoo bahagia melempar semua naskahnya ke udara.

Wonwoo bergegas mengambil kopernya dan menemui si penulis. "Ibu penulis, draf terakhir sudah saya unggah." Kata Wonwoo. Si penulis mengangguk mengerti dengan melihat naskah. Wonwoo tanpa banyak berkata-kata akan pamit pergi.

"Hei, kemana? Astaga..  Apa kau mau pulang?" kata penulis melihat Wonwoo membawa koper. Wonwoo membenarkan, dan penulis mengucapkan terima kasih atas kerja kerasnya.

"Apa ini sudah sebulan?" kata penulis. Dan Wonwoo mengatakan kalau sudah tiga bulan. Si penulis seperti tak sadar jika sudah selama itu. Setelah keduanya berbincang-bincang yang kebanyakan dilontarkan si penulis, si penulis menyuruh Wonwoo pergi saja. Wonwoo pamit dan mengatakan akan bertemu di pesta perpisahan nanti.

Setelah berada di luar ruangan, Wonwoo menatap langit seakan selama ini tak pernah keluar rumah karena sibuk menulis naskah. Wonwoo berjalan sambil menarik koper dan menelepon sahabatnya, Jeonghan.

"Ya, dimana lagi? aku di jalan menuju ke rumah. Ini sudah tiga bulan lamanya. Begitu aku sampai rumah, aku akan mandi air panas, lalu aku akan selimutan di tempat tidur dan tidur seperti mayat." Ucap Wonwoo

"Kakakmu itu sedang apa? bukannya dia pengangguran? jika dia merepotkanmu, setidaknya dia harus datang menjemputmu." Kata Jeonghan di seberang telfon.

"Ya tuhan, kau banyak tanya. Aku malah bersyukur dia tidak membakar rumah kita." Kata Wonwoo.

"Pokoknya, jika sudah sampai rumah langsung tidur. Jangan beres-beres rumah dulu atau cuci pakaian. Lalu, jangan angkat telepon dari Jihoon." Kata Jeonghan, Wonwoo ingin mengetahui alasannnya.

"Jihoon bertengkar lagi dengan kekasihnya. Mungkin mereka bertengkar selama dua jam." Kata Jeonghan, Wonwoo mengerti lalu menutup teleponnya.

Because This Is My First Life • WONHUITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang