¬6¬

999 227 26
                                    








Seorang pemuda terus melangkahkan kakinya. Berlari menjauhi kumpulan orang-orang itu untuk menyelamatkan dirinya sementara. Tungkai itu membawanya kearah lorong kelas IPA yang sangat sepi orang namun suara teriakan dan ringisan ada dimana-mana.

"Akkh! Bangsat kepala gue pusing," ringis pemuda itu sebari memegangi kepalanya.

Pemuda itu berjalan dengan pelan menuju kearah kelasnya dengan langkah yang tertaih-tatih.

"Kenapa coba gue sekolah disini? Isinya iblis semua."

"Semoga aja belum ada yang gentayangan. Belum siap jumpscare gue."

Pemuda itu bergendik lalu mengusap tengkuk belakangnya.

"Kalo gak salah gue denger-denger ni sekolah dulu bekas rumah sakit."

"Habis jadi rumah sakit terus jadi kuburan nah habis itu baru ada ni sekolah."

Pemuda itu tiba-tiba memukul mulutnya sendiri.

"Jae tolol! Lo ngapain bahas gituan sekarang."

Tubuhnya sedikit bergetar ditambah bulu kudunya yang berdiri.

"Kok tiba-tiba dingin ya?"

Pemuda itu merasa ada yang memegang bahunya.

Deg!

Pemuda itu diam mematung. Pemuda itu memejamkan matanya sejenak.

tolong bantu gue menghilang dari sini sekarang, balik enggak balik enggak huwaaa mak tolong anak tampanmu ini, gue belum mau mati sekarang huhu dosa gue masih banyak, utang juga belum gue bayar huhuhu, batinnya.

ya tuhan semoga bukan setan.

Perlahan ia memutar tubuhnya menghadap kebelakang dengan mata yang masih terpejam.

"Lah? Kok gelap?"

"Tolol ini mata gue masih merem."

Perlahan ia membuka matanya. Ia langsung meneguk ludahnya sendiri. Tak ada seorang pun dihadapannya sekarang membuat wajah pemuda itu pucat dengan kaki yang sedikit bergetar.

Pemuda itu sudah mengambil ancang-ancang untuk balik berlari namun sesuatu menetes dari atas mengenai telinganya mengalir hingga ke lehernya.

Glek

Jantung pemuda itu berdebar kencang, nafasnya memburu. Perlahan tangannya terangkat untuk menyentuh sesuatu yang menetes di telinganya itu.

Cair

Pemuda itu tak berani melihat tangannya. Pikirannya kacau.

Tes

Tes

Tes

Cairan itu terus menetes mengenai telinganya. Diliputi dengan rasa penasaran yang tinggi kepala itu perlahan mendongak keatas.

























"Ternyata air AC."

Kepala pemuda itu kembali berdenyut, membuat pemuda itu tak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dan mundur beberapa langkah.

Dug

"Akh!"

Pemuda itu menengang. Raut wajah pucat yang tadi hilang sekarang datang kembali ketika punggungnya menabrak sesuatu dibelakang dan ringisan dari seseorang dibelakangnya.

Glek!

ini manusia atau jurig anjir?! huaaaa mak takutttt, balik badan gak ya ah gak gak okey jaehyuk anak kesayangan emak yang ganteng dari pada liat ke belakang mari kita jalan ganteng kedepan, batinnya.

Jaehyuk melangkahkan kakinya perlahan tanpa suara, berusaha untuk tidak melihat siapa yang ia tabrak tadi namun

"Lo mau pergi kemana?"

suara sih kayak manusia, batinnya.

Jaehyuk pun memutuskan membalikkan badan dan menemukan pemuda asing dengan baju yang penuh darah. Namun bukan itu yang menjadi pusat fokusnya melainkan guru yang ada dibelakangnya, menatap mereka dari kejauhan dengan sebilah pisau berlumuran darah di tangan kanannya.

Tanpa basa basi, Jaehyuk langsung menarik tangan pemuda itu untuk berlari tanpa mengidahkan rasa pusing di kepalanya.

"E-eh! Apaan lo main narik–narik gue?!" tanya bingung pemuda itu.

"Diem dulu! Kita cari tempat aman dulu!" jawab Jaehyuk tanpa menoleh kebelakang. Matanya fokus untuk mencari tempat bersembunyi.

"Tapi ken–"

"HAHAHA KEMARI KALIAN! AKU SUDAH TIDAK SABAR UNTUK MENYAYAT KULIT KALIAN! HAHAHAHA!"

Pemuda asing itu lantas menoleh kebelakang.

"Bangsat! Lo kenapa gak bilang kalo ada malaikat maut lagi ngejar!" pemuda itu menambah kecepatan larinya.

Tiba–tiba ide cemerlang datang di kepala Jaehyuk saat melihat ada dua tong sampah didepan sana.

Jaehyuk menghentikan larinya. "Lo duluan lari."

"Ya gak bisa dong! Nanti lo mati, gue yang lo gentayangin."

"Enggak njir! Cepetan!"

"Iya–iya! Gue tunggu di tangga."

Pemuda asing itu lantas pergi, meninggalkan Jaehyuk yang sedikit kesusahan mengangkat tong yang dipenuhi sampah itu.

"Bauk njing!"

Brak

Tong sampah itu terlempar membuat isinya jatuh berantakan dilantai. Membuat Jaehyuk tersenyum senang.

"Mampus kau."

"Dasar! Kemari kalian akan ku ukir tangan itu dengan pisau ku!"

Jaehyuk yang melihat guru itu berlari, langsung berbalik badan dan berlari. Saat ingin menoleh kearah guru yang berlari tak jauh dibelakang nya, sebuah pisau melewati wajah tampannya hampir mengenai hidung mancungnya.

"Eits! Hampir aja."

"KEMARI KAU HAHAHAHA–"

Bruk


















































"Hahahaha bangsat! Mampus jatuh! Makanya kalo lari liat jalan pak!"

Jaehyuk tak bisa lagi menahan tawanya melihat guru yang tadi mengejarnya terjatuh dengan tidak elit karena menginjak plastik dari tong sampah yang ia lempar tadi.

Melihat adanya kesempatan, Jaehyuk langsung berlari sekuat tenaga menyusul pemuda asing tadi dan tak lupa mengambil pisau yang tergeletak dibawah untuk jaga–jaga.







































hai para nasgor!!!

sepi sepi bae ni lapak kuy lah rameinnn😀😂😂

kira kira siapa tuch yang ketemu sama jae?

ooh iya kalo ada yang mau mutualan, kuy aja lah ya gausah malu malu🐵👍

Bloody Day ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang