Tiba-Tiba

32 5 11
                                    

"Hujan?" tanya Milsa, Kim Mil-Sa seorang gadis yang sangat dieluh-eluhkan namanya di SMA dimana ia menuntut ilmu. Selain memliki visual yang mampu menawan banyak siswa, Milsa juga mempunyai watak yang bersahabat dan ramah. Oleh karenanya tidak jarang orang akrab dengan sosoknya di sekolah.

"Eh, Milsa Kim, kau belum pulang?" tanya seorang gadis lain yang menemukan Milsa dalam kebingungan, namanya Kim Si-Jin. Sijin adalah siswi yang sangat pendiam di kelas sampai-sampai menjadi obyek sasaran siswi jahil di setiap kesempatan. Ia memberi senyum pada Milsa. Milsa pun menjawab,

"Kau duluan saja, Jin. Aku akan menunggu. Mungkin sebentar lagi, " kata milsa sembari menjawab senyum sijin.

"Kau yakin menunggu di sini?" tanya Sijin meragukan Milsa. Pasalnya memang mulutnya mengatakan demikian, tapi matanya tidak mampu membohongi bahwa ia khawatir jika pakaiannya basah.

"Sebaiknya kuantar agar kau bisa berteduh," tambah Sijin mulai khawatir, namun Milsa tetap pada sikap teguhnya untuk menunggu. Tak lama, mobil hitam perlahan diam di depan mereka,

"Itu mobil Appa, Milsa kau yakin akan tetap menunggu di sini?" tanya Sijin lagi.

"Nee, gwenchana. Pulanglah, jangan buat ayahmu menunggu," kata Milsa tersenyum. Sijin yang awalnya tidak yakin menjadi yakin dan masuk kedalam mobil. Ia pun membuka jendela untuk melambai ke Milsa.

Tak lama dari kepergian Sijin, datanglah seorang laki-laki dengan motornya. Dialah Lee Min-Hyuk, laki-laki yang hobinya mengejar Milsa hanya untuk mengganggunya. Dia juga berkata bahwa "Bukan Milsa jika dalam sehari tak terjangkau tangan Minhyuk." dan akhirnya kata itu menjadi batu loncatan untuk terus mengusik Milsa.

"Hey yeojachingu! Apa kau akan mengajari tata krama pada hujan juga?" tanya minhyuk dengan senyum meledek.

"Oh ya tuhan, dia mulai membual lagi. Hey Minhyuk! Lihatlah! Mulutmu bahkan sudah terlihat berbusa setelah membual," Respon Milsa juga meledek Minhyuk. Tiada balasan darinya selain senyuman yang membuat Milsa aneh.

"Mian, masih bisa nya kau tertawa setelah aku meledekmu,"

"Kau meledekku? Apa benar begitu? Kupikir, kau hanya asal bicara saja tadi,"

"Hish!" Tanggapan Milsa saat mendengar jawaban Minhyuk, kesal.

"Kau marah? Mianhe," kata Minhyuk saat melihat wajah kesal Milsa.

"Bisa minta maaf juga rupanya," jawab Milsa yang masih tidak bernafsu, Minhyuk hanya terdiam dan mematikan motornya.

"Hey! Mengapa kau mematikan motormu? Mau apa kau sebenarnya?" tanya Milsa namun ia tetap diam bahkan turun dari motor mahal nya itu. Menatap Milsa penuh perhatian dan pertimbangan.

Tiba tiba, hujan turun semakin lebat membuat Minhyuk segera melepas jaket yang kebetulan ia gunakan dan dipasangkannya ke tubuh Milsa. Tentu mendapati itu kecurigaan Milsa semakin menjadi dan mulai berpikir negatif tentang sosok laki-laki dihadapannya itu.

"Apa-apaan ini?" tanya Milsa menolak, tapi Minhyuk tetap memakaikannya dengan senyum dan berkata,

"Pakailah, kutahu kau membutuhkannya daripada aku." Ia juga tersenyum membuat Milsa tambah heran,

"Kau tertusuk angin dari mana hingga tiba-tiba perhatian begini denganku?"

"Sudahlah tidak usah dipermasalahkan, hitung-hitung aku mengurangi dosa yang pernah kulakukan padamu." Minhyuk pun mulai melipat lengan itu hingga siku kemudian melempar pandangan penuh makna pada Milsa.

"Jika jaketmu ada padaku, lalu kau bagaimana?" Milsa tentu saja bertanya karena khawatir,

"Apa sekarang kau khawatir padaku?" tanya Minhyuk, Milsa pun memprotesnya,

"jangan senang dulu, ini kulakukan hanya karena kau manusia juga bukan karena aku mulai menyukaimu. Jadi, jangan mencoba berpikir yang macam-macam!"

Minhyuk tersenyum lagi,

"Apa tersenyum seperti itu? Sudah kubilang bukan, jangan berpikir apapun terhadapku!" gertak Milsa, ia mulai salah tingkah ketika melihat wajah Minhyuk yang terus saja menghadirkan senyum.

"Kau belum jawab aku." Minhyuk masih tersenyum. Milsa yang merasa bingung pun menjawab,

"lalu kau pikir barusan ini apa?"

"Milsa, apa kau sadar akan apa yang kau katakan? Aku hanya memintamu menjawab setepis, mengapa kau menjabarkannya seakan-akan aku ingin mengulik isi hatimu?" Minhyuk melontarkan kalimat yang bagi Milsa menjurus untuk membuatnya bungkam.

Tiba-tiba terdengar suara bell mobil berbunyi di tengah pembicaraan mereka. Itulah mobil jemputan Milsa.

"Mian aku tidak bisa menjawabmu, Minhyuk. Aku pulang dulu!" kesal merasuk di hati Milsa karena lagi-lagi Minhyuk membuatnya takluk. Di tengah kekesalan itu, tangannya kembali ditahan. Siapa jika bukan Minhyuk

"Mwoyo?"

"Hati-hati kau di jalan, Kim Milsa!" gertaknya karena hujan semakin keras menghalangi suaranya.

"Hish!"

Milsa melepas tangannya dan langsung masuk ke mobil agar bisa cepat menghindar dari wajahnya yang selalu membuat kesal.

Mobil berjalan, perlahan mobil itu mulai meninggalkan Minhyuk yang masih pada posisi sebelumnya, sementara hujan semakin saja membuat kemeja nya basah kuyub. Milsa yang masih memperhatikan pun langsung merasa aneh.

"Apa yang dipikirannya hingga hujan-hujan seperti itu? Apakah dia anak-anak yang wajar untuk hujan-hujan? Hish orang itu!" Batin Milsa, di saat yang bersamaan ia juga melihat Minhyuk sangat menikmati setiap air yang mengguyurnya. Perlahan, senyum Milsa mengembang saat melihat dan mengingat tingkah Minhyuk yang beberapa menit lalu berubah total.

Di saat Milsa masih sibuk dengan urusan Minhyuk, sopir yang bersamanya pun bertanya,

"Agashi, apa ada sesuatu di belakang hingga sebahagia itu? Apa karena Namja tadi?"

"Eh, bukan apa-apa. Aku hanya ... hanya sedang menatap hujan saja, iya menatap hujan." Milsa gugup, ia langsung menutup diri dengan buku setelah mengeluarkannya dari dalam tas.

"Tidak masalah gugup sebab laki-laki. Itu hal yang lumrah untuk dilakukan ketika jatuh cinta, Agashi."

"Ah, Ahjussi bisa saja." Milsa semakin malu karena perkataan sopir itu, tapi dibalik buku ia masih saja tersenyum ketika teringat perlakuan Minhyuk.

"Dasar anak muda!" seru sopir dengan senyum nampak memaklumi apa yang dilakukan Milsa.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNLOCK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang