Musim kemarau memang problematik, apa lagi kalau bukan masalah air. Sudah menjadi rutinitas setiap tahunnya di sini saat musim kemarau warga membeli air bersih dari pemasok karena air sumur juga menipis. Kali ini Heri berniat untuk menambah kedalaman sumur di samping rumah agar bisa mengeluarkan banyak air. Jadi di samping beli, seridaknya masih ada persediaan untuk kebutuhan mendasar lainnya bisa dipenuhi dari air di sumur, pikir Heri.
Ia menghubungi beberapa tukang sumur, namun ada yang sedang keluar kota ada juga yang memasang tarif selangit. Mungkin karena ini musim kemarau di mana permintaan penggalian lebih banyak. Sampai akhirnya ia menemukan tukang sumur yang bisa untuk melakukan penggalian. Dua orang bersedia melakukannya besok lusa. Heri memberikan alamatnya melalui telpon, tidak sulit untuk menemukan alamat rumahnya karena tidak jauh dari jalan raya.
Keduanya pun datang ke rumah Heri. Mereka adalah Agus dan Ferdi. Keduanya berumur 30-an tahun. Agus memiliki postur tinggi, dengan tubuh berisi dan kencang, sedangkan Ferdi memiliki tubuh agak kecil namun otot-otot terbentuk bagus. Keduanya manis dan wajah mereka dihiasi kumis tipis, hanya saja sedikit lebih tebal di Agus. Setelah berkenalan dan menunjukkan lokasi, mereka mulai bekerja. Ferdi turun untuk menggali, dan Agus mengulurkan ember dan menarik tanah galian dari dalam sumur ke permukaan.
Sebenarnya tidak terlalu dalam sumur di daerah tempat tinggal Heri. Hanya 2-2,5 meter, jadi mereka ingin menggali sekitar 1-1,5 meter. Namun tetap saja tanahnya yang berwarna merah cukup menyulitkan mereka berdua. Tak terasa sudah hampir jam 12 siang.
Heri membawakan minuman dingin dan makan siang yang dibelinya di warung dekat rumah. Ia hendak memberikannya ke kedua tukang sumur itu saat melihat Agus menarik sesuatu dari dalam sumur. Heri mendekat. Ternyata ia sedang berusaha menarik tangan Ferdi untuk membantunya naik ke permukaan, karena tangganya tidak bisa menjangkau bibir sumur karena semakin turun oleh galian.
"Mas, bisa bantu bentar?" Agus meminta bantuan kepada Heri. Ia pun membantu menarik Ferdi dan berhasil.
Dilihatnya Ferdi hanya memakai celana dalam yang sudah dipenuhi tanah, dan sebagian besar tubuhnya juga. Sedang Agus memakai celana pendek yang juga belepotan tanah merah, beberapa juga menutupi bagian lengan, perut dan dadanya. Heri mengambil air di ember untuk mereka berdua membersihkan diri sebelum istirahat.
Dilihatnya Agus membantu Ferdi membersihkan tubuh dari tanah yang menempel. Sesekali ia meremas pantat temannya itu.
"Kalau bangun tanggung jawab yo," Ferdi berkelakar, yang disambut dengan semakin erat remasan Agus padanya.
Mereka berdua selesai membersihkan diri. Terlihat Ferdi dengan tubuh yang berotot, bersih dari tanah, dan celana dalam abu-abu yang membungkus keperkasaannya yang besar. Dada bidang dan ketiaknya yang lebat menjadi pemandangan yang indah di tengah hari. Agus pun tak kalah menawan, dengan kulit sedikit gelap namun kencang yang membalut tubuhnya yang berisi. Rambut halus menghiasi puting dada, dada dan perutnya. Terlihat ketiak lebatnya saat ia mengangkat gayung untuk membasuh tubuhnya.
Heri melihat mereka dengan sedikit penasaran apakah pernah terjadi sesuatu di antara mereka. Memikirkannya membuat celana pendeknya bergejolak. Tiba-tiba ia membuka kaosnya. Hari itu memang panas, jadi ia membuka kaos yang ia pakai, memamerkan badannya yang putih dan rambut-rambut halus menutupi beberapa bagian seperti puting dada dan bagian pusarnya sampai ke bawah. Tak lupa ketiaknya yang lebat terlihat menyembul.
Mereka menikmati makanan sambil mengobrol dengan tuan rumah.
"Sudah lama di sini, mas?" Tanya Ferdi, berdiri meneguk minuman dari botol.
"Lumayan, satu tahunan lah," jawab Heri. Ia memperhatikan tonjolan celana dalam Ferdi yang terlihat jelas. Tegak ke atas, sedikit bengkok. Namun sepertinya Ferdi menikmati perhatian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Penggali Sumur
Short StoryMusim kemarau memaksa Heri untuk memanggil dua orang tukang gali untuk memperdalam sumur di rumahnya. Namun, ternyata hasilnya di luar perkiraan.