Yewon diam membisu kala pria didepannya mengoceh tidak jelas, ia bingung harus menanggapi kemarahan Namjoon dengan cara apa. Beberpa menit yang lalu Namjoon menelponnya dan menyuruhnya datang kekamarnya, tapi sampai disana Yewon tidak melakukan apapun selain mendengarkan pria itu mengoceh.
"Ingin sekali aku patahkan kakinya" Yewon menatap Namjoon takut, pikirannya kini sudah tidak bersih lagi. Apa Namjoon hanya ingin mematahkan kakinya? Tidak mungkin karena hari ini Yewon belum melakukan kesalahan apapun.
"Lihat saja! jika bertemu lagi akan ku giling menjadi daging halus dan ku lempar kekandang buaya" ucapnya lagi.
Namjoon bergerak kesana-kemari sambil mengepalkan kedua tangannya kuat. Jujur saja sikap Namjoon itu membuat Yewon sedikit takut.
"Kamu ngapin berdiri disitu?" Yewon tersentak kaget saat Namjoon tiba-tiba berteriak padanya, bukan kah sejak tadi Yewon memang berdiri disini?.
"Lah... tadi bapak yang manggil?" jawab Yewon bingung, "kapan saya manggil kamu?" tanya Namjoon lagi, "bapak sehat, mau saya antar kerumah sakit" tawar Yewon dengan raut wajah khawatir.
"Kamu banyak tanya, sekarang siapkan semua berkas yang mau dibawa untuk bertemu klayen" Yewon lekas bergerak, menghampiri meja yang sudah penuh dengan tumpukan kertas. Bisa Yewon tarik kesimpulan jika pria itu pasti bergadang untuk menyelesaikan semua pekerjaannya.
"Yewon jangan lupa jam tangan ku"
"Pak jam tangan mu sudah ada ditangan mu sejak tadi" jawab Yewon tanpa menoleh, reflek Namjoon mengecek pergelangan tangannya dan benar saja jam tangan kesayanggannya sudah terpasang dengan rapi. "Sejak kapan ada disini" gumamnya,
"Pak, apa perlu saya membatalkan jadwal bapak hari ini?" ucap Yewon tiba-tiba, Namjoon yang awalnya terkejut dengan kehadiran Yewon yang tiba-tiba kini menatap gadis itu bingung, "sepertinya ada yang salah dengan kepala bapak, apa bapak keracunan makanan?" tanya Yewon lagi.
"K.I.M.Y.E.W.O.N" Namjoon berteriak dengan kesal merasa dipermainkan oleh asistennya sendiri.
"Baiklah pak saya minta maaf, sekarang berhenti berteriak karena kita harus cepat pergi untuk bertemu dengan klayen"
***
''Selamat Namjoon akhirnya kau berhasil membuat pabrik testil di Busan" seorang dengan stelan jas hitam berucap sambil menepuk pelan punggung Namjoon.
Namjoon hanya tertawa kecil untuk menanggapi pujian yang dilontarkan oleh salah satu kenalannya, "saya juga berterima kasih pada anda karena sudah mau percaya dengan perusahaan kami untuk membangun pabrik di kota ini".
"Malam ini perusahaan ku akan mengadapan pesta kecil-kecilan, ku harap kau bisa meluangkan waktu untuk datang"
"Tentu saja aku akan datang" jawab Namjoon, pria itu memamerkan senyum yang begitu lebar.
Namjoon undur diri setelah mengakhiri perbincangan tidak penting bersama pria tua yang bernama pak Han. Ia berjalan keluar untuk menghampiri Yewon yang kini sudah menunggu lama didepan pintu ruang rapat. Namjoon tersenyum kecil melihat wanita itu bersandar pada dinding sambil memeluk beberapa map ditangannya. Ia tau wanita itu pasti sangat bosan dan ia juga tau jika wanita itu pasti telah memberinya umpatan-umpatan kasar karena terlalu bosan.
"Dia sekretaris mu?" tanya pak Han yang tiba-tiba berada dibelakang Namjoon.
"Iya, dia orang kepercayaan ku" jawab Namjoon, ia membungkuk hormat sebelum pergi dari hadapan pak Han, lalu segera menghampiri Yewon.
Namjoon berhenti tepat didepan Yewon, dahinya Namjoon mengkerut ia menyerit bingung menatap secara dekat wanita itu.
"Tertidur?" ucap Namjoon bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss! [Kim Namjoon] [COMPLETED STORY]
Storie d'amore[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Menjadi sekretaris tidak pernah masuk dalam buku mimpi kehidupan yang diingin oleh Kim Yewon. Sebagian wanita diluar sana mungkin akan mengganggap ini sebagai nasib baik, namun bagi Yewon ini adalah nasib buruk. Sebena...