HAPPY READING!❤️
.
.
.SEORANG Lelaki mendudukkan bokong nya di sofa ruang keluarga. Ia melempar tas nya asal dan membuka gawai nya. Seragam sekolah masih melekat di tubuh nya. Tak lama, Seorang pemuda tampan muncul menuruni tangga dan duduk di sofa yang berbeda.
"Ganti baju dulu sana lo" Ucap nya pada adik nya. "Males" jawab sang adik tanpa menoleh ke arah ke kakak nya.
Pemuda itu adalah Rangga. Dan sang adik, Sagara Andreas Argantara.
Saga melihat sekeliling rumah nya. Lalu tatapan nya beralih pada Rangga yang fokus dengan ponsel nya. "Ayah sama Bunda belum pulang Bang?" Tanya nya.
Rangga melirik sebentar. lalu kembali fokus pada ponsel nya "Belum"
Saga menghela nafas panjang "Sepi banget ya Bang rumah kita" Pikiran nya melayang jauh pada kejadian masa lalu "Andai gak ada kejadian waktu itu. Pasti rumah kita ramai" Ucap nya.
Rangga pun menyimpan ponsel nya. Ia tau, adik nya yang satu ini merasa bersalah dan kehilangan. Bukan Saga saja, Semua anggota keluarga Argantara pun merasakan Hal yang sama, termasuk dirinya. Sejak 'kejadian' Itu, keluarga nya berubah. Tidak ada lagi canda dan tawa sesama anggota keluarga. Mereka semua sibuk dengan urusan masing-masing. Terutama kakak tertua nya.
Kakak tertua nya yang dingin, semakin dingin 'sejak kejadian' itu. Kakak kedua nya memilih kuliah di luar negri. Dan dirinya yang memilih untuk melanjutkan studi di Tanah air. Tadi nya ia memilih melanjutkan di luar negri menyusul Arjuna, kakak kedua nya. Tetapi, rumah ini pasti akan semakin sepi. Dan dia pun memilih untuk kuliah di tanah air.
"Kira kira dia masih hidup gak ya bang?" Rangga terdiam ketika mendengar pertanyaan Saga. Hati kecil nya berkata bahwa dia masih hidup. Tetapi, Sampai saat ini pun dia belum di temukan.
"Gue yakin. Dia masih hidup. Dan akan kembali bersama kita dengan membawa sejuta kebahagiaan" Ucap Rangga yakin.
Saga menatap Ke arah Rangga "Semoga aja Bang. Gue kangen banget sama dia"
***
Seorang pemuda tampan sedang berkutat dengan berkas berkas penting. Mata tajam nya membaca kata demi kata di berkas tersebut. Detik berikutnya, Ia melempar berkas tersebut di meja kerja nya. Mata tajam nya menatap tajam karyawan di depannya. Karyawan itu pun menunduk takut ketika bos nya menatap tajam diri nya.
"Bagaimana ini bisa salah? Perusahaan bisa mengalami kerugian!" Ucap nya dingin.
Karyawan itu pun semakin menunduk ketakutan. "Maaf tuan. Nanti saya revisi lagi"
"Revisi yang benar! jika ada kesalahan seperti ini lagi, Kamu saya pecat"
Karyawan itu mengangguk kemudian pergi dari ruangan bos nya itu.
pemuda itu menyandar kan punggung nya di kursi kerja nya. Pemuda itu adalah Leonard Devano Argantara, CEO muda berusia 23 tahun. Anak sulung dari keluarga Argantara.
Leon memejamkan mata nya. Perasaan sedang tidak enak. Hati nya gelisah. Leon menatap seorang balita cantik di sebuah bingkai yang diletakkan di meja kerja nya.
"Kakak kangen banget sama kamu Queen. Cepat lah kembali sayang" Lirih nya sambil mengusap foto tersebut. Dada nya terasa sesak jika mengingat kejadian yang menimpa keluarga nya.
***
Nara membuka mata nya perlahan. Kepala nya terasa pusing. Ia tidak bodoh, ia tahu ini adalah rumah sakit.
"Sayang kamu sudah sadar?" Nara menoleh. Terdapat Fany yang menghampiri nya. Fany mengelus kepala Nara sayang. Nara terdiam. Apakah Fany yang membawa nya kesini?
"Kamu butuh sesuatu?" Tanya nya.
"Mi-num" Fany pun segera memberikan Segelas minum untuk Nara. Tak lama, pintu ruangan terbuka dan muncul lah Ryan. Ryan pun yang melihat putri nya sadar, langsung menghampiri Nara.
"Bagaimana keadaan mu sayang?Ada yang sakit?" Tanya nya dengan tatapan khawatir. Nara hanya tersenyum tipis dan menggeleng. Ia masih canggung dengan mereka. Walaupun ada rasa nyaman jika bersama Fany dan Ryan.
Fany mengelus tangan Nara yang bebas dari jarum suntik. "Sayang. Nara mau dengerin Bunda?" Nara menoleh menatap Fany. Fany pun tersenyum.
"Ibu Dewi itu dulu adalah salah satu maid dirumah kita. Dewi tidak bisa punya anak, dan dia yang mengurus kamu waktu bayi saat ayah dan bunda kerja. Waktu kamu umur 2 tahun, kamu diculik sama musuh bisnis ayah kamu" Fany menjeda ucapan nya. Sementara Ryan, duduk di pinggir Brangkar Nara sambil mengusap rambut nya.
"Karna tau dia kalo kamu permata keluarga kami, kamu diculik oleh mereka. Dewi diancam agar membawa kamu kepada mereka, dengan imbalan uang. Dan saat itu memang Dewi membutuhkan uang untuk suami nya yang sedang sakit keras" Fany menghela nafas panjang. Ia menahan air mata nya agar tidak jatuh. Nara masih setia mendengarkan.
"Biar aku aja yang melanjutkan" Fany mengangguk, membiarkan suami yang melanjutkan ceritanya.
Nara pun beralih menatap Ryan. "Dan akhirnya Dewi membawa mu ke mereka. Dan saat itu kami sedang berada di luar kota. Dewi pun menghilang dan sama sekali tidak ketauan jejak nya. Kami kalang kabut ketika tau kamu hilang. Dari dulu kamu sangat di harap kan di keluarga kami karna kamu adalah putri keluarga Argantara. Beberapa hari kemudian, Kami mendapat kabar bahwa mobil yang membawa mu mengalami kecelakaan. Dan saat itu kamu dinyatakan hilang. Dan ternyata Dewi yang mengambil mu dan menyelamatkan kamu. Kamu hilang ingatan karna kecelakaan itu. dan Dewi yang memilih merawat mu, karna suami Dewi sudah meninggal. Dan kami dari dulu selalu mencari mu. Tetapi, tuhan baru mempertemukan kamu kepada kami sekarang" Jelas Ryan.
"Keluarga kita hancur semenjak kamu hilang. Kakak kakak mu merasa bersalah karna gagal menjaga adik nya. Kami pun begitu, merasa gagal menjadi Orang tua" Ucap Fany. Wanita itu sekarang sudah menangis.
Nara menunduk meremas jari tangan nya. "Ikut kami pulang ya sayang" Nara menatap Ryan. Lalu, ia pun mengangguk pelan. Ryan Pun langsung memeluk putri nya.
"Welcome my little princess, I really miss you" Nara pun tak bisa menahan Tangis nya. Fany pun juga ikut dalam pelukan hangat itu. Nara sekarang akan bahagia. Ya, benar kata Dewi, Nara pasti bahagia bersama mereka yang menyayangi nya dengan tulus.
Pelukan hangat itu terurai. Nara terseyum kepara Ryan dan Fany dengan senyum bahagia nya.
"Sayang, Sejak kapan kamu di bully disekolah?" Tanya Rian dengan nada seperti menahan amarah.
Nara menunduk kan kepala nya. Apakah ia harus jujur kali ini?
Fany mengangkat dagu nya lembut. Kemudian mencium kening nya agak lama. Lalu, ia tersenyum hangat. "Jujur saja sayang. Jangan takut"
"Dari pertama kali masuk sekolah" Jawab nya pelan. Ryan yang mendengar nya langsung mengepalkan tangannya. Tadi, ia baru saja menyelesaikan urusan itu. Ternyata anak pemilik yayasan lah yang membully putri nya.
"Dan kamu memendamnya sendiri?" Nara mengangguk lagi.
"Waktu itu, Nara gak mau nambah beban pikiran Ibu" Ucap nya. "Tapi Nara gapapa kok" Senyum manis terukir di wajah nya.
"Maafkan Ayah sayang" Ryan mengecup kening Nara lama. Nara hanya tersenyum. Ia Belum terbiasa.
"Kalian kenapa bisa membawa Nara kesini?'' Tanya nya.
"Tadi Bunda kesekolahan mu ingin mencari tahu. Tetapi saat bunda melewati toilet siswa. Bunda mendengar suara mu. Dan saat Bunda Masuk, kamu sudah pingsan"
memang benar, insting seorang ibu tidak pernah salah. Sama hal nya dengan Fany. Perasaan nya sudah tidak enak saat memasuki sekolah. Dan ternyata benar, Nara sedang terkena musibah
.
.
.Jangan lupa vote and Coment!
Maaf banyak typoSEE YOU!💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Queenara (Posesif Brother)
General FictionUpdate sesuai mood .. Setelah kematian Ibu nya, Nara bingung tiba tiba ada sebuah keluarga yang mengaku diri nya sebagai anak bungsu mereka yang hilang. Mereka menjemput diri nya dan berkata jika mereka adalah keluarga kandung nya. Selama ini, Nara...