. * . ⋆ ⊹ ·
⊹ . ⋆ . ˚ . ˚
. ˚ ·
· ⋆ ⊹ . ·
.
***
sore ini cuaca nampak sedang bersahabat, tidak ada awan kelabu juga angin kencang yang menusuk kulit. aktivitas perkotaan berjalan sebagai mana semestinya, gedung-gedung pencakar langit itu masih berdiri kokoh tersinari oleh sang surya.
Han menghisap rokoknya dan menghembuskannya pelan lewat bibir mungilnya.
bangku paling pojok di cafe yang terletak ada di rooftop ini menjadi salah satu tempat favoritnya, me-time maupun nongkrong dengan sohib nya yang lain.
tangan terampilnya kemudian menggoreskan pena ke buku yang sampulnya sudah pucat dan penuh coret-coretan.
dengan lihai Han merangkai kalimat satu dengan lainnya dipadukan menjadi sebuah lagu seraya memikirkan beat apa yang cocok untuk ditambahkan. Han senang untuk menulis lagu sebagai curahan isi hatinya, ya walau tidak begitu bagus. lumayan keren lah menurutnya, dan ia cukup bangga dengan hobinya yang satu ini.
terhitung sudah cukup lama Han berada disini, dia masih enggan untuk pulang ke tempat yang di sebut rumah. entahlah, rumah baginya tidak berasa seperti 'rumah' yang seharusnya.
sejenak Han bertopang dagu memikirkan masalah yang terjadi. masalah keluarga, nilai, entah apalagi masalah yang akan ia dihadapi lagi. mungkin suatu hari pacarnya di rebut oleh sahabatnya sendiri? Han tertawa garing bagaimana ia memikirkan hal konyol seperti ini.
"hahaha ya kali, miris amat hidup gua kalau beneran kejadian."
samar-samar terdengar suara orang yang tidak asing baginya. tidak begitu dekat suara itu berasal, namun masih jelas dan bisa didengar baik.
"Hyunjin sayang mau pesan apa? aku bayarin, ya."
Han memfokuskan matanya ke dua orang yang lagi berpelukan itu untuk melihat siapa orang yang dicurigai.
anjing, beneran itu cewek gua bangsat.
tanpa ba-bi-bu lagi Han mendatangi meja mereka. Hyunjin kaget melihat ada Han berdiri disana, terlebih lagi Heejin, dia sudah tidak bisa berkutik lagi.
"Han-." belum sempat Hyunjin berbicara Han memotongnya.
"ke parkiran. sekarang."
setibanya di parkiran Han langsung menjatuhkan pukulan tepat di wajah Hyunjin.
bugh
"ANJING."
bugh
"SOHIB MACAM APA LO BANGSAT!"
bugh
Hyunjin diam saja dipukuli oleh temannya, dia mengaku salah. Heejin yang tidak terima langsung memisahkan Hyunjin dari pukulan Han.
"dan lo." Han menunjuk Heejin. "jangan pernah muncul dihadapan gua lagi."
menyingkapkan jaketnya, Han lalu menuju motornya yang terparkir dan segera pergi dari tempat itu.
hidup memang mempermainkan selalu dirinya.
"miris emang."
* s u n s h i n e *
kedua indra penglihatan lelaki yang memiliki paras menawan itu menyapu pemandangan senja di hadapannya. lensanya memfokuskan kepada burung-burung sudah mulai terbang menuju sarangnya jauh di sana. berbeda dengan Han, dia masih enggan meninggalkan tempat ini.
menikmati alam, inilah bagaimana ia merasakan bagaimana hidup.
sejenak semua masalah terlupakan dengan cara ini.
taman di depan sungai selalu menjadi tempat favorit pelabuhan Han ketika perasaannya tidak begitu baik. dia suka, di tempat ini terasa damai, nyaman, semua itu yang Han rasakan saat ini. penat yang dirasakan seketika pudar, ya walau tidak semua.
sebatang rokok senantiasa menemani dirinya melihat atraksi senja.
Han melihat ke atas langit jingga, kemudian menutup matanya—merasakan hembusan angin yang menggelitik.
"pengen mati aja," ucapnya.
God help
"kamu ada hak apa bilang kayak gitu?"
spontan Han langsung membuka mata dan menengok kesamping, disana duduk seorang cewek yang sepertinya dia pernah melihatnya sebelumnya. entah dimana Han lupa.
"by the way kita ketemu lagi ya," kata cewek itu, diselingi dengan senyum manis nya.
Han memberi tatapan bingung. "lo siapa?"
cewek di sampingnya mengulurkan tangan. "aku Hana. kalo kamu inget, aku yang ngasih kamu sticky note di stasiun waktu itu."
Han menaikkan sebelah alisnya, otaknya sedang bekerja keras mengingat kembali kejadian yang di maksud.
oh, that girl. sekarang Han sudah mengingatnya.
"lucu ya kita dipertemukan pas kamu keliatan lagi kurang baik-baik aja, eh?" lanjut Hana.
Han diam saja, dia sibuk dengan rokoknya, terlalu malas untuk menanggapi perkataan Hana.
gadis dengan rambut panjang itu bingung mengapa Han tidak menanggapi, apa ia salah bicara, ya?
"kalau boleh tau, kali ini kamu kenapa?" tanya Hana, ia tidak menyerah dengan sifat dingin Han.
Han menghela nafasnya pelan, apa dengan bercerita ke orang lain beban masalahnya akan sedikit terangkat?
jujur saja Han bukanlah tipe orang yang menceritakan masalahnya kepada orang lain, dia menanggung semua sendiri di pundaknya.
"gua diselingkuhi," ucapnya.
Han tertawa miris lalu melanjutkan perkataannya, "sama sahabat sendiri haha."
mendengar apa yang dikatakan cowok itu membuat Hana merasa bersalah karena telah bertanya.
pasti dia kecewa sekarang.
"hey, aku minta ma-"
"it's okay," potong Han. "gua udah biasa, kehidupan emang gak pernah berpihak ke gua. udah mau malem, gua cabut dulu."
"apapun itu semangat terus. yakin pasti semua adalah yang terbaik dan ada jalan keluarnya!" kata Hana memberi semangat kepada Han.
Han tersenyum tipis selagi melambaikan tangannya ke Hana. kemudian dia melangkah jauh dari gadis yang sedang menatap kepergiannya itu.
"ck, bacot."
KAMU SEDANG MEMBACA
sunshine; han jisung
Fanfiction.¸¸.*♡*.¸ ƒєαт. han jisung ❝after the storms, comes the rainbow.❞ copyright ©2020 by hanthelix