Bagaikan terbiasa merasakan angin yang berhembus membelai tubuh,
Begitulah cinta. Ia bisa datang karena terbiasa membelai hati💕💕💕
Keluarga bahagia. Siapa yang tak menginginkannya. Semua pasangan yang dengan kesadaran penuh untuk memutuskan menikah, pasti menginginkan itu.
Mencintai memang fitroh. Menikah adalah jalannya. Dan semua tentu sepakat kalau menginginkan pernikahan sekali untuk seumur hidupnya. Hidup bersama berdua, kemudian lahirlah anak-anak sebagai penggenap kebahagiaan mereka. Itu impian semua manusia normal.
Namun kenyataannya, selalu saja teori tak semudah praktek. Segala wejangan, quote, tips dan trik di awal pernikahan memang terdengar mudah. Bunga indah semerbak mewangi di malam pertama menjadi langkah pembuka yang sempurna. Tapi bak sebuah cerita, selalu ada episode ke dua dan seterusnya setelah episode pertama. Begitu pula dengan pernikahan.
Cerita manis bak madu, kisah pahit bak racun seringkali mewarnai perjalanan sebuah bahtera pernikahan. Kisah yang terajut di dalam sebuah bahtera rumah tangga, bisa jadi tak ada yang pernah tahu selain si pemilik bahtera. Orang yang berada di luar, seringkali pandai menilai begini dan begitu hanya dengan melihat sampulnya. Belum membuka di halaman pertama, kedua lanjut ke halaman selanjutnya.
Sering kita mendengar suami istri berpisah padahal terlihat harmonis, ada suami yang selingkuh padahal istrinya sangat cantik, tak kurang suatu apa. Ada istri yang malah kepincut pada sopir suaminya padahal suaminya lebih kaya raya. Lantas kita berkomentar, kurang apa coba, kenapa sampai cerai?
Jawabannya tentu hanya mereka sang pelaku yang tahu. Kita hanya bisa mengira. Bak drama atau novel, kita cuma bisa menonton. Ikut sedih, senang, tegang dan penasaran. Padahal si pemain biasa saja memerankannya.
Bahwa memang setiap rumah tangga pasti memiliki ceritanya sendiri. Memiliki ujian dan liku perjalanan. Namun kembali pada niat awal tentang pernikahan, yaitu untuk ibadah. Menyempurnakan separuh agama. Maka jika ada masalah, kembalikanlah lagi pada sang Maha Penyelesai masalah. Disanalah kunci jawaban dari segala kegundahan seorang mukmin.
Maka menjadikan landasan akidah yang kokoh dari sebuah pernikahan itu keharusan. Menjadikan iman sebagai hiasan hati juga pikiran baik pada suami dan istri harus selalu terjaga. Karena memang hanya modal itulah kelanggengan sebuah rumah tangga berlangsung. Bukan cantik atau gantengnya suami istri, bukan kaya atau tidaknya suami dan sederet modal fisik semata. Karena apalah artinya kekuatan manusia, jika tak ada pondasi iman di dalamnya. Rapuh dan mudah pecah. Seperti barang imitasi made in China.
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul. Apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu" (Quran Surah Al Anfal : 24)
Berumahtangga itu indah jika paham tujuannya. Berumahtangga itu tenang jika paham bagaimana mengarunginya. Bukan upaya satu orang, tetapi dua orang yang memiliki pemahaman yang sama tentang akidah. Bahwa mereka memiliki tujuan yang sama, bersama menuju jannahNya.
Pagi cerah mewarnai kota Malang. Selayaknya tiap pagi, sinar matahari dengan lembut menyapa bumi. Jihan berjalan sedikit tergesa memasuki gerbang kampus. Memang ia tadi berangkat agak kesiangan. Mungkin karena semalam teman-teman satu rumah mengajak makan tahu tek. Padahal Jihan paling tak tahan dengan makanan berbumbu kacang. Bisa dipastikan perutnya jadi mulas. Walhasil tadi pagi ia berada di kamar mandi cukup lama. Tapi setelah itu terasa lega. Semua isi perut yang membuatnya mulas bisa keluar.
Beberapa mahasiswa pun sudah banyak yang berlalu lalang di sekitar kampus. Memang rata-rata jam kuliah diadakan pagi hari. Terutama untuk mahasiswa semester awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
DuchoweMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...