37

4.2K 351 101
                                    

"ekhm..."

Felix mendehem mencairkan suasana. Pagi ini ia sengaja datang ke rumah Jimin karena mereka akan melakukan perjalanan bisnis ke Jepang dan berada disana selama 2 hari satu malam. Mau tidak mau Jimin harus kesana, dan meninggalkan Rosè. Yang mana gadis itu masih menjaga jarak dengannya.

Rose yang mendengar deheman Felix langsung menoleh.
"Ada apa? Kau mau tambah sayurnya?"

Felix menggeleng.
"Tidak, Noona."

Mereka tengah makan bersama sebelum pergi. Rose pun awalnya tidak mau makan, namun Felix paksa. Felix benar-benar merasa tidak nyaman dengan sikap Jimin dan Rose pagi ini.

Jimin melihat hal itu dan menghela nafas pelan. Dia benar-benar tidak ingin meninggalkan Rosè dalam keadaan marah padanya. Yah, meski Rosè sama sekali tidak memperlihatkannya.

Setelah selesai sarapan, mereka berjalan ke pintu depan. Rose segera memberikan tas Jimin yang sudah ia siapkan untuk dibawanya ke Jepang. Dan Jimin menerimanya.

Rose hanya diam. Dia tau Jimin tengah menatapnya.
"Apa masih ada yang ketinggalan, tuan?"

"Ada."

"Apa?" Tanyanya. "Biar aku ambilkan."

Jimin merasa hampa saat Rosè tidak lagi menunjukkan wajah meronanya. Yang ada hanya wajah datar dan formal yang ia tunjukkan. Jimin benar-benar tidak suka jika begini.

Karena itulah Jimin langsung mendekat dan menarik tangan Rose. Gadis itu terkejut dan menatap Jimin sekilas sebelum mengalihkan pandangannya. Jimin tidak peduli dengan adanya Felix.

Chupp

Rose hanya meneguk Salivanya. Entah kenapa ia merasa kesal akan hal itu. Namun disisi lain, ia merasa senang karena Jimin masih mengecupnya. Bungkam menjadi pilihannya.

Dan ketika Jimin mengusap lembut puncak kepalanya, Rosè tetap berusaha terlihat cuek meski dadanya berdebar. Ia tak bisa menyangkal bahwa perasaannya terhadap Jimin semakin hari semakin besar.

"Jangan marah lagi."

Rose mendelik. Ia menggeleng.
"Tidak, tuan. Aku tidak marah."

Jimin hanya menghela nafas dan mengulum bibirnya.
"Jaga rumah." Titahnya. "Aku segera pulang."

Felix yang melihat hal itu merasa tidak mengerti, namun entah kenapa ia tersenyum tipis. Ia merasa geli, namun ikut terbawa perasaan akan ucapan Jimin. 'jaga rumah' bukankah itu biasanya dikatakan oleh suami kepada istrinya sebelum pergi bekerja? Astaga, dia seperti menonton drama korea secara live.

"Hati-hati."

Yah, meski Rosè masih tidak enak hati. Ia tetap mengingatkan tuannya untuk berhati-hati dalam perjalanan. Tak lepas dari kekhawatiran nya jika terjadi sesuatu, bersamaan dengan dia yang harus mempersiapkan hatinya untuk merasakan rindu yang membara.

Jimin hanya tersenyum tipis. Suatu hal yang benar-benar Rose suka. Namun setelah itu Jimin berbalik dan melangkah menjauhinya dan masuk ke mobil. Meninggalkan Rosè dalam penantian.

🌷🌷🌷

Selama dua hari ini, Jimin takkan membiarkan Rose kesepian di rumah mewahnya. Ia tentu meminta Ryujin untuk menemani Rosè. Dan yah, Ryujin dengan senang hati melaksanakan perintah itu. Tak lepas dari sosok Rosè yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri.

Begitu banyak yang mereka lakukan bersama, Ryujin menggunakan kesempatan emas itu untuk belajar masak dengan Rosè. Sesekali Ryujin juga mengajak rose untuk joging bersama agar tidak terlalu suntuk dirumah. Kepribadian mereka memang sangat 'klop' untuk bersama.

Devenir AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang