Chapter 2

494 81 30
                                    

Considered Soundtrack for This Chapter: Gummy - Snow Flower (Ost The Winter That Wind Blows)

"Aku ingin permen kapas satu lagi untuk kubawa pulang."

Jungkook tercengang.

Dengan suara alto-nya, ekspresinya yang minim tetapi menggemaskan, pancaran hangat bola matanya saat bertemu dengan milik Jungkook. Semuanya.

"Kau.. tidak bisu?" Tanyanya mendadak bodoh.

"Ya. Kau tidak perlu menggunakan bahasa isyarat. Aku bisa bicara."

Butuh waktu lima detik bagi Jungkook untuk mencerna kalimat pertama Ji Eun padanya. Kedua kakinya dibawah mengetuk-ngetuk lantai karena debaran-debaran menyenangkan yang baru saja ia rasakan.

"Senang mendengarnya." Ujar Jungkook tulus.

"Maaf mengabaikanmu," Ji Eun mengulurkan tangannya untuk dijabat, "kita berteman sekarang."

Kemudian jemari mereka bersentuhan. Saling merasa dan menggantung harapan tak terjemahkan yang tersirat pada manik hitam keduanya. Ia ingat pernah mengejek Seokjin karena menyukai seorang wanita rupawan hingga tak bisa tidur nyenyak dua hari. Jungkook hanya berharap semoga Ji Eun tidak menjadi penyebab ejekan kakaknya terhadap dirinya jika nanti ia tergila-gila pada wanita didepannya itu.

“Apakah kita bisa bertemu lagi?” Tanya Jungkook memberanikan diri.

Ji Eun menautkan kedua alisnya keatas sembari menatap Jungkook. Jenis ekspresi yang bisa dikatakan menggambarkan sebuah kesedihan didalamnya.

“Aku.. tidak tahu.”

Sungguh, Ji Eun bagaikan magnet bagi Jungkook. Ia tidak akan membiarkannya menghilang begitu saja karena Ji Eun tampak seperti fatamorgana didalam hidupnya yang gersang. Tetapi pada saat bersamaan, juga terlihat begitu rapuh untuk disentuh. Ada sesuatu didalam dirinya yang membuat Jungkook merasa ingin melindungi wanita bermanik hitam itu.

Atau.. itu hanyalah naluri dasar seseorang ketika mereka sedang jatuh cinta?

“Makanlah permen kapas yang kubeli sekarang. Aku akan membawakannya lagi untukmu nanti.”

Itu satu-satunya jalan yang bisa terpikir olehku agar kita bisa bertemu lagi.

Jungkook memberikan permen kapas diatas meja nakas pada Ji Eun, kemudian mengusap lembut rambut wanita itu, “jangan sedih lagi. Kecantikanmu memudar kalau kau terus tenggelam dalam kesedihan.”

Ji Eun membelalakkan kedua matanya terkejut. Ia tidak pernah mengatakan bahwa ia sedang bersedih atau berduka, tapi pria bersurai hitam itu mengatakan hal tersebut seolah ia sudah melihat samudera hatinya yang paling dalam.

“Mana ponselmu?”

Jungkook mengerutkan dahi, tetapi ia memberikan ponselnya pada Ji Eun.

Selagi Ji Eun mengetik sesuatu dilayar ponselnya, Jungkook menelusuri garis demi garis wajah wanita bermata sendu itu, mengingat detailnya sebanyak mungkin untuk disimpannya dalam memori. Kedua matanya yang mirip biji almond, alis yang terukir sempurna, dan bibir tipis yang tetap indah walau terlihat pucat. Ia tampak sempurna dengan cara yang begitu sederhana.

10000 Hours | Jungkook x IUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang