Fajar tidak pernah marah ketika harus digantikan senja. Itu artinya, dia terlalu sabar pada aturan semesta.
***
Tak.
"Sampai kapan terus memejamkan mata?" ucap Christof memukul lembut pipi Jesi yang susah untuk dibangunkan.
Jesi masih dalam kondisi setengah sadar, tubuhnya begitu lunglai untuk bangkit dari sofa.
"Kamu kenapa bisa di sini?" tanya Jesi kebingungan dengan bola mata yang mulai membuka sedikit.
Christof sibuk membereskan ruang tamu tanpa menjawab pertanyaan Jesi. Uwu, ternyata bukan hanya tampan, Christof juga rajin ya!! Idaman banget, bukan?
Saat ini mereka sedang berada di daerah black mountain. Jesi harus di jaga oleh orang yang tepat. Dan orang itu adalah Christof.
Setelah dirasa cukup bersih, Christof pun berhenti membereskan ruang tamu dan kini dia menatap Jesi dengan wajah bahagia.
"Beranjaklah dari tempat tidurmu. Sudah saatnya makan siang." ucap Christof menyodorkan senyumannya.
Christof langsung mengendong Jesi ke arah meja makan. Wanita itu bingung, ia hanya dapat melamun dan mulai merasa tidak nyaman dengan perlakuan Christof.
"Christof hentikan!" teriak Jesi yang sedang melakukan penolakan.
"Baiklah aku mengalah," ucap Christof menurunkan tubuh Jesi yang tadinya ia gendong.
Christof tertawa renyah lalu mencubit kedua pipi Jesi gemas.
Jesi kembali mengumpal kedua pipinya agar kembung. Dia sedikit kesal.
"Bagaimana kondisi tubuhmu saat ini?" tanya Christof sambil menolehkan wajahnya menatap Jesi.
"A-ku baik," ucap Jesi gagap.
Christof menghela nafas santai lalu tersenyum kecil. Kakinya berjalan ke arah dapur untuk mengambil beberapa piring, lalu bergerak menghampiri Jesi sambil menghidangkan sarapan berupa roti.
"Aku takut," ucap Jesi kepada Christof.
"Tenanglah. Tidak akan ada yang menyakitimu." lontar Christof sambil duduk di hadapan Jesi.
"Bukan itu." Jesi menghela nafasnya. Dia menatap Christof dengan sangat dalam. "Aku takut dengan diriku sendiri. Aku takut jika semua orang pergi meninggalkan ku. A-ku. A-ku ti-dak in-gin ke-hi-lan-gan la-gi."
Gagal untuk menahannya, kini Jesi menangis tak terkontrol.
Christof bangkit berdiri lalu meraih tubuh Jesi ke dalam pelukannya.
"Kenapa? Mengapa takut pada dirimu sendiri?" tanya Christof menghentikan pelukannya lalu mengusap air mata Jesi dengan lembut.
"Apa kamu melihatnya?"
Ceklak. Christof tertegun dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut Jesi. Matanya menatap kosong ke arah Jesi, lalu menarik kembali tangannya dari pipi gadis itu.
Christof menghela nafas berat membuat wajahnya menjadi serius.
"Apa pertanyaan itu begitu penting untuk ku jawab?" tanya Christof serius, dan Jesi mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)
Romantizm[Fanfiction/Romance] [Follow akun author, karena seorang penulis bijak akan tahu bagaimana caranya menghargai sebuah karya!] Senja akan selalu siap siaga, ketika harus menggantikan Fajar. "AKU BUKAN PEMBUNUH YANG KALIAN MAKSUD!" teriak gadis remaja...