AN. Rencananya sih sebetulnya di-publish tanggal 3. Tapi sehari sebelumnya gak apa-apa deh.
AN tambahan. Untuk cerita "Red Plum Valley" harap bersabar ya. Cerita mereka terlalu complicated dan hidup author juga sedang complicated 😆😆
.
Hari Sabtu sore, 3 November.
Seorang pria muda berdiri di tepi jendela ruangan kantornya, menatap kosong ke bawah, pada hamparan gedung perkantoran di bawah langit yang kelabu.
Satu hari ulangtahun terlewat lagi begitu saja, pikir Masumi, tertawa ironis di dalam benaknya. Jarang-jarang ia mengingat hari ulangtahunnya sendiri. Jika Mizuki tidak menyodorkan kado rutin setiap tahun, ia tidak akan mengingat hari istimewa itu.
Hari ulangtahun terlalu menyakitkan untuk diingat.
Seperti biasa, saat hampir semua karyawan libur di hari Sabtu, Masumi tetap masuk kerja. Ia datang pukul tujuh pagi, seperti biasa. Meskipun sudah sore, pekerjaannya masih menumpuk. Banyak yang harus di-review untuk minggu depan.
Hujan tipis musim gugur mulai turun membasahi belantara Tokyo. Masumi mengingat ibunya dan merasa sedikit melankolis, namun dengan cepat ditepisnya perasaan itu.
Perasaan seperti itu tidak ada gunanya.
Kado dari Mizuki sepertinya berisi sebuah botol, mungkin scotch atau vodka, dilihat dari bentuknya -- tidak salah lagi, pasti dibelinya saat liburan ke Eropa tengah tahun lalu.
Lucu, karena sebenarnya dia selalu marah setiap kali menemukanku agak mabuk di pagi hari, Masumi tersenyum miring.
Hari ini ia berusia tiga puluh satu tahun, meskipun ia merasa jauh, jauh lebih tua dari itu. Tiga puluh satu tahun dan hampir tidak ada tanda-tanda kebahagiaan akan menghampirinya, dan tiba-tiba Masumi merasakan dorongan kuat untuk kabur dari kantor (di hari libur) dan memanjakan dirinya sendiri hari ini.
Mungkin ia akan menyetir ke Izu sepulang dari sini...
Ketika ia tengah menimbang-nimbang apakah mengambil waktu sehari untuk dirinya sendiri merupakan pemborosan atau tidak, suara Mizuki terdengar dari speaker di mejanya.
"Pak Hayami, ada tamu untuk Anda."
"Tamu?" ujar Masumi, heran. Tidak biasanya ada orang bertamu ke kantor tanpa membuat janji terlebih dahulu. "Siapa?"
"Seorang gadis," Mizuki terdengar tersenyum saat mengucapkannya. "Dia bermaksud sekedar mengantarkan sesuatu untuk Anda dan langsung pergi lagi, tetapi saya menyuruhnya menyerahkannya sendiri. Anda mau terima?"
Terpaku di tempatnya, Masumi langsung tahu siapa yang datang.
"Tunggu, Mizuki! Aku tidak--"
Saat itu juga pintu berdaun dua yang berat menuju ruangannya terbuka.
"Silahkan masuk, Nona Kitajima," suara Mizuki mempersilakan.
Benak Masumi menjerit. Ini sudah sore dan aku belum sempat merapikan rambutku--
"Nah, silahkan." Mizuki membungkuk sekilas, kemudian mengundurkan diri dari situ.
Seorang gadis bertubuh kecil dengan pipi merona merah berjalan ragu-ragu ke arahnya. Masumi memandanginya, tak bisa bergerak.
Hari ini mengenakan gaun selutut berwarna hitam dan stocking panjang berwarna sama, dengan boots yang membuatnya kelihatan seperti gadis tomboy yang menggemaskan. Sweaternya berwarna merah muda pucat dengan bulu leher putih.
Maya begitu manis, dan Masumi merasa panik.
Gadis itu hanya berdiri di hadapan meja, tak berani menatap matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshots
RomanceSerial oneshots, karena author punya kelemahan menyelesaikan cerita^^'