Chapter 8

442 350 470
                                    

Happy Reading 🖤🖤
.
.
.
.
.
🌺__LIANDRA__🌺

Hari ini, hari yang begitu cerah. Lia duduk di balkon kamarnya sambil memandangi awan yang begitu indah dan terpancar sinar matahari pagi dan begitu menyejukkan. Ia menghirup udara, sungguh sejuk pikirnya. Sesekali dia meneguk teh yang dibuatkan Bi Imah tadi. Hari ini hari sabtu, dia memang libur. Jadi dia memilih bersantai saja.

Masih ada waktu empat jam lagi. Dia memang ada janjian dengan, Bintang. Tadi malam Bintang baru sampai di Indonesia kira-kira jam sebelas malam, tidak mungkin Lia menyambut kedatangan Bintang pada malam-malam. Dan datang ke rumahnya. Jika dia nekat, Andi akan memberikan Lia cambukan. Lia memang tidak lepas dari awasan sang Ayah, Andi.

Mengapa Andi sampai mengawasi Lia sampai segitunya? sedangkan dia selalu tidak peduli. Jawabannya adalah karena Andi tidak mau namanya sampai tercemar, jika Lia berbuat yang aneh-aneh.

Memang Bintang sendiri lah yang melarangnya datang, Lia sudah bersikeras untuk datang, dan berakhir Bintang mengancamnya, jadi Lia memilih menurut saja. Tapi Lia merasa sedikit marah dengan Bintang. Tapi, ya sudahlah. Sebelum pergi nanti, Lia terlebih dahulu memandikan Jors, anjing kesayangannya.

Kedua tangan Lia bertumpu pada pembatas balkon, sesekali tangan Lia digerakkan ke atas, ingin meraih awan yang berwarna putih bersih tanpa ternoda itu. Hingga akhirnya dia menghentikan aktivitasnya dan matanya tertuju pada benda pipih itu. Sebuah notifasi pesan Whatsapp dengan nomor baru masuk di ponselnya.

08xx-xxxx-xxxx
Perlahan tapi pasti, lo bakal hancur!

Melihat pesan itu Lia merasa gusar, pesan yang sama yang dia dapatkan kemarin tapi dengan nomor yang berbeda. Entah siapa yang mengirim pesan itu, kalau dipikir-pikir Lia tidak punya musuh, di sekolah maupun di lingkungannya. Berbagai pertanyaan-pertanyaan muncul di benak Lia. Dari kemarin juga, ingin sekali Lia menceritakan hal itu kepada Nindy dan Bintang. Tapi niatnya dia urungkan.

Lia tidak berani membalas pesan itu, dia memilih mengabaikannya. Lia memilih berpikir positif saja, mungkin orang tersebut salah kirim pikirnya. Tapi apa kah itu benar? Kurasa itu tidak mungkin, tidak mungkin sampai dua kali pesan yang sama menyasar masuk di ponselnya.

"Siapa sih! Kok aku merasa gelisah gini ya?" Lia bermonolog sendiri. "Apa mungkin aku punya musuh?" tanya Lia pada dirinya sendiri. Sejenak Lia terdiam dan bangkit dari kursi yang tersedia di balkon kamarnya itu. Tapi dia harus menepis semua pikiran buruk yang membelenggu pikirannya. Lebih baik dia memanjakan Jors dari pada harus memikirkan pesan sialan itu.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Demi Mama, Dra. Paling tidak kamu harus menurut perintah Papa mu, untuk saat ini. Mama akan coba cari jalan keluarnya."

Saat ini Andra berada di pangkuan Arini, kepalanya diletakkan di paha Mamanya. Arini perlahan mengusap-usap rambut putranya itu lembut. Dan mencoba memberikan pengertian. Senyuman tersungging di bibir Andra, bukan senyuman manis tapi terkesan senyuman getir menampakkan bahwa dia tidak suka.

Liandra [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang