05 | Hilang

6 5 8
                                    

Happy reading!

.
.
.
.
.

Tok tok tok!

"Masuk," ujar seseorang dari dalam ruangan.

Fia dan juga Pricilla saat ini sudah berada di lantai tiga Cansa's butik, lantai khusus para designer juga para pekerja butik. Salah satunya ruangan Mama Fia sebagai pemilik butik ini.

Mereka melangkah memasuki ruangan itu, lalu mendapati seorang wanita paruh baya yang sedang sibuk membaca berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya.

"Ma," panggil Fia pelan.

Wanita yang dipanggil itu mendongak, lantas tersenyum lembut ke arah sang putri seraya melepas kaca mata beningnya. Perlahan ia berdiri menghampiri kedua gadis yang berbeda busana di depannya.

"Ini teman kamu yang mau kerja?" tanya Elsie--Mama Fia--pada sang anak sambil tersenyum lembut ke arah Pricilla.

Pricilla masih menunduk, ia tak berani untuk sekedar mendongakkan kepala. Sudah seperti kelemahannya, jika bertemu orang baru maka yang dilakukan hanya menunduk, tak berani walau hanya menatap mata orang itu.

"Hm, namanya Pricilla," jawab Fia seadanya.

Elsie mengangguk mendengar jawaban sang Putri. "Kamu kenapa? Kok nunduk terus? Saya nggak bakal gigit kok," ujarnya setengah bergurau pada Pricilla.

"Dia emang gitu, Ma. Malu-malu kebo anaknya." Fia menjawab seraya berlalu mendudukkan dirinya di sofa yang terdapat di ruangan sang Ibu.

Pricilla hanya tersenyum, lalu mendongak melihat wanita paruh baya itu. Gadis itu terkejut melihat apa yang dikenakan oleh wanita paruh baya itu, tetapi Pricilla segera meredam keterkejutannya. Berusaha untuk biasa saja.

"Saya Pricilla, Bu," ujarnya ramah.

"Cantik." Satu kata yang meluncur dari bibir Elsie itu membuat wajah Pricilla bersemu merah. Pasalnya ia jarang sekali dipuji seperti itu, bahkan oleh dirinya sendiri.

"Ayo, duduk dulu sini." Elsie menggiring Pricilla ke arah sofa yang sudah diduduki oleh Fia. Bahkan gadis dengan rambut sebahu itu sudah terlentang dengan ponsel yang menyala.

"Panggil Mama aja, kamu itu teman pertama Fia yang dikenalin ke Mama loh," ujar Elsie antusias saat mereka telah duduk di sofa.

Fia yang mendengar itu menatap jengah sang Ibu.

Pricilla tak tahu harus menanggapi seperti apa. Terlebih saat Mama Fia memintanya untuk memanggil dengan sebutan 'Mama'. Dari sini Pricilla dapat menyimpulkan, bahwa keluarga Fia itu keluarga yang sangat ramah.

"Iya, Ma," jawab Pricilla pada akhirnya.

"Fia, ambilin minum dong, jangan rebahan terus, ih. Ada temennya juga," tegur Elsie yang dibalas dengusan pasrah oleh Fia.

Dengan gontai Fia melangkah menuju pojok ruangan. Di sana terdapat satu lemari es ukuran sedang. Gadis itu membuka lemari es, mengambil sekotak jus jeruk lalu menuangkannya ke dalam dua gelas kaca. Satu untuknya, dan satu untuk Pricilla.

"Kamu serius mau kerja?" tanya Elsie memulai perbincangan setelah lama berbasa-basi.

"Iya, Bu--eh Ma," jawab Pricilla gugup.

Wanita paruh baya itu tersenyum. "Sebenernya Mama emang nggak bisa nerima karyawan paruh waktu, tapi karna kamu temannya Fia, juga kata Fia kemampuan matematika kamu bagus. Kebetulan Mama juga--"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PricillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang