_Permainan Dimulai
***
Jesi dan Christof masih berdiri di puncak gunung black mountain.
Christof hanya menatap cemas seorang gadis di depannya, hatinya takut dan ingin sekali mendengar jawaban dari orang yang sedang berada di hadapannya.
"Apa kamu sadar dengan ucapan itu?" tanya Jesi sinis.
Lelaki yang disodorkan pertanyaan itu hanya diam dan mematung. Christof menatap wajah wanita yang saat ini dia cintai.
"Aku sadar, dan aku benar-benar sudah jatuh cinta padamu."
Wajah jutek terbit dari pipi Jesi, ia langsung memukul kepala Christof kasar dan menangis sesenggukan.
"Pukulan mu tidak bisa menyakitiku. Perasaan dan hati ini akan sakit ketika kamu menolak permintaan itu." Christof menggenggam erat tangan Jesi.
Jesi mematung di tempatnya, hatinya terasa kosong dan jantungnya berdetak tak karuan. Mata Jesi ikut berlinang dan perlahan berputar bingung.
"Tapi, aku adalah pembunuh."
"Bukan kamu yang salah. Apa pun yang terjadi, aku tetap mencintai kamu." Christof berbicara dengan lantang. Kedua mata Jesi terbelalak, darimana Christof bisa mengatakan hal ini? Apakah dia seorang cenayang ?
Jesi berjalan mundur, Jesi bergerak menjauhi tubuh Christof lalu mengusap air matanya kasar.
"Kamu mendengarnya? Apakah kamu memiliki indra keenam?" tanya Jesi heran.
Christof mendekati Jesi, lelaki ini memeluk gadis itu lalu membiarkannya menangis tersedu-sedu pada sandaran dada bidangnya.
Ia tak habis pikir dengan sikap aneh Jesi, namun keanehan itu tak dapat memungkiri perasaan Christof yang kian bertambah.
"Aku mencintaimu dengan tulus, sungguh."
Jesi menangis dengan air matanya yang terisak, tubuhnya melepaskan pelukan itu. Ia hanya heran dengan Christof, mengapa bisa mencintai dirinya yang dipenuhi dengan kekurangan?
Sekarang Jesi harus apa? Tak mungkin menerima, jika pada akhirnya perpisahan merupakan pilihan tersulit.
Jesi menampar pipinya kasar, bahkan sangat geram ingin bunuh diri. Ia mencoba menghilangkan rasa pusing akan pilihannya.
Siapa yang tak takut jika menerima cinta seseorang akan menyebabkan orang itu terluka, dan bisa mati kapan saja.
"Aku tidak ingin kamu mati." batin Jesi.
"Siapa yang akan dibunuh dan terbunuh?" Lagi-lagi Christof bagai cenayang, ia seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Jesi.
"Apa kamu bilang?" Jesi bingung lalu memunculkan kantung matanya yang semakin penasaran.
Christof replax langsung memeluk Jesi.
"Aku hanya ingin mengatakan, kamu adalah milik ku saat ini. Pokoknya kita jadian, dan gak boleh ada penolakan lagi."
Tangan Jesi berusaha keras memukul tulang punggung Christof, namun usaha itu tidak berpengaruh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUBSTITUSI (Sudah Terbit✔)
Romance[Fanfiction/Romance] [Follow akun author, karena seorang penulis bijak akan tahu bagaimana caranya menghargai sebuah karya!] Senja akan selalu siap siaga, ketika harus menggantikan Fajar. "AKU BUKAN PEMBUNUH YANG KALIAN MAKSUD!" teriak gadis remaja...