Seorang pria berlari terburu-buru memasuki gedung perusahaannya. Seolah mengabaikan sapaan dan tatapan heran pegawainya, Luthfi langsung menuju ruangannya di lantai atas. Siapa yang bisa membuatnya seperti itu selain wanita cantik yang sekarang duduk santai di sofa ruangannya sambil menonton acara televisi. Sial.
Jenn tipikal orang yang tak mau menunggu terlalu lama. Terlambat semenit saja pasti kena imbasnya. Buang-buang waktu, katanya. Tapi, ia juga tidak suka dengan orang yang ceroboh dan tergesa-gesa. Dia akan langsung mengomel jika tahu orang itu kebut-kebutan untuk mengejar waktu. Jangan cari mati kalo nggak mau celaka, katanya juga.
Berteman dengan Jenn cukup lama membuatnya tahu sifat dan kebiasaan wanita itu. Dari yang wajar sampai yang antimainstream. Berhadapan dengannya harus memiliki kesabaran yang ekstra.
Huft! Luthfi melempar jas nya sembarang arah dan duduk telentang di sofa lainnya.
" Udah gue bilang jangan ngebut, bandel sih Lo. Capek sendiri kan?", Ujar Jenn jengah namun tetap berjalan ke pantry untuk mengambil segelas air putih. Secuil perhatian seperti itulah yang membuat Luthfi senang berteman dengannya. Kalo saja dia bukan pujaan hati sahabatnya, sudah ia gebet dari dulu. Tapi, sekalipun ia mencoba tetap gagal. Perasaannya dan perhatiannya pada Jenn hanya sebatas teman, tidak lebih. Ia sudah menganggap Jenn sebagai saudaranya sendiri.
" Kalo sampe ada apa-apa di jalan gimana coba? Jangan di ulang lagi! Ini yang terakhir. Omelnya.
" Thanks. You're so kindly.", Pujinya.
" Habis darimana tadi? Kayaknya lama deh gue nunggunya.", Luthfi berdehem mendengar pertanyaan Jenn.
" Kumpul sama anak-anak. Mumpung Alan lagi di Jaka–––"
"Alan di Jakarta?!", Potong Jenn membuat Luthfi kaget.
" Astaga!!!! Kaget, bego! Santai napa.", Sungutnya.
" Kanaya ikut nggak?! Gue kangen, btw.", Wanita itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Luthfi menggeleng.
" Keluarga nya lagi visit ke villa nya. Q-time kalo kata Alan. Cuma Sean yang join."
" Yang bule itu? Udah resmi gabung nih?", Tanya Jenn jahil. Ia sudah tau perihal rencana perekrutan bule tampan itu dalam circle pertemanan mereka, tentu saja dari Luthfi.
" Hmm. Asyik juga orangnya. Humble. Nyambung lah sama kita. Gue heran sama Alan, kok bisa orang se populer dan sesempurna Sean bisa akrab sama si item.", Pikirnya mengundang gelak tawa Jenn.
" Alan tuh aslinya baik tau, ramah terus care banget orangnya. Kalian aja yang suka negatif-thinking, suka nistain dia.", Bela Jenn.
" Kalo aja tuh anak denger Lo muji dia kek gini, jingkrak-jingkrak kali ya??", Luthfi tertawa puas sebelum akhirnya sadar pada niat awalnya menemui wanita ini, " oh iya, tumben Lo mampir, ada apaan?"
" Gue mau minta tolong sama lo-apa?!", Potong Luthfi membuat Jenn memukulnya keras.
" Jangan di potong makanya!! Si Zee kan mau liburan katanya sama temen-temennya. Mereka milih Bandung buat destinasinya. Lo ada villa nggak di sana? Biar sekalian ada yang mantau gitu."
" Kenapa Lo nggak nyewa aja langsung?", Tanya Luthfi heran. " Punya duit kan?", Ledeknya.
Jenn menunduk sebentar. " Bukan masalah uang, fi. Kalo itu berapapun pasti gue bayar. Tapi......"
" Mereka masih muda, fi. Harus selalu dalam pengawasan. Gue nggak mau terjadi apa-apa kalo mereka di lepasin gitu aja. Walaupun gue yakin Lian sama dua temen cowoknya baik, tapi kan........ Please lah, fi.", Ucapnya memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Destiny 2
Teen FictionMeninggalkan kisah dua tahun lalu, yang mereka lalui dengan kebersamaan dan saling berbagi suka maupun duka. Kini mereka hidup terpisah dengan kesibukan masing-masing. Memulai hidup baru dengan meninggalkan kenangan lama. Kehilangan dan kesedihan t...