18

586 55 7
                                    

Harap diingat yaa. Chapter kali ini lebih vulgar. Terimakasih. Selamat membaca.

°
°
°°


"YA!" Seulgi mendorong dada telanjang Taeyong. Membuat punggung Taeyong menabrak kursi.

Seulgi menangkup pipinya. Merasakan hawa panas disekitarnya. Bisa dipastikan pipi Seulgi memerah.
Taeyong tertawa singkat, jarinya yang bebas menyelipkan anak rambut Seulgi yang tidak terikat.

"Aku akan menunggumu. Aku janji." Taeyong mendekatkan wajahnya. Menggesekkan hidungnya dengan hidung Seulgi. Hal itu sukses membuat Seulgi membulatkan matanya. Ia merasakan detak jantungnya berdetak lebih cepat.

Seulgi mengembalikan kesadarannya kembali. Ia berusaha bangkit. Mengambil kemejanya yang tergeletak di bawah, memakainya.
Begitu pula dengan Taeyong, ia kembali memakai kaosnya, mengambil jaketnya. Meletakkan asal di kursi.

Seulgi berniat menuju kamarnya. Namun ia memberhentikan langkahnya. Menyaksikan hujan di balik jendela dapurnya. Taeyong melipat tangannya di depan dada. Menatap hujan dengan wajah malas.

"Saat hujan turun yang bisa dilakukan adalah tidur." Taeyong merengangkan tangannya. Merasakan otot ototnya ditarik.

"Hm. Kau benar." Seulgi berlari lebih kamarnya. Taeyong mengikutinya, Taeyong berdiri di ambang pintu, menyaksikan Seulgi yang sudah tiduran dengan menarik selimut sampai dadanya. Memejamkan matanya. Melupakan keberadaan Taeyong.

Senyum tipis terukir di bibir Taeyong, ia berjalan menuju ranjang. Duduk di samping Seulgi, menarik selimut tebal tersebut sampai leher Seulgi. Hal itu membuat Seulgi kembali membuka matanya. Ia memukul kepalanya. Ia lupa soal Taeyong.

"Kau mau tidur juga?"

"Tidurlah disini " Seulgi menepuk sisi sebelahnya. Taeyong mengikuti arah pandang Seulgi. Ia menghela napas,

"Aku tidak ingin tidur. Setelah hujannya reda aku akan segera pergi."

Seulgi bangkit dari tidurannya. Membuat selimutnya menurun sampai pinggangnya.

"Aku adalah pewaris perusahaan sekarang. Aku tidak bisa seenaknya meninggalkan posisi tersebut." Taeyong memainkan jarinya. Menatap ke jendela kamar Seulgi.

Sang gadis menganggukkan kepalanya. Ia paham soal hal itu. Meskipun Taeyong masih harus banyak belajar, tapi laki laki itu tidak ingin merusak kepercayaan yang sudah diberikan padanya.

"Semangat." Seulgi mengacak rambut hitam Taeyong asal. Membuat mata bulat hitam tersebut menatapnya.
Saat itu juga, Seulgi ingat bagaimana Taeyong kecil menatapnya. Memberikan tatapan tajam namun teduh. Ia tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi, melalui banyak hal yang tidak teduga.

"Aku tidak akan keberatan jika nantinya hubungan kita hanya sebatas teman."

"Aku senang bisa bertemu denganmu lagi. Itu sudah lebih dari cukup."

"Aku hanya ingin kau mengetahui perasaanku."

"Maka dari itu jangan memaksakan dirimu." Taeyong mengulas senyum di akhir. Membuat Seulgi tertegun.

Seulgi mengulas senyum tipis. Ia mendekatkan dirinya, memeluk tubuh kurus Taeyong. Menepuk pelan punggung laki laki itu. Memberikan dukungan.
Taeyong menenggelamkan wajahnya di pundak Seulgi. Mencium aroma gadis itu.

•••

"YA! Bagaimana dengan ini ? Apakah seperti ini ?" Taeyong sibuk menulis di notenya. Mencatat semua poin poin penting yang diajarkan oleh asistennya di kantor.
Semuanya terasa baru bagi Taeyong. Meskipun saat kuliah dulu ia mempelajarinya. Sekarang ia sudah lulus. Ia berusaha keras untuk bisa lulus, menyelesaikan tugas akhir bukanlah hal yang mudah. Asisten Jung bahkan sampai begadang untuk menemani dan membantunya.

Everything To You : SeulYong [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang