WARNA BARU

34 1 0
                                    

" Brttttt.....brrttttt..... ". Handphone sarah yang berada dimeja bergetar, ada panggilan yang masuk.

Sarah meraih handphone nya. Cukup lama dia menatap layar gadgetnya.

" Nomor tak dikenal? ". Bisik sarah.
Siapa gerangan yang menelponnya.
Dengan malas sarah mengangkat telepon itu.

" Halo... ".
Namun diseberang sana hening.
" Halo.... Ada yang bisa saya bantu? ". Lanjut sarah dengan lembut. Namun tetap tak ada jawaban dari seberang sana.

Lalu terdengar suara
" Tut tut tuuuttt ". Pertanda sambungan telepon terputus.

" Salah sambungkah? ". Sarah bertanya pada diri sendiri. Ia lalu meletakkan smartphone nya kembali diatas meja.

Sarah tampak cantik pagi itu. Meskipun usianya sudah 48 tahun sarah masih terlihat awet muda. Ia sangat memperhatikan penampilannya. bagaimana tidak, ia memiliki seorang suami yang tampan dan mapan. Sarah harus selalu tampak muda dan memesona, supaya suaminya tidak melirik perempuan lain.

" Krek ". Suara pintu terbuka. Sarah melihat pak prabu lewat cermin didepannya. Ia mengenakan piyama berwarna abu tua polos. Lelaki itu kembali menutup pintu kamar.
Ia melangkah kearah sarah, bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Langkah nya berhenti dibelakang sarah.

" Mama masih cantik sama seperti pertama kali kita bertemu dulu ". Pak prabu berbisik di telinga sarah. Kumis tipisnya menyentuh daun telinga sarah sehingga membuat sarah sedikit merasa geli, tapi dia menyukainya.

Sarah lalu berdiri dari bangku meja riasnya. Kini posisinya berhadapan dengan pak prabu. Ia tampak cantik dengan kimono satin berwarna merah dan bermotif burung merak.

Kini tangan pak prabu melingkar dipinggang sarah. Memeluk sarah sehingga tubuh mereka menyatu. Sarah melingkarkan kedua tangannya dileher prabu, sedikit mendongakkan kepalanya supaya bisa menatap lelaki yang usianya
3 tahun lebih tua darinya. Pak prabu masih terlihat berkharisma, kumis tipisnya selalu membuat sarah mabuk kepayang. Meski usia tak lagi muda namun prabu tetap romantis jika mereka tengah berdua.

Matahari mulai meninggi namun sepasang insan ini masih dihanyutkan oleh romantika semalam yang belum tuntas.

" Aku tidak kekantor hari ini ". Bisik prabu. Ia melepaskan kecupannya dibibir sarah.

Sarah tersenyum girang, tangan mereka saling memeluk erat.

Pak prabu mengecup lembut bibir istrinya. Sarah hanya pasrah, matanya terpejam. Ia biarkan saja suaminya berbuat semaunya. Pagi ini ingin ia nikmati lagi seperti waktu mereka muda dulu.

*****************

Malika berbaring miring diranjang pasien membelakangi dokter hanung yang sedang fokus melakukan tugasnya.

Sedangkan Dewa duduk didepan Malika. Dewa bergidik melihat benang itu ditarik satu persatu oleh dokter hanung.

Malika meringis ketika tangan dokter hanung menarik benang yang tertanam didaging betisnya.
Meskipun tidak sakit tapi ia merasakan ngilu hebat ketika benang itu melewati daging bekas lukanya. Matanya terpejam dan menggigit bibirnya sendiri.

" Tahan ya.. ". Dokter hanung mencoba menenangkan Malika. Tangannya satu persatu menggunting benang itu dan menariknya keluar dari betis Malika.

" Ngilu dok.... ". Rintih Malika.

" Masih syukur luka dikakimu itu posisinya vertikal jadi proses penyembuhan nya lumayan cepat ". Ujar dokter hanung. Tangan nya dengan perlahan menarik benang catgut yang masih tertanam dibekas luka Malika.

" Awww..... ". Malika merintih lagi.
Tangannya reflek memegang tangan Dewa yang berada didepannya.

Dewa terkesiap, mengalihkan pandangannya kearah Malika yang meringis karena sejak tadi mata Dewa fokus memperhatikan dokter hanung.

Malika ( Ongoing / Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang